MyT>>4

1.7K 140 0
                                    

"hai kakak digo" aku mendongakkan kepala membalas senyum manisnya itu.

"udah makan si?" aku menutup buku bacaanku. Tak ingin melewatkan setiap detik waktuku bersamanya.

Sisi mengangguk, menyodorkan sebuah kotak nasi dan sebotol minuman. Aku mengerutkan keningku bertanya menatapnya.

"aku sengaja masak dulu tadi, pengen kakak ngerasain masakan aku" sisi menjawab pertanyaan yang terlontar dari tatapanku.

Aku mengangguk mulai membukanya. Imut sekali kotak itu berisi nasi goreng dan juga ayam goreng kesukaanku. Dan menatapnya aku mulai melahapnya, aku menghentikan sejenak kunyahanku membelalakkan mata.

"gak enak ya kak?" Tanya sisi cemas.

Aku menggeleng, wajahku kembali berbinar. Sungguh masakannya sama persis dengan masakan mama.

"lo pinter masak si?" tanyaku dengan masih sibuk menghabiskan nasi goreng darinya.

"nggak sih kak, Cuma bisa aja tanpa kata pinter. Oh iya kak, aku mau ngomong sesuatu boleh?" aku mengangkat kepalaku memandangnya. Kututup kotak nasi miliknya dan meminum sedikt air dari botol yang ia berikan.aku kembali menganggukan kepala.

"soal permintaan kakak malam itu"

kulihat wajahnya mulai khawatir.Aku meraih tangannya, Kugenggam erat. Inilah diriku sejak sisi hadir. Aku mulai melawan semua rasa takutku. Termasuk takut mendekat dan juga menjauh dari sisi.

"kakak udah bilang, kakak gak akan memaksamu untuk menerima. Menjadi bagian dari tawamu saja sudah cukup memberikan sebuah kebahagian. Dan untuk memilikimu itu adalah sebuah bonus dari perjuangan diam kakak"

Sisi tersenyum meremas jemariku. "aku terima kakak." kini malah tubuhku menegang seketika saat mendengar pernyataan sisi. Aku menautkan kedua alisku pertanda masih belum mengerti apa yang ia katakan.

"aku terima kakak jadi sisinya digo?" ia memiringkan kepalanya memandangku. Butuh beberapa detik untukku mencerna apa yang ia katakan. Setelah mengerti kuangkat tangan kanannya yang kugenggam dan kutempelkan pada bibirku.

Pagi yang indah bukan? Aku selalu menikmati pagiku dengan indah. Tapi hari ini, pagi terasa lebih sejuk, bunga di taman sekolah bermekaran dengan indah. Mereka ikut berbahagia denganku? Mungkin iya, biar kubagi bahagiaku dengan mereka, hanya saja akan kusimpan cinta sisi untukku.

"broo" lamunan terpecah ketika Bruno menepuk bahuku. Pagi indah hari ini pasti akan selalu membuatku tersenyum dan melamun.

"ngelamun aja lo, pak sudiro manggil lo tuh" tegur Bruno yang hanya kuhadiahi senyuman.

Bruno merupakan pathner terbaik yang kupunya. Teman sebangku, seperumahan, bahkan teman dari aku memasuki TK. Mungkin hanya dia satu satunya teman yang kupunya selama ini, yang memahami dan mengerti bagaimana diriku.

Kuhembuskan nafas kasar, menyandarkan kembali punggungku kesandaran kursi yang sempat kutinggalkan beberapa saat untuk menemui pak sudiro yang telah beranjak kembali kekantor.

"ada apa? Menderita banget raut muka lo" Bruno menepuk bahuku.

"gue mesti olimpiade, kenapa tanggung jawab sebagai ketua pelaksana class meet harus dilimpahin ke gue sih. Bahkan gue bukan anggota osis bru" keluhku padanya.

"nah, itu kan emang biasa lo tanganin. Kenapa jadi beban banget si go?"

Bruno benar, selama ini aku memang sering sekali diminta untuk menjadi ketua pelaksana meskipun gue bukan anggota osis. Bahkan pernah saat gue baru aja menginjak semester dua kelas sepuluh ketua osis waktu itu memintaku sebagai ketua pelaksana seminar nasional yang diadakan di sekolah.

Bukan aku menyombongkan diri, aku sengaja menolak ikut bergabung dengan organisasi osis. Menurutku aku sudah selalu disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang menguras otak.

"kali ini beda bru, gue udah gak bisa membagi waktu seperti dulu. Udah ada sisi sekarang. Lo tau kan gimana usaha gue untuk dapetin dia. Gue gak pengen kehilangan dia." Terangku

"gue paham. Tapi go, gue yakin sisi pasti ngerti. Kalau dia siap menerima lo sebagai pacar dia juga harus bisa menerima kesibukan lo bukan?."

Aku menghela nafas sekali lagi. padahal baru pagi tadi aku berbahagia dengan status baru hubungan kami.

Bruno menepuk bahuku, berlalu meninggalkanku. Aku masih termangu sendiri dikelas. Jika aku menyanggupi permintaan pak sudiro maka akan kupastikan selama dua minggu kedepan aku tidak akan memiliki waktu untuk sisi.

"kak, ayo pulang" sisi menyembulkan kepalanya dibalik pintu kelasku.

Kulangkah kakiku mendekat dekat kearahnya. Menggandeng dan membawanya keluar area sekolah.

Ting ting ting

Aku meliriknya sekilas.

"sebentar ya kak, bunda telepon" kubalas dengan anggukan.

Kudaratkan bokongku duduk dikursi taman sekolah. Kubuka handphoneku, menekan icon email pada layarnya. Aku biasa mengerjakan dan mengirim tugas bimbel dari bu rika lewat email, sebab itu aku rajin membuka email.

"gue masih butuh waktu, satu bulan gimana? Iya gue janji."

Samar samar kudengar pembicaraan sisi yang berjarak sekitar lima meter dari tempatku duduk. Kumasukkan handphoneku kedalam saku mencerna perkataan sisi. Ia bilang menerima telepon dari bundanya, kenapa menggunakan kata gue.

"dari siapa si?" tanyaku memastikan saat sisi telah menutup telepon dan menghampiriku.

Aku menganggukan kepalaku beberapa kali tanpa mau bertanya lebih lanjut. Aku tak ingi terlalu mencampuri urusan pribadinya lebih jauh.

**

Jika ini memang hanya sebatas status

Biarkan status itu mengikat

Biarkan aku mengenalmu

Mengetahui seberapa besar cintamu untukku

Sisi menggeliat dipangkuanku. Sepertinya ia kelelahan berjalan jalan seharian denganku hari ini sampai ia tertidur dibangku taman. Kusisir rambut sebahunya, menimati keindahan ciptaan Tuhan.

"hey aku bangunin kamu ya?." Tanyaku sedikit kaku.

Aku belum terbiasa menggunakan aku kamu. Sisi yang memintaku bahkan sedikit memaksa.

"kakak mah gitu udah pacaran masih panggil lo gue. Aku ngambek ah" sisi membuat jarak diantara kita.

"trus mau gimana?" aku menggaruk kepalaku,bingung dengan apa yang diinginkan sisi.

"pakek aku kamu kak" dia menarik ujung baju sekolahku. Lucu sekali merengek seperti anak kecil.

"iya deh iya, jadi lebih sayang deh" aku menariknya kepelukanku.

Senyumku kembali mengembang mengingat gaya pacaran kami yang aneh. Bahkan lebih banyak sisi yang mengajariku tentang hubungan. Mungkin karna aku juga belum pernah menjalin hubungan pacaran.

"kak pulang yuk, nanti sisi dicari bunda" aku mengangguk, meraih tasnya yang tergeletak disebelahku menyerahkan padanya.

Aku mengerutkan keningku ketika sisi memintaku mengantarkannya ke alamat yang kutau bukan rumahnya.

"kita mau kemana?" tanyaku memasuki sebuah perumahan yang tak kukenal.

"kerumah sisi lah kak" aku diam tak menjawab sampai sisi menunjuk kearah rumah disisi kanan jalan.

Kuputar balik sepedah motor milikku. Karna memang rumahnya berlawanan arah dengan rumahku. Aku tau sekali itu bukan rumah sisi. Sudah hampir satu tahun aku selalu mengumpulkan informasi tentangnya.

Bisa disebut aku adalah screet admire-nya. Aku mengetahui tapi aku tidak pernah berusaha untuk masuk atau mencoba masuk kedalam kehidupan pribadinya jika sisi sendiri tak pernah memintaku.

'lo dipermainin go'

Pesan dari Bruno berhasil mebuat rasa penasaranku bangkit. Tanpa menunggu aku balik menelfon tanpa menjawab pesannya.

**

Menghapus Yang TerukirWhere stories live. Discover now