MyT>>13

1.4K 122 6
                                    

Riuh jalanan tak menyurutkan langkah dokter tampan ini. Tadinya ia berada diatas roda empat, karna tak sabar dengan jalanan yang menyita waktu ia memutuskan untuk berdiri diatas kedua kakinya menyusuri padatnya jalan.

"maaf nunggu lama" digo berkali kali menarik nafas panjang. Cuaca terik membuat keringatnya banyak terkuras.

"nggak juga, pesenannya baru dateng ini" sisi mendekatkan dua gelas jus dari tepi meja. Menyodorkan salah satu kehadapan digo.

"lo istimewa, bahkan lo inget minuman kesukaan gue" digo mengulas senyum. Segelas jus melon yang selalu menjadi minuman favoritnya saat bersama sisi.

Sisi tak menjawab. Hatinya tersanjung mendapatkan pujian, pria dihadapannya ini lebih ahli dari tujuh tahun lalu. Sisi menarik selembar tisu dihadapannya, melipatnya menjadi persegi panjang.

"untuk apa?" digo mengerutkan keningnya, sisi menyerahkan tisu itu pada digo.

"itu hatiku, ada dua sisi di tisu itu panjang dan lebar. Kesetiaanku akan selalu memanjang hingga usiaku berakhir dan cintaku akan terus melebar untukmu. Memberimu ruang untuk menikmatinya"

Sisi menatap digo, dengan keyakinan dan tak ada keraguan disetiap ucapannya. Ia kembali menyatakan cinta. Berbeda dengan saat ia masih dibangku sekolah. Sisi menyatakan cinta saat hubungannya dengan digo belum mendapatkan kejelasan dan ikatan.

digo balas memandang sisi berbinar, tak bisa dipungkiri cintanya memang masih sama dan utuh. Hanya sedikit ruang hatinya sudah terisi oleh sila.

digo menatap tisu dihadapannya. Ditariknya sisi lebar tisu itu untuk bertemu dengan sisi lebar yang lain. Tisu itu kembali membentuk sebuah bangun datar, persegi.

"dan ini cintaku si, kesetian cinta kasih sayang dan membahagiakanmu mempunyai porsi yang sama, tak aku kurangi dan tak kulebihi" tangannya terulur mengusap lembut pipi chubby sisi.

Giliran sisi yang mengerutkan keningnya. Merasa tak puas dengan jawaban digo.

"apa tak ada cinta lebih untuk diriku? Yah aku sadar, ada kak sila sekarang. Maaf jika aku lancang berbicara tentang cinta padamu" sisi tersenyum getir, melepas tangan digo yang bertengger dipipinya.

Bukan tidak mungkin digo menyimpan maksud dari perkataannya. Sisi menyadari dirinya bukan yang paling berarti saat ini. Ada sila, kakak tersayang yang menyayangi orang tersayangnya. Sisi tak bisa begitu saja menyita waktu, perhatian dan juga cinta digo untuknya. Ada hati yang harus ia jaga.

"jangan diambil hati kak, sisi tau dan sadar kak sila memang lebih pantas untuk kakak" sisi mengalihkan pandangan tak mau menatap digo.

Digo tersenyum simpul. Hatinya bersorak menang ketika melihat raut wajah kehilangan sisi. Bahkan dari sudut matanya bisa telihat jika ia sedang berkaca air mata.

"apa yang sisi tau?" Tanya digo yang kemudian mengubah posisi duduknya menjadi disebelah sisi. Menarik dagu sisi untuk mau menatapnya.

"sila sayang kak digo, dan sisi gak mau merusak yang sudah terlanjur terjadi" digo menggeleng tak setuju.

"diantara kami belum terjadi apapun. Aku masih menjaga hati untukmu. Sila bukan alasan untuk aku berhenti mencintaimu" digo menarik sisi masuk kedalam pelukkannya.

Gadis kecil manja yang selalu ia cintai dalam diam itu telah kembali. Wajah yang menggemaskan saat digo melarangnya untuk memakan permen terlalu banyak kembali muncul. Kali ini bukan permen, tapi cinta. Cinta yang membuat sisi menangis sesegukan dipelukan digo.

"aku cinta sama kamu, tapi bukan berarti aku mengorbankan perasaan kak sila. Kita gak akan pernah bahagia diatas rasa sakit hati yang lain" suara sisi tak begitu jelas terdengar. Seperti hanya gumaman karna wajahnya masih ia sembunyikan didada digo.

"biarkan cinta kita menyatu, pasti nanti ada cara untuk kita bersama" usapan lembut dipunggung sisi berhasil meredakan tangis sisi.

Sebenarnya pembicaraan mereka tidaklah terlalu berat. Hanya saling mengungkapkan perasaan cinta. Tapi malah berujung dengan air mata. Sudah ada jarak dan penghalang diantarnya.

Sisi merasakan sesak didada ketika menyadari ada hati yang tersakiti. Ia ingin mudur, tapi tak bisa karna terlanjur cinta. Terus melangkah, yang harus ia korbankan terlalu besar. Mungkin itu yang membuatnya berfikir dua kali dan akhirnya menangis saat ingin kembali menjalin hubungan.

"kita nikmati aja sekarang, biar semua sesuai rencanaNya" digo mengurai pelukkannya. Menghapus sisa air mata dipipi sisi.

Dengan patuh sisi mengangguk. Ia juga tak punya cukup kekuatan untuk menolak digo, lemah karna cintanya. Seperti air, biarkan cinta itu mengalir mengikuti arus.

"sekarang kita makan, kamu masih belum terlalu sehat. Jangan sampek mag kamu kumat" digo menarik sop yang baru saja diantar oleh pelayan.

Sisi meringis ketika perutnya kembali terasa perih. Sakitnya memang bukan main, apalagi jika sudah kronis. Bisa pingsan jika telat makan saja.

"Rasain, makannya kalo ada orang ngomong itu didengerin dan dipakek. Jangna cuma didengerin dan dibuang gitu aja" omel digo. Sulit sekali membuat gadis didepannya ini teratur makan.

Sisi yang mendapat omelan hanya mampu memandang meminta iba pada digo, dengan sedikit meringis menahan perih.

Semenjak hubungan baiknya dengan sisi kembali terjalin digo memang sudah sering mengingatkan sisi. Jangan telat makan dan menghindari makanan asam, pedas dan juga santan. Tapi bukan sisi jika menurut begitu saja, seperti saat ini ia harus kembali merasakan perih dilambungnya.

Dengan telaten digo menyuapkan butiran obat yang ia ambil dari tas sisi. Sudah tidak bsa ditolelir ketika sedang kambuh seperti ini, solusi terbaik memang segera mengobatinya.

"dibilang jangan makan yang kasar kasar dulu, yang dibeli keripik cemilan yang banyak penyedap rasa. Kapan mau sembuh" digo masih saja mengomel sambil menyuapkan butiran obat kemulut sisi.

Sisi hanya diam tak ingin membantah, digo memang benar sulit untuk mengontrol pola makannya. Sebelum menemui digo sisi sengaja membeli cemilan disuper market, kebiasaanya selalu menyediakan stock cemilan yang ia santap ketika waktu senggang.

"maaf pak dokter, maklumin dong udah hampir sebulan dipenjara sama sila dikasih makan bubur sama roti kan bosen. Lagian kemarin juga udah sembuh kok" protes sisi ketika rasa perihnya sudah mulai mereda.

"yaudah kalo gitu sekarang dinikmatin aja tuh sakitnya, salah sendirikan gak bisa dibilangain" jawab digo sok acuh. Digo beranjak dari duduknya beralih ketempat duduk dihadapan sisi, mulai menyantap makanannya tanpa memperdulikan sisi.

"pak dokternya jahat, males ah besok biar dipriksa dokter lain aja" sisi memanyunkan bibirnya, sudah lama ia tak dimanja. Bertemu digo seperti bertemu obatnya .

"eh jangan, ia deh maaf ya. Sini makan aaa" digo menyuapkan sop dihadapannya pada sisi.

Cinta memang indah, meskipun pernah ada cerita yang melukai. Tapi cerita cinta kasih lebih mengesankan.

Hari itu mereka habisakan hanya berdua saja. Saling berbagi cerita, tawa dan juga bahagia.

**

Sisi terpaku membaca pesan dari kekasih hatinya, singkat tapi jelas tersirat.

'Sila datang kerumah'

Sisi kembali menghela nafas, sampai kapan ia harus bersembunyi seperti ini. Suatu saat nanti pasti semua akan terbongkar. Membayangkan sila berteriak tak terima didepan wajahnya saja sudah membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Bagaimana jika itu benar menjadi sebuah kenyataan.

'bersikaplah layaknya diantara kita tidak pernah terjadi apapun'

Sisi menonaktifkan handphone nya dan meletakkan datas nakas. Tak ingin membuat hatinya bertambah resah.

**

Maaf baru bisa update lagi sibuk uts ini, semoga suka yaa chapter ini jangan lupa vote dan comment

Menghapus Yang TerukirWhere stories live. Discover now