MyT>>19

1.3K 116 1
                                    

Sisi membolak balikkan tumpukan kertas dihadapannya. Hari ini ia genap seminggu bekerja. Sisi termasuk karyawan yang beruntung , baru seminggu ia mengajukan lamaran pekerjaan sudah langsung mendapatkan panggilan bekerja.

"si laporannya jangan lupa ya," ingatkan yanto staf marketing sembari meletakkan sebuah map biru disudut meja sisi.

Sisi mengangguk tanpa mendongakkan kepala. Layar dihadapannya terlalu menarik untuk sekedar ditinggal untuk menyapa.

Angka yang tersusun rapi didalam excel menjadi obat untuk gundah hatinya. Jika sebagian orang memilih berlibur ataupun mencari sebuah ketenangan sisi lebih memilih menyibukan diri.

"pak anto sudah selesai !!" soraknya ketika beberapa kertas sudah berada didalam genggamannya.

"nduk sisi pinter yo, baru ditinggal beberapa jam udah sereb(beres) aja" puji pak anto, atasan sisi dikantor.

Griya kencana merupakan perusahan ternama di kota malang, bergerak dibidang furniture. Sisi yang bukan berasal dari latar belakang bisnis bisa dengan mudahnya mendapat panggilan dari kantor ternama ini. Prestasinya dikantor sebelumnya menjadi pertimbangan yang sangat matang untuk menolak sisi.

"pak anto saya belum pernah ketemu pemilik kantor ini deh, yang mana sih" sisi menyeruput teh yang ia bawa.

"jarang dikantor nduk, namanya pak wijaya. Dia sering keluar kota nduk, kantor ini berada dibawah pengawasan anaknya nduk" jelas pak anto.

"maksud bapak laki-laki yang berada didalam ruangan itu pak?" sisi menujuk salah satu ruangan disudut kantornya.

"iya nduk, oh iya bapak lupa kan kamu langsung diterima ya jadi gak sempat dapet interview sama pak bos. Namanya Adi bruno wijaya nduk, dia baru aja dateng dari Jakarta tadinya dia handle perusahaan pak wijaya yang ada di Sumatra Utara" jelas pak anto sembari meletakkan secangkir kopi yang habis ia seruput sedikit demi sedikit.

"bruno pak? Pak anto gak salah nama?" sisi yang merasa tak asing mendengar nama bruno kembali memperjelas apa yang ia dengar.

"nggak nduk, nduk sisi kenal?" pak anto memandang sisi bertanya.

Sisi menggeleng, konsentrasinya kembali terpecah. Ketika ia melangkah menjauh dari satu laki-laki ia kembali harus menghadapi laki-laki lain.

"sesempit itukah dunia ini" gumam sisi.

"apa nduk? Sumpit? Kamu mau makan pangsit kok nyari sumpit?" sisi terkekeh.

"iya pak, yuk kan udah jam makan siang nih" seru sisi berdiri menarik tangan pak anto keluar dari ruangannya. Niatnya bercanda malah membangkitkan selera makan yang sudah hampir beberapa minggu hilang.

Pria berumur hampir memasuki angka 50 ini saat ini menjadi teman berbaginya. Pak anto menjadi orang terdekat sisi saat didalam kantor, tenang bukan dekat dalam konotasi lain. Pak anto sudah memiliki istri yang juga bekerja didalam satu perusahaan yang sama dengan mereka. Tak jarang sisi ikut membuntuti pak anto dan bu susi saat makan siang.

"bu susi gak ikut makan siang pak?" Tanya sisi saat berjalan beriringan dengan pak anto menuju warung makan disebelah kantorya.

"nggak nduk lagi gak enak makan si ibu, maklum hamil muda" pak anto berjalan beriringan dengan sisi.

"wah selamat ya pak, bentar lagi dapet ponakan dong" sisi menarik kursi setelah mampir sebentar untuk memesang mie pangsit pada penjualnya.

Pak anto memang sudah lama menikah bahkan sudah lebih dari dua puluh tahun. Tetapi baru saja Tuhan memberinya amanah untuk menjadi orang tua.

"monggo pak" sisi mendongakkan kepala dari mangkuk yang berisi mie pangsit dengan uap yang mengepul.

"kita ketemu lagi ya" sisi tersenyum kikuk mie pangsit yang sudah siap ya lahap kenbali ia turunkan enggan untuk memakannya.

Menghapus Yang TerukirWhere stories live. Discover now