Nadeo & Nadia Pradipta

17K 730 38
                                    

Nadia berkacak pinggang di depan kamar Nadeo sambil berteriak "Deo, ayo buruan lo lama banget!"

"Sabar dong Na. Gue kan lagi pake sepatu."

"Kebiasaan." Gumam Nadia dan berlalu pergi

Mereka selalu seperti itu, tiada hari tanpa bertengkar. Nadia yang selalu marah-marah dan Nadeo yang terlalu santai.

Pagi ini, Nadia atau kalian bisa memanggilnya Nana kembali berteriak kepada saudara kembarnya yaitu Nadeo. Nana tidak ingin terlambat di sekolah barunya, bukan apa-apa ini saja baru memasuki minggu pertamanya tidak lucu kan kalau murid baru malah telat. Tapi Deo seakan tidak perduli dengan semua itu. Mereka pindah sekolah karena mengikuti orang tua mereka yang dimutasi ke Jakarta. Saat ini mereka bersekolah di SMK Negeri 33 Jakarta dan keduanya mengambil jurusan akuntansi.

Nadeo Pradipta, Pemuda berusia 17 tahun dengan paras yang tampan dan tubuh yang bisa dikatakan bagus untuk seukuran anak SMK itu malah santai menanggapi ocehan saudara kembarnya itu. Ia mempunyai motto 'yang penting tepat waktu'. Datang ke sekolah tepat waktu, tidak kepagian juga tidak telat. Mengerjakan tugas pun sama, H-1 tugas dikumpulkan ia baru mengerjakannya. Tidak perduli kapan waktu pengerjaannya, yang penting saat dikumpulkan tugasnya sudah selesai. Tapi jangan salah Deo termasuk anak yang cukup pintar.

Berbeda dengan Nadia Pradipta, gadis cantik yang perfeksionis. Segala sesuatunya harus terorganisir. Dia tipe orang yang tidak suka menunda-nunda pekerjaan, berbeda dengan Deo. Jika Deo mengerjakan tugas H-1 menjelang tugas dikumpulkan, maka Nana mengerjakan tugas pada hari dimana tugas itu diberikan. Deo pun heran dengan adik kembarnya, menurutnya Nana terlalu rajin. Pulang sekolah harusnya makan lalu istirahat, bukannya malah megang buku lagi.

Tapi mereka mempunyai suatu kesamaan yaitu sama-sama penyuka misteri dan hal-hal yang berbau mistis.

"Deo!! Lo ngapain sih diatas ga turun-turun?! Semedi lo?" Teriak Nana yang sudah selesai sarapan.

"Nana, kenapa pagi-pagi teriak-teriak sih? Sakit nih telinga papah."

"Itu pah Deo make sepatu ga kelar-kelar dari tadi." Rajuk Nana kepada papahnya, Agung Pradipta.

"Apaan sih Na? Gue mulu disalahin." Ucap Deo yang sudah berada di anak tangga terakhir

"Auah! Udah ayo cepetan." Ujar Nana sambil menarik tangan Deo

"Na, Na tapi gue belom sarapan."

"Bodo. Siapa suruh lo lelet banget."

"Pah mah, Nana sama Deo berangkat dulu assalammualaikum." Ujar Nana sambil mencium tangan kedua orang tuanya diikuti dengan Deo di belakangnya

"Deo ga sarapan dulu?" Tanya Shinta

"Engga mah, tadi kata Deo dia ga laper." Deo membelalakkan matanya mendengar ucapan Nana

"Bener Deo?"

"Boh-"

"Bener mah." Potong Nana, deo menggerutu

"Yaudah ya mah, pah kita berangkat dulu."

"Iya, hati-hati sayang." Nana mengacungkan ibu jarinya. Kemudian menarik Deo ke garasi.

"Na bentaran Na gue makan gak lama seriusan dah. Lo tega banget, entar kalo gue mati kelaperan gimana? Ntar lo ga punya sodara seganteng gue lagi Na." Rayu Deo

"Bodo."

"Aelah punya sodara gini amat." Gumam Deo sambil mengeluarkan motor sportnya.

"Lo bilang apa yo?"

"Engga."
.

.

.

Bel istirahat pertama baru saja berbunyi, Deo menghampiri Nana ke mejanya untuk ke kantin bersama tapi Nana menolaknya. Nana bilang dia ingin pergi ke perpustakaan bersama teman sebangkunya, Nita. Nita sangat suka membaca, jadi jangan heran kenapa dia mau diajak ke perpustakaan disaat yang lainnya sibuk mencari makan, tapi dia juga seperti perempuan kebanyakan yang suka bergosip.

TOILET LANTAI 2 (COMPLETED)Where stories live. Discover now