• || Part 25 || •

137 2 1
                                    


- Bella pov –

Setelah mengikat rambut, gue langsung pake jaket dan pantengin diri gue lagi di cermin besar punya Camila.

"Lo ... serius, Bel?" tanyanya.

"Pertanyaannya itu mulu. Nggak bosen apa?" kekeh gue sok cuek. Huufth ... "Ini juga demi nenek, Cam."

Camila menghela napasnya. "Iya sih ... lagian nenek kenapa mesti pengen ngeliat elo pas lagi gini-gininya sih?"

"Lagian Luca juga udah inget lagi. Nggak papa."

Sebenernya kalimat itu susah banget buat gue ucapin dengan santainya. Jantung gue nggak berhenti berdegup kencang. Malam ini, gue bakal dateng ke pesta perayaan yang Vale buat karena ingatan adiknya udah balik lagi.

Ini malam terakhir gue untuk ketemu Luca.



-- -- --



"Bella ... akhirnya kamu dateng juga! Uuh, aku kangen banget ngeliat kamu." Giorgia langsung meluk gue seerat-eratnya begitu liat gue turun dari mobil.

"Hehe, baru juga tiga hari nggak nongol." Kata gue.

Giorgia ngeliatin gue dengan ekspresi sedihnya itu. "Serius mau balik sekarang?" tanyanya. Begitu gue anggukin kepala, dia langsung nyuruh gue buat masuk. "Temuin Luca sana!"

Mata gue langsung menangkap sosok lelaki tinggi berdiri tertawa di sana. Luca. Sekarang dia keliatan seneng banget, udah berhasil inget semuanya. Walau caranya nyebelin banget—cuman karena jatoh dari kasur trus ketimpa jam weker langsung inget!!? Kan tai tuh jam. Gue udah sekuat tenaga berusaha bantu dia inget, eh jam wekernya malah tinggal nimpuk pala Luca doang ;v

"Bella!" panggil Linda yang sedang bersama Vale dan beberapa orang lainnya. "Apa kabar kamu?"

Gue cuman bisa menghela napas sambil nunjukin senyum paksaan.

"Hei." Vale nyolek lengan gue. "Serius mau balik sekarang?"

"Dih, kok semuanya pada nanyain serius-serius mulu sih? Iya, aku serius!" jawab gue sedikit kezel. Lagian ditanyain itu mulu. "Nenekku sekarat tuh di rumah. Kangenin cucunya katanya."

Vale dan Linda ketawa barengan. "Haha, iya iyaa ... kasian nenek. Ale juga sudah kukasih waktu libur dua minggu." Kata Vale. "Selesai ayahmu libur, kamu bisa ikut lagi, kan?"

Gue sedikit kaget mendengarnya. "Euh ... aku udah masuk sekolah, bang." Kata gue sedih.

"Yaah ... sayang sekali." desahnya. "Tapi ya sebaiknya kamu sekolah aja yang bener. Dan jangan lupa selalu dukung kita dari sana. Oke? Hehe ..."

"Oiya dong, pasti bakal selalu kudukung bang!"

"Yaudah, samperin Luca sana! Stres berat dia nggak ngeliat kamu belakangan ini."

Gue ikut terkekeh dan nolehin kepala ke belakang. Pandangan gue langsung bertemu dengan tatapan mata Luca dari sana.



-- -- --



Author pov -

Luca membeku.

Sosok gadis itu dilihatnya, sedang tertawa dan bercakap dengan kakak tirinya.

Sontak Luca langsung memberikan gelas minuman yang dipegangnya pada Migno dan berjalan menembus keramaian hanya untuk menghampiri gadisnya.

Tapi nihil.

Sosok gadis yang dilihatnya malah sudah tak berdiri tepat dimana ia melihatnya tadi.

"Cari apaan, Luca?" tanya Vale bingung melihat adiknya yang celingukan.

"Tadi ... Bella ada di sini?" Luca balik bertanya.

"Enggak tuh."

"Ada."

Jawaban kompak dari Vale dan Linda yang begitu kontras membuat Luca jadi curiga.

"Jelas-jelas tadi gue ngeliat dia ngomong sama kalian di sini, bang, mangkanya gue samperin!"

Vale dan Linda saling bertatapan. "I-iyaa ... tapi dia udah keburu pergi."

"Pergi? Pergi kemana?" dahi Luca penuh kerutan.

"Ya pergi, nggak tau dah kemana."

"Ya pulanglah ke rumahnya."

Lagi-lagi jawaban Vale dan Linda tidak kompak samasekali. Membuat Luca mendengus dan berbalik dengan kesal. Sebelum itu ia berkata, "Semoga langgeng deh kalian."

Luca pun berjalan di tengah keramaian pesta perayaan kembalinya ingatan lelaki itu sambil beberapa kali menepuk bahu para gadis yang dikiranya Bella. Bella sudah tak ada. Sudah pulang. Pulang ke mana? Perasaannya jadi tak karuan.

Detik berikutnya, mata Luca menangkap sosok yang dicarinya sedang diam-diam bicara dengan Migno di tempat minum tadi. Gadis itu menoleh, dan dia benar Bella! Tapi setelahnya, gadis itu malah terlihat gelagapan dan buru-buru pergi sebelum Luca memanggil dan menyusulnya.

"Bella pergi kemana barusan?" Luca menghampiri Migno. Ia celingukan mencari sosok Bella.

"Bella? Hahah, nggak ada Bella di sini, bro." jawab Migno sambil tersenyum aneh.

Luca menatapnya tajam. "Bo'ong lo. Jelas-jelas gue liat dia ngomong sama lo di sini barusan!"

"Nggak pake ngegas juga dong lo, Luc."

"Mana Bella? Kemana perginya?" Luca malah mencengkram kerah baju Migno. Sesuatu yang tak pernah dilakukan sebelumnya. Sorot matanya begitu tajam. Ia kelihatan marah sekali. Dan takut.

Migno hanya diam. Pasrah dirinya di cekik Luca hanya untuk tak memberitau dimana Bella.

"Mig, gue tau lo tau. Jadi jangan gini, Mig. Gue pengen ketemu dia." Luca berbisik lirih sambil terus menatap mata Migno. "Gue ngerasa ada yang aneh. Sesuatu yang nggak gue tau. Please, Mig, kasih tau gue Bella dimana?"

"Lo takut kehilangan dia?" akhirnya Migno bicara.

Luca menganggukkan kepalanya pelan.

"Pantes lo begitu ketakutan, Luc." Migno menggelengkan kepalanya lalu tersenyum tipis.

"Karena lo udah kehilangan dia."

"Bella udah pergi, Luc."

Seketika itu juga Luca menghempaskan cengkramannya dari kerah Migno dan membuat lelaki itu menabrak meja makanan dan minuman. Luca terus mengumpat sambil berlari kencang keluar rumah.

Ia tau perasaan aneh yang muncul tiba-tiba itu benar. Dan ia harus segera menyusul Bella.

Amnesiaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن