Part 27

12.8K 1.1K 9
                                    

Hallo.

Selamat membaca. :)

(Namakamu) datang ke sekolah pagi sekali. Dia berjalan menelusuri koridor dan segera mencari lokernya untuk mengambil beberapa buku pelajaran. Setelah mengambil buku pelajaran, dia langsung menuju kelasnya.

Sepi. Itulah yang dia rasakan saat memasuki kelasnya.

"Eh, gila, gue kepagian banget ini mah." (Namakamu) menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal. Dia menaruh tasnya di bangku, dan pergi keluar.

"Pagi, (Namakamu)." Sapa salah satu temannya.

"Pagi, Revan." Balas (Namakamu) tersenyum.

"Tumben lo udah dateng. Biasanya, kalo dateng mepet mau masuk mulu." Ledek Revan.

"Haha, nggak tau nih. Gue lagi kesambet apa kali." Ucap (Namakamu). Revan hanya tertawa kecil.

(Namakamu) melangkahkan kakinya menuju tempat kesukaannya, rooftop.

Sesampainya di rooftop, ia berdiri sambil merentangkan tangannya menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya.

"Waw, suatu kebetulan yang menyenangkan ya, bisa ketemu disini."

(Namakamu) menoleh kesampingnya. Dia mendengus ketika melihat Steffi lah yang berada sampingnya. Dia pun berniat pergi dari tempat itu. Namun, sialnya Steffi malah menarik tangannya.

"Lo mau kemana? Buru-buru banget. Ngobrol dulu kali sama gue." Ucap steffi, "Ups, gue takut alergi megang tangan lo lama-lama." Lanjutnya melepaskan tangan (Namakamu) dengan sedikit kasar.

(Namakamu) memutar kedua bola matanya dan berkata. "Yang ada gue yang alergi megang tangan lo yang burik itu."

Steffi mendelik kesal. "Heh, enak aja! Tangan gue ini, sering perawatan ya."

"Whatever lah. Kalo emang nggak ada yang mau di omongin, mending gue pergi." (Namakamu) membalikkan badannya dan pergi dari hadapan Steffi.

"Gue tahu, lo masih cinta sama Iqbaal." Teriak Steffi membuat (Namakamu) menghentikan langkahnya. Dia berbalik dan menatap Steffi dengan tajam.

"Gue jadi kasian sama Ari. Cewek yang statusnya adalah pacar dia, malah cintanya sama cowok lain." Ucap Steffi.

"Diem! Lo nggak tahu apa-apa tentang gue sama Ari. Gue sayang sama dia." Ucap (Namakamu).

"Sayang? Sebagai apa? Sebagai sahabat? Haha, gue tahu, (Namakamu), lo nerima Ari karena lo kasian kan sama dia."

(Namakamu) menggeram pelan. "Lo nggak usah ikut campur urusan gue, sialan."

Steffi tertawa. "Well, gue emang nggak akan ikut campur urusan lo lagi. Karena, apa yang gue inginkan udah tercapai."

"Gue kasian sama lo. Lo itu cantik, tapi sayang, bisanya cuma ngerusakin hubungan orang." Kata (Namakamu) tajam.

Steffi menggeram. "Gue nggak ngerusakin hubungan siapa pun. Iqbaal mutusin lo, karena dia cinta sama gue."

(Namakamu) tertawa. Cinta? Iqbaal cinta sama Steffi? HAHA. "Kalo emang Iqbaal cinta sama lo, yang pas dia putus sama gue, dia pasti langsung nembak lo. Tapi kenyataannya? Dia nggak nembak lo kan."

(Namakamu) tersenyum miring melihat Steffi yang terdiam. Skak mat. "Kalo boleh gue ngasih saran, mending lo berhenti deh ngejar dan berharap sama Iqbaal. Karena, sampai kapan pun Iqbaal nggak akan jadi milik lo, Steff."

Steffi berdecih dan berkata. "Iqbaal pasti jadi milik gue!"

"Hm, udah mau masuk nih. Gue ke kelas duluan ya. By the way, semoga lo bisa dapetin Iqbaal. Ya, walaupun kedengerannya mustahil, tapi, apa salahnya mencoba? Good luck, Steffi." Ucap (Namakamu) Sebelum benar-benar pergi dari hadapan Steffi.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang