BAB 7

1K 58 6
                                    

Sudah beberapa hari berlalu,pertanyaan Kak Jon pun masih menjadi pertanyaan.Hingga sekarang aku masih belum mampu menjawabnya.Aku masih ragu,dan Kak Jon terlihat tidak begitu peduli.Hfffttt...
Aku mendengus,tentu saja,Kak Jon itu sebenarnya orang paling cuek di rumah.
Dan ketika dia peduli dengan orang lain,aku pikir itu sesuatu hal yang luar biasa.
Pantas saja dia sampai sekarang juga masih jomblo.Aku tertawa sendiri memikirkan hidup kakakku satu-satunya itu.bahkan dulu pernah ada perempuan yang nekat datang kerumah menemui orang tuaku dan mengatakan kalau dia mengandung anak Kak Jon membuat seluruh penghuni rumah heboh.Bahkan papaku sebagai manusia paling sabar di muka bumi inipun sampai marah luar biasa.Aku dan mama waktu itu sibuk menelpon Kak Jon yang sedang berada di Jogja,dan dengan santainya Kak Jon mengatakan kalau perempuan tersebut adalah adik dari sahabatnya yang begitu mencintai Kak Jon sampai melakukan drama menyebalkan seperti itu.

Kini aku sudah pulang ke rumah.Mama menyuruhku untuk tidak tinggal di apartemen lagi karena acara pernikahanku akan segera tiba.
Aku menginginkan acara pernikahan yang sederhana saja,sama seperti acara pertunanganku waktu itu.Frans pun menyetujuinya,karena melihat kondisiku yang kini sedang berbadan dua.

Seseorang mengetuk pintu kamarku.

"Masuk aja,gak dikunci kok."

Aku mendengus ketika melihat siapa yang masuk ke kamarku.

"Tumben pakai acara ketuk pintu dulu,Ma.Biasanya main nyelonong aja ke dalam"kataku seraya memeluk boneka minion kesayanganku

Mama melangkah mendekat ke arahku,kemudian mengelus rambutku dengan sayang.

"Nak Frans,ada di bawah.Kamu jangan temui dia dulu ya.Ingat kamu sedang dipingit."ucap mama pelan.

Duh,padahal aku sudah rindu berat.
Ternyata benar ya kata Dilan,kalau rindu itu berat.Hahaha...

"Mama enggak nyangka ya,sebentar lagi putri mama akan sold out.Mama rasanya enggak rela untuk ngelepasin kamu,sayang."kata mamaku dengan sedih.

Aku bisa melihat kesedihan di raut wajah mama.Aku sontak memeluk mamaku.Mataku berkaca-kaca.

"Tapi,enggak apa-apa.Mama percaya dengan Nak Frans.Dia pasti akan menjaga kamu dengan baik."sambung mamaku.

"Mama,tenang aja ya.Frans itu bucinnya Vera."ucapku berkelakar mencoba mencairkan suasana sedih ini.

Mama tersenyum menanggapi perkataanku,tangan mama menarik kepalaku kemudian mencium keningku dengan sayang.

"Ya udah,mama ke bawah dulu ya.Enggak enak kalau di tinggal lama-lama, lagi banyak orang soalnya.Vera,kamu jangan lupa untuk menanyakan kebaya pengantin sama teman kamu itu,Si Riska.Ngomong-ngomong kamu gendutan deh,Vera.Nanti kamu sekalian saja fitting kebaya lagi."titah mamaku sebelum melangkah keluar dari kamarku.

Aku mengangguk sebagai jawaban.
Ku ambil smartphone di atas nakas samping ranjangku.Mencoba menghubungi Riska,sahabat kampretku itu.

*****
Sudah lebih dari tiga puluh menit aku disini,di salah satu butik elit di bilangan Jakarta Selatan.
Aku melihat jam dinding di atas sofa yang kududuki.Sudah pukul 14.15 WIB.
Rupanya Riska masih sibuk merombak ulang kebaya pengantinku.Riska sempat mengomel karena berat badanku naik.
Ya,mau bagaimana lagi,seminggu terakhir ini nafsu makanku benar-benar gila.

"Yaudah sih,enggak usah ngambek gitu.Cuman naik sekilo ini."kataku mencoba menenangkan.

"Walaupun sekilo tetap aja buat aku sibuk ngurusin kebaya kamu ini,Vera."gerutu Riska.

"Yaudah,sebagai bentuk permintaan maaf,aku traktir makan gimana?"

"Nah,gitu dong,kan aku jadi semangat mengerjakan kebaya kamu ini."jawab Riska dengan sumringah.

Aku hanya bisa mendengus mendengar jawabannya.Ya kali sudah bertahun-tahu,aku sama dia berteman,masa tidak tau jurus ampuh untuk membuat meluluhkanya ketika sedang ngambek.
Semarah-marahnya Riska sama aku,kalo udah di tawarin makanan pasti langsung happy lagi dia mah.

Jangan kalian pikir,Si Riska ini badannya gendut ya guys,dia itu super duper sexy,untuk ukuran orang yang rajin makan dan ngemil.
Aku saja heran bagaimana tubuh dia sekecil itu.Padahal dia juga tidak rajin fitnes ataupun olahraga.

"Akhirnya selesai juga."
Riska membenahi peralatannya kemudian menyimpan kembali kebayaku ke dalam lemari.

"Nanti,biarin aku yang akan antar kebaya kamu sehari sebelum hari H."

Aku mengacungkan jempol tanganku sebagai jawaban kalo aku setuju.

"Ngomong-ngomong,kamu mau aku traktir makan apa,Ris?"tanyaku pada Riska.

"Aku lagi pengen makan Italian Food deh.Cari aja yang dekat-dekat sini deh."

"Tapi kamu yang nyetir ya,Ris."

"Siap,tuan Puteri."Aku terkekeh geli mendengarnya memanggilku seperti itu.

"Kayaknya di Pacific Place ada deh,beberapa hari yang lalu aku pernah makan di situ sama Bang Rehan,tapi aku lupa nama restaurantnya."ucap Riska seraya membuka pintu Honda Civicnya.

"Yee,tau aja yang mau di traktir,nyarinya tempat makan yang mahal."kataku menggodanya.Aku duduk disamping Riska dan memasang sabuk pengaman.

"Kamu senang ya buat aku jadi bangkrut,tau sendiri teman kamu ini enggak kerja."sambungku lagi.

"Kan ada ayang beb,Vera.Calon suamimu kan banyak duit."jawab Riska sambil tertawa.

"Ra,nanti kamu pulangnya minta jemput Frans aja ya.Soalnya aku mau jemput Bella dari tempat bimbel sore ini.Bang Rehan tadi ngabarin kalau gak bisa jemput anaknya."

"Iya,santuy aja lah."

Lima belas menit kemudian,mobil Riska sudah memasuki area Mall Pacific Place.
Setelah memarkirkan mobilnya dan bertanya kepada security di lantai mana restauran Italia,aku dan Riska menuju lantai Ground.

****

Frans membawaku ke apartemennya,bukan ke rumahku.

"Frans,kamu tau kan kita sedang di pingit.Mama bisa marah kalau tau nanti."

Aku melepaskan genggaman tanganku dan tangannya.Melepas cardiganku,meletakkannya di gantungan,di samping pintu apartemen.

"Saya kangen sama kamu,Vera.Bisa gila saya,kalau harus menunggu sampai hari H untuk melihat dan bertemu kamu."ucap Frans frustasi.

Frans menarikku kedalam pelukannya.
Mencium rambutku dengan gemas.
Aku melepaskan pelukannya,berjalan menuju dapur.Menuang air putih ke dalam gelas,kemudian meneguknya hingga tandas.
Baru saja aku bernafas lega setelah dahagaku hilang,tiba-tiba Frans membalikkan tubuhku dan mencium bibirku dengan beringas,membuatku terkejut dan kesulitan mengimbanginya.
Frans mengangkatku,dan mendudukanku di meja dapur.Satu tangannya meremas rambutku,yang satunya lagi menelusup ke dalam kaosku,seraya meremas dadaku.
Aku mendesah dibuatnya.Ciumannya pun turun ke leher dan tulang selangkaku.
Ditengah kesadaranku dari rasa nikmat ini,aku mencoba mendorong tubuh Frans.
Ciumannya terlepas,dan nafas kami terengah-engah.
Frans menatapku dengan bergairah.

"Vera,i can't handle this."ucapnya serak.

Frans menggendongku menuju kamarnya.Meletakanku di atas ranjang,melepaskan bajunya kemudian menindihku.
Frans memagut bibirku lagi dan aku menyambutnya dengan suka cita.
Aku sudah pasrah,ketika Frans melepas pakaianku dan mengajakku bercinta kemudian.
Maafkan,Vera ya ma,tidak bisa menahan diri sampai hari pernikahan.batinku.
Rupanya rasa rindu ini sudah tidak bisa di bendung lagi.
Hanya suara desahanku dan Frans yang menjadi saksi betapa kami menikmati percintaan ini.














My HusbandWhere stories live. Discover now