• || Part 14 || •

294 15 0
                                    

.
.
.

Gue bisa ngeliat ekspresi marah dan keselnya Luca dari paddock ini.

Beberapa saat kemudian, Luca mendekat dengan motornya yang kemudian berhenti nggak jauh dari gue. Helmnya pun dilepas dan waow. Jantung gue lepas dan gue merinding saat ini, ngeliat Luca yang sangat keren dengan rambutnya yang acak-acakan dan basah, ditambah mukanya yang sedang tertekuk disana-sini :v

"Hey ..." sapa gue pelan setelah Luca turun dari motor dan akan masuk ke paddock.

Dan dia cuma naikin kedua alisnya sedetik sambil megang tangan gue sekilas, ngasih kode buat pelukannya entaran aja karena disini rame dan dia harus blaa blaa blaa sama timnya di paddock. Gitu kali ya?! Gak tau gue ><

Tapi emang bener sih. Luca istirahat, dikasih minum sambil ngedenger crewchief nya ngomong dan dia manggut-manggut, menggeleng, ngomel-ngomel -yang jelas ekspresi mukanya gak berubah dari tadi. Serem tapi cool, eh :v

30 menit kemudian ...

Drrt.

Luca_Marini_97: i want a hug :'(

Read.

Langsung aja gue jalan menyusuri tangga ke atap akademi. Gue yakin Luca disana sendirian, sambil menyaksikan matahari terbenam dan langit berubah menjadi hitam bertaburan bintang.

Benar.

Luca langsung noleh disaat gue baru aja buka pintu atap. Dia pun berdiri dan berjalan ngedeketin gue. Setelah cukup dekat, gue langsung meluk Luca dengan eratnya.

Hati ini terasa retak saat ngeliat Luca sedih bercampur marah dan kesal seperti sekarang.

He really hug me tightly. Like dont ever want to let me go.

"Uu ... cup, cup, cup ... udah ya, jangan nangis ..." kata gue dengan nada ngejek sambil ngelus-ngelus punggungnya.

Sumpah, gue kasihan banget sama Luca yang harus peluk gue lama sambil nunduk -karena tinggi kita yang ..uhm, nggak setara.

"Sori ya, aku nggak nangis." terdengar suaranya yang lebih kedengeran seperti menggerutu.

"Tadi ada emot nangisnya tuh?!"
Luca ngelepas pelukannya dan natap gue, "pingin naroh aja sih. Lagian pengen nangis, air matanya gak bisa keluar -..-"

Bhahh :v

Kami pun duduk diatas balkon.

Luca terus bersandar dipundak gue. Kelihatannya capek banget, setelah apa yang dialaminya seharian ini.

"Punggungnya nggak papa?" tanya gue. Luca menegakkan badannya sambil natap gue dengan ekspresinya yang kayaknya nggak pernah ditunjukin ke orang lain selain gue.

Duuh ... nggak tahan gue, sedih banget. Langsung aja gue peluk dan elus-elus punggungnya.

"Sudahlah. Just let it go, Luc. Hari ini ngasih kamu banyak pelajaran, ya kan? Biar lebih hati-hati lagi. Fokus. Aku perhatiin dari free practice dan kualifikasi kamu gak begitu fokus. What's going on?"
Luca natap gue, nunduk, menggeleng, ngelus tengkuknya ...

"Okay. Im sorry, karena datengnya telat. Nggak nonton kamu secara live. So sorry." kata gue pelan sambil ngelus-ngelus lengan Luca, dan tiba-tiba aja dia meluk gue lagi, lama.

What's wrong with him??

➖➖➖

...

Luca menyusul Rins dan Franco untuk naik ke atas podium dan mendapatkan piala masing-masing. Setelah mendengar lagu kebangsaan Italia, Luca langsung turun dan menyiram kakaknya, teman-teman dan para kru di timnya.

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang