Namanya Citra?

7.5K 531 10
                                    

Pagi ini bukan hanya teriakan yang memenuhi kediaman keluarga pradipta, tetapi juga kegaduhan yang disebabkan oleh beberapa penghuni rumah. Siapa lagi kalau bukan Nadeo dan Nadia.

“Non bangun non, udah siang ini.” Ucap Siti salah satu asisten rumah tangga di kediaman pradipta

Nana menggeliat dalam tidurnya  “Nggg... lima menit lagi Bi.” Ucap Nana asal

“Tapi ini sudah jam enam kurang dua puluh Non.”

Nana terbelalak mendengarnya, matanya pun terbuka lebar “APAAA..?! Bibi kenapa baru banguninnya sekarang sih?? Deo udah bangun? Aduduh mampus guee telat. Aduh anduk mana anduk?? Ah mati gueee!” Nana pun pergi ke kamar mandi dengan tergesa-gesa, meninggalkan Siti yang melongo melihat kelakuannya.

“Si Non teh aya-aya wae.” Gumam Siti kemudian berlalu pergi menuju kamar Deo

“DEN DEO BANGUNN!!” Teriak Siti di telinga Deo

“Ayamitempalanyaitem”

Gedebug.

“Adawww! pantat gueee..” Karena kaget, Deo sampai terjatuh dari tempat tidurnya. Siti yang mendengar latahan dan juga melihat Deo terjatuh terkikik geli.

“Astagfirullahaladzim Bi Siti mah parah bener... tiap hari gue diteriakin tiap hari juga gue jatoh, lama-lama pantat gue tepos ini mah..” Ucap Deo sambil mengusap-ngusap bokongnya

“Hihi maap atuh Den. Aden mah kalo tidak diteriakin tidak bangun-bangun. Kata Tuan mah Bibi disuruh teriak aja, ya Bibi mah nurut-nurut wae atuh Den hihihi ...”

'Sabar gue mah sabar..'

“hayu atuh Den mandi udah siang ini.”

“Jam berapa emang sekarang?”

“Jam enam kurang delapan.”

“Jam enam kurang delapan?? Mampus!” Deo pun tidak jauh berbeda dengan Nana, lari tergesa-gesa menuju kamar mandi. Siti hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Nana dan Deo.
.

.

.

Nana dan Deo sampai di sekolah satu menit sebelum gerbang utama ditutup. Mereka langsung berlari menuju kelas mereka 11 Akuntansi 2. Mereka memasuki kelas bertepatan dengan bunyi bel pertanda pelajaran pertama akan segera dimulai.

Nana mendudukkan dirinya di bangkunya, nafasnya masih tidak beraturan. Nita yang penasaran melihat temannya itu akhirnya bertanya.

“Lo kenapa Na? Tumben ngos-ngosan gitu.” Nana mengangkat tangannya dengan maksud meminta Nita untuk menunggu sebentar.

“Huh. Gue sama Deo kesiangan.”

“Kok bisa?”

“Ya bisalah.”

Nita menatap Nana malas “Maksud gue emang semalem lo berdua ngapain aja sampe bisa kesiangan?”

Nana nyengir kuda kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri setelah itu dia membisikkan sesuatu ke telinga Nita “Gue lagi ada misi nih sama Deo.” Bisik Nana

Nita mengernyit “Maksud lo?”

“Nanti deh pas istirahat gue kasih tau.”

“Bener ya lo, awas boong.”

“Iye ... guru pajak siapa deh Nit namanya?”

“Pak Bambang.”

“Oh iya.”

Nana memang belum mengingat ataupun mengenal seluruh guru di sekolahnya ini. Pasalnya baru beberapa hari ia bersekolah disini, lagipula dia tidak secara intens menghafal seluruh guru yang mengajar di kelasnya. Menurutnya ada lebih banyak hal yang lebih penting dibanding sekedar menghafal nama-nama guru. Nana berpikir seiring berjalannya waktu dan tingkat pertemuan dimata pelajaran ia akan dengan sendirinya hafal nama guru-guru itu.

TOILET LANTAI 2 (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora