Chapter 8

2.3K 165 5
                                    

Telah di ubah!
{10 agustus 2016}















Aku membersihkan diri, setelah aku mandi aku memutuskan untuk mencari pakaian yang cocok untuk ku kenakan saat menemui Rouka nanti.

Setelah mengobrak abrik lemari pakaian ku aku memutuskan untuk memakai Dress selutut berwarna merah polos. Aku menguncir rambutku ke atas.

Aku melihat jam dinding rumah ku, sudah jam 18:45 sebaiknya aku berangkat aku tidak mau ia menunggu lama di sana bisa bisa dia mati kedinginan.

Aku berjalan keluar apartment. Aku celingak celonguk berharap Fujimura tidak ada di sekitar apartment ku, ternyata dia tidak ada. Hmm tidak biasa dia meninggalkanku cepat.

Aku berjalan menemui Rouka di taman kota, di tempat yang telah ia tentukan kemarin. Aku duduk di bangku taman dekat air mancur. Di taman ternyata cukup ramai, banyak orang datang kesini dengan keluarga bahkan pacar mereka. Aku melirik arlojiku, 19:10 PM dia terlambat. Aku menghela nafasku panjang lalu menunduk lesu, sebuah tangan terhulur dari belakang tubuhku dan menutup bagian mataku.

"coba tebak" Suara bariton terdengar sangat dekat di telingaku sehingga membuat bulu kudukku merinding, tapi aku tahu siapa pemilik tangan ini.

"R-rouka?" aku menggapai tangan itu lalu menyingkirkannya dari mataku. Saat aku ingin menghadap ke belakang Rouka menahan gerakanku, dia menempatkan dagunya di pundakku.

"menunggu ya?" Rouka seperti nya habis berlari, nafasnya tidak karuan.

"ah tidak kok" aku tersenyum hangat.

"baguslah.. Ayo kita kemana dulu?" Rouka menggandeng tanganku.

"hmm kita ke pusat kota, bagaiman? Ku dengar ada tempat bermain di sana" Rouka mengajakku semangat 45

*

Kami berkeliling di pusat kota sambil mengunjungi beberapa tempat yang terlihat menarik bagi kami. Mulai dari game center, mall dan banyak lagi. Kami kembali ke taman setelah 2 jam berkeliling karena dia mulai mengeluh kecapekan.

"huah... Senang ya.. " Rouka tersenyum senang.

" hehe.. "

"hei lihat ke langit" Rouka mengguncang tanganku pelan sambil menunjuk langit.

Aku mendongakkan kepalaku dan melihat langit malam yang di tabur bintang, bulan sabit menerangi malam dengan cerah.

"sugoi.. " Aku bergumam pelan.

"di sini ada gedung kaca kan?" Rouka menatap sekeliling.

"ah iya! Ada di pusat taman ini" aku menarik tangan Rouka menuju gedung kaca.

"ayo masuk. Di luar dingin" ajakku pada Rouka, tapi Rouka menahan lenganku kuat.

"tunggu, " dia mengambil sesuatu di kantung celananya dan membalikan tubuhku. Dia memasangkan penutup mata padaku.

"aku mempunyai sesuatu yang akan kau suka nanti" Rouka menuntunku masuk ke dalam pelan pelan takut aku tersandung sesuatu aku berpegangan pada lengannya.

Setelah menaiki tangga dan berbelok entah kemana. Dia melepaskan genggaman tanganku lalu menghilang, aku berusaha meraba raba sekitar.

"kau sedang apa Noguchi?" ku dengar Rouka terkekeh pelan. Seperti nya dia berada di belakangku.

"kau jangan aneh aneh Rouka" aku ber balik tiba tiba, ku dengar dia terpekik pelan saat aku membuat gerakan tiba tiba itu.

"pendengaranmu sensitif juga" Rouka bergumam dan berdiri di depanku, aku dapat merasakan helaan nafasnya.

Dia memakaikan ku sesuatu di leherku lalu membuka penutup mataku, aku mengerjab beberapa kali untuk membiasakan mataku dengan Cahaya sekitar.

"ngh..? Apa ini?" aku meraba kalung dengan Liontin Bintang.

"bilang saja ini hadiah kecil dariku" Rouka tersenyum padaku.

"terimakasih Rouka" aku tersenyum lalu memandang sekitar ku, aku sedikit tercengang melihat pemandangan langit malam yang indah tidak seperti biasanya.

"indah kan. Ini kejadian langka yang terjadi di Tokyo loh.. " Rouka menuntunku untuk duduk di bangku yang di sediakan di sana.

"aku mau beli minuman hangat dulu. Kau diam disini ya" Rouka pergi meninggalkanku.

Aku memandang sekitarku sambil menyentuh kalung yang di berikan Rouka padaku, dia baik sekali. Aku duduk menyender sembari bersenandung kecil.
"ini" Rouka datang dan memberikanku kopi hangat.

"terimakasih" aku menerimanya dan meminumnya.

Kami berdua larut dalam pembicaraan, Rouka menceritakan kehidupannya yang sedikit rumit menurutku. Aku terlalu asik pada perbincangan kami sampai sampai aku lupa waktu. Tiba tiba lampu di sekitar mati membuatku memekik, refleks aku memeluk lengan Rouka erat sambil menutup mataku.

"haha..kau takut ya?" Rouka mengelus kepalaku lembut.

"kenapa ini?" aku memandang sekitar.

"entah.. " Rouka bangkit dari duduknya dan menuju pintu keluar. Aku mengikutinya dari belakang.

" ahk! Sial kita terkunci" Rouka menarik narik pintu utama yang sudah tergembok rantai.

"bagaimana ini?!" aku panik.

"telephone! Mana telephone!" Rouka menghadap ke arahku.

"aku tidak bawa!" aku merogoh tas ku, ternyata telephone aku tinggalkan di rumah.

"hah... Ya sudah mending kita kembali dan menunggu sampai besok" Rouka menarik tanganku kembali ke dalam.

"hoah.. Dingin!" aku menggosok gosok kulitku, dingin sekali ternyata jika di luar malam malam.

"pakai ini" Rouka melepaskan jaket yang ia pakai dan memakaikannya ke pada ku.

Rouka duduk di samping ku merapatkan tubuhnya pada ku, dia menyenderkan kepalanya di pundak ku. Aku mendengar dengkuran halus darinya, seperti nya dia telah tertidur.

Kantuk mulai menyerangku, aku akhirnya terlelap dalam mimpi.

Bersambung..!

My Body Guard (complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang