MyT>>2

2.5K 172 1
                                    

Apakah hari ini adalah hari keberuntunganku?
Tuhan menjawab doaku
Meski aku tak pernah berani bersuara
Setidaknya aku akan bisa memandangnya lebih dekat

Hari ini adalah bimbingan pertamaku. Olimpiade ini bukan hanya mata pelajaran matematika tetapi ada Ipa dan juga Ips. Seperti tahun sebelumnya, bimbingan dilakukan didalam perpustakaan dengan pembimbing yang sama pula.

Aku masih terus sibuk dengan  buku ditanganku. Hampir seluruh waktu luang kuhabiskan untuk membaca. Seperti saat ini, aku sama sekali tak peduli dengan murid bimbingan lain yang memasuki ruangan.

"hey kak"

Kuhentikan aktivitas membacaku. Pandanganku masih pada huruf yang tersusun rapi diatas lembaran kertas ini. Suara itu tak asing lagi bagiku. Hanya mendengar suaranya saja jantungku berpacu lebih cepat lagi.

"kak digo kan?" merasa namaku disebut. Aku mendongakkan kepalaku melepas huruf huruf itu dari pandanganku.
Mata kami bertemu. Aku memandang hazelnya dari dekat. Sisi ada dihadapanku.Seakan terhipnotis, aku hanya mampu menatap tanpa menjawab.

"ahh iya" aku terbangun dari alam bawah sadarku ketika beberapa kali tangan kanannya melambai didepan wajahku.

"aku sisi" dia menyodorkan tangannya. Aku menggeleng pelan mencoba mencari kesadaran.

"kenalin aku sisi" sisi mengulang namanya. Mungkin dia sendiri terheran melihat tingkahku. Aku sendiri saja bingung dengan apa yang terjadi pada diriku.

"ali" aku menjabat tangannya. Halus, sesuai dengan apa yang kubayangkan. Aku kembali sibuk membaca buku dihadapankku.

Dia mengangguk, senyumnya begitu manis. Walaupun aku tak memandangnya tappi terlihat dari ekor mataku. tak kusangka kami dipertemukan lagi. Saat ini bunga bunga didalam hatiku sedang bermekaran.

"kakak hebat ya bisa mewakili sekolah sampai provinsi lagi" tanpa kuminta ia mengambil posisi duduk dihadapanku.

Meja baca diperpustakaan kami berbentuk persegi dengan empat bangku yang berada disetiap sisi rak rak buku ada pula meja panjang tanpa kursi, seperti lesehan yang diletakkan memanjang disisi tembok.

Aku mengerutkan keningku. Dia memujiku? Lalu apa pentingnya ia datang kemari. Ini jam pelajaran, tidak mungkin jika ia datang hanya untuk membaca buku.

"pengen deh kaya kakak"
Kututup buku yang sedari tadi kubaca. Aku manarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan berharap detak jatungku akan kembali normal.

" lo ngapain disini? Ini jam pelajaran" aku menjawab dengan nada sedatar mungkin.
Dia malah tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya.

"lo ikut bimbingan?" tanyaku lagi dengan masih pandangan tak lepas darinya.

Dia menggeleng dan kembali tersenyum. Aneh , aku kembali membuka bukuku mengalihkan perhatianku dari dirinya.

"boleh aku kenal kakak?" sisi menutup buku yang baru saja kubuka dan menarik buku itu kehadapannya.

Aku hanya mengangguk.lagi dia tersenyum.

"kakak suka hujan?"

Aku menggeleng . pertanyaan aneh. Siapa yang menyukai hujan? Hampir semua orang akan berlindung dan menghindar jika hujan datang. Artinya banyak yang tak menyukai hujan bukan?

"yah sayang banget, aku suka hujan kak"
Fix sisi aneh. Aku tak memintanya untuk bercerita tapi dengan sendirinya ia berceloteh seakan mengenalku lama. Hanya satu pertanyaan yang tak sampai kuutarakan. Senyaman itukah dia denganku?

"kenapa?" aku melipat tangan didepan dada. Mendaratkan punggungku pada sandaran kursi.

"dibawah hujan kita selalu bisa melepas rasa sakit kita. Dibawah hujan kita bisa menangis tanpa seorangpun tahu. Dan hujan akan memberikan sebuah melodi indah yang  gak akan kakak dapetin dimanapun"

Sisi terlihat sangat antusias saat bercerita. Ini adalah kali pertama aku berinteraksi dari dekat dengannya. Mungkin memang dia tipe orang yang  ekspresif?.

"gue gak ngerti. Hujan bikin lo sakit. Gak ada yang suka sama hujan, mereka selalu berlindung dari hujan"

Aku masih tak bisa menerima alasannya menyukai hujan. Menurutku itu aneh dan tak masuk akal.

Baru saja sisi ingin membuka bibirnya menyanggah jawabanku. Ia terburu buru bangkit dari duduknya dan berlari kearah pintu keluar perpustakaan.

ku edarkan pendanganku. Ada bu Rika guru pembimbing matematika berjalan kearah mejaku.

"bisa kita mulai digo?" kutegakkan tubuhku. Mengeluarkan buku paket yang diberi pak sudiro dari dalam tasku.

"pak sudiro tidak bilang jika hanya saya murid bimbingan untuk olimpiade ini bu?" aku membuka ruang sunyi diperpustakaan ini.Bu rika mengangguk dan menyodorkan beberapa soal padaku.

"memang, tapi kamu akan dibimbing khusus. Makannya kamu dipisahkan dengan yang lain"

Aku mengangguk. Untuk pertama kali aku masuk dalam bimbingan bu rika. Untuk tahun sebelumnya aku selalu dibimbing oleh pak arda setiap mengikuti kompetisi ataupun olimpiade.

Tak masalah bagiku siapapun pembimbing yang diberikan sekolah. Hanya saja aku harus menyusaikan cara belajar lagi. Jika dengan pak arda aku akan mendengarkan penjelasannya dahulu baru mengerjakan soal tetapi dengan bu rika aku harus  mengerjakan soal terlebih dahulu baru beliau menjelaskan.

Hanya perlu waktu dua puluh menit untuk menyelesaikan tiga soal dari bu rika. Aku tidak bisa? Buktinya aku mampu menyelesaikannya. Aku hanya perlu waktu sedikit lebih lama untuk memahami materinya.

"good, mungkin kamu memang tidak perlu melakukan bimbingan digo" bu rika mengangguk beberapa kali memeriksa jawabanku.

Aku hanya tersenyum. Pak arda juga mengatakan hal yang sama. Aku membiasakan diriku untuk tidak terlalu sombong. Meskipun aku bisa aku selalu mengikuti alur yang ada.

Ya , aku akui tanpa bimbinganpun aku bisa menyelesaikan semua soal. Aku hanya perlu sedikit lebih bekerja keras belajar dirumah. Tapi aku tidak ingin terlihat sombong. Biarlah aku seperti murid yang lainnya.

"saya rasa cukup digo, kamu bisa kembali kekelas melanjutkan jam belajarmu" bu rika membereskan buku yang ia bawa dan berlalu dari hadapanku.

Aku juga ikut membereskan buku bersiap kembali mengikuti pelajaran dikelas. Satu kali pertemuan bimbingan memang hanya enam puluh menit tapi setiap hari.

"buku gue" aku bergumam sendiri mencari buku sastra yang tadi kubaca sebelum bu rika datang.

Aku mengeluarkan seluruh isi tasku, kusibakkan satu persatu buku yang kubawa tk juga kutemukan. Kumasukkan kepalaku dalam kolong meja , tak juga kutemukan. Kufikir jika buku itu terbawa bu rika.

Kumasukkan lagi buku bukuku kedalam tas . besok akan kutanyakan pada bu rika.
Kulangkahkan kakiku kembali kekelas.
"sepuluh A..."
##

Menghapus Yang TerukirWhere stories live. Discover now