Petunjuk

8.6K 591 22
                                    

Besok malamnya, Nana dan Deo mendatangi sekolah. Mereka masuk ke sekolah dengan menyelinap. Tujuan mereka satu yaitu 'Toilet Lantai 2'. Mereka ingin menyelidiki sesuatu dan berharap mendapat sebuah petunjuk walau sekecil apapun.

Tindakan mereka ini terbilang cukup beresiko untuk seorang pelajar seperti mereka, terlebih lagi mereka murid baru di sekolah ini.  Jika sampai ketahuan menyelinap ke sekolah malam-malam seperti ini mereka bisa mendapatkan hukuman atau mungkin surat peringatan.

Suasana sekolah saat malam cukup mencekam. Hanya ada beberapa lampu yang menyala. Mereka mengendap-ngendap menuju lantai 2 dimana toilet itu berada. Penerangan yang dihasilkan dari senter yang mereka bawa cukup membantu disituasi seperti ini.

Berbekal keberanian dan tekad yang kuat akhirnya mereka sampai di lantai 2. Hawa dingin yang terasa menusuk sampai ke tulang mulai menyergap mereka. Nana dan Deo terus berjalan sampai pada akhirnya mereka sampai di depan sebuah pintu. Mereka mulai menyiapkan alat-alat yang kiranya bisa membuka gembok yang menghalangi mereka untuk masuk.

Setelah bersusah payah, akhirnya pintu bisa terbuka. Mereka segera masuk ke dalam dan mulai memeriksa semua bilik yang ada di dalam toilet itu. Gelap dan dingin sekali. Jika kalian bertanya apakah mereka takut atau tidak? Jawabannya adalah tidak.

Tidak ada yang aneh di setiap bilik itu, sampai di bilik terakhir dan yang paling ujung itu mereka merasakan sesuatu yang aneh, di bilik ini terasa lebih dingin dibandingkan yang lain, suasananya lebih suram dan mencekam. Di bilik itu terdapat cermin yang hampir seluruh bagiannya retak.

Mereka meneliti setiap sudut di bilik itu. Mereka tidak menemukan apa-apa kecuali beberapa helai rambut dan sedikit serpihan kaca. Sampai akhirnya Nana memanggil Deo dengan cukup kencang sehingga Deo harus membekap mulut Nana.

“Sssttt.. Jangan berisik Na. Bisa tamat kita.” Bisik Deo. Nana menepuk dahinya dan mengangguk kepada Deo

Setelah itu Deo melepas tangannya dari mulut Nana “Sorry Yo, gue lupa hehe,” ucap Nana sambil cengengesan

“Eh yo, sini deh! Kalimat ini maksudnya apa ya Yo?” Tanya Nana kepada Deo. Ia menunjukkan sebuah kalimat yang tertulis di sudut bilik itu. Tulisan itu berupa goresan-goresan yang tidak rapi tetapi masih bisa dibaca.

“Mana  mana?” Tanya Deo antusias. Deo pun melihat tulisan itu dan berusaha mencerna maksud dari kalimat itu

“Pria brengsek itu adalah si ruang di samping perpustakaan?” Guman Deo sambil berpikir

“Apaan ya Na?”

“Kita bahas di rumah aja deh. Ayo pulang udah setengah 12 nih, besok kesiangan lagi.”

“Yaudah deh.”

Mereka pun berjalan menjauhi toilet itu, sebelumnya mereka sudah mencatat kalimat itu dan menutup pintu toilet, tidak lupa memberi gembok yang mereka bawa dari rumah sebagai ganti gembok yang rusak. Tanpa mereka sadari ada sesosok bayangan yang memperhatikan mereka. Tatapannya tajam dan terkadang berubah menjadi sedih. Saat Deo dan Nana sudah berbelok untuk menuruni tangga, sosok itu menghilang begitu saja diikuti dengan suara isak tangis, tidak kencang tapi cukup menyayat hati siapa saja yang mendengar. Sayangnya Deo dan Nana tidak mendengar itu.

Sesampainya di rumah, mereka masuk ke dalam secara diam-diam karena perginya mereka tadi juga diam-diam. Mereka masuk ke kamar Deo untuk membahas mengenai masalah tadi.

“Yo, gue masih ga ngerti sumpah. Maksudnya apa coba?”

“Gue juga Na. Tapi itu siapa yang nulis? Siswi itu?”

“Mungkin aja Yo. Eh iya kalo beneran dia yang nulis, mungkin aja dia nulis itu sebelum bunuh diri.”

“Bisa jadi Na. Kenapa dia nulisnya 'pria' bukannya 'cowok'? Bukannya kata-kata 'pria' itu lebih identik buat yang udah dewasa gitu kan? Harusnya dia nulisnya 'cowok' karena sebaya sama dia dan kemungkinan pacarnya.”

TOILET LANTAI 2 (COMPLETED)Where stories live. Discover now