Chapter 3 : Cinta Datang Karena Terbiasa?

149K 11.3K 1.2K
                                    

"Kak Kin, Kak Kin, liat ini! Coba lo liat ini!" Teriak Kania sambil melemparkan badannya ke ranjangku. Aku yang nyaris terpejam langsung terlonjak kaget. Telingaku sepertinya sebentar lagi perlu dibawa ke dokter THT karena akhir-akhir ini sering sekali aku mendengar sesuatu yang berefek buruk bagi indra pendengaranku ini. Contohnya teriakan Kania tadi dan semua kalimat perintah yang keluar dari mulut Romeo.

"Apasih Kan, ngagetin tau nggak! Lain kali sebelum masuk kamar tuh ketuk pintu dulu, bukannya teriak-teriak, kamar gue bukan hutan tau."

Kania cuma nyengir geli lalu dalam satu kali gerakan, dia menyodorkan hape-nya.

"Baca nih line dari Kak Romeo."

Mataku langsung tertuju pada layar hape Kania. Disana tertera jendela obrolan antara Kania dan Romeo. Yang paling menarik adalah pesan terakhir yang dikirim oleh Romeo, pesan yang berbunyi : Minggu dpn ada Pelita cup, klo lo mau lo bs dtg soalnya gw main. Dan pesan itu langsung dibalas Kania dalam menit yang sama.

Kania Aninda : Wah, iya kak, aku bakalan dtg kok.

"Padahal gue udah tau minggu depan ada Pelita Cup dan Kak Romeo bakalan main hari senin nanti, tapi dia ngabarin ke gue secara langsung begini. Gue terbang Kak Kin, gue terbangggg!"

Diam-diam aku memutar bola mata. Elah, gitu aja kok seneng, Kan.

Dalam ekspektasiku ketika Romeo mengatakan akan meminta Kania datang ke Pelita Cup dia akan mengatakan dengan kalimat yang lebih manis dari itu. Misalnya: Hi Kania, minggu depan bakal ada Pelita Cup, jangan lupa dateng ya soalnya gue bakal main. Ya, tapi itu cuma ekspektasi, ekspektasi yang seharusnya tidak pernah aku ekspektasikan karena aku yakin ekspektasiku akan kebanting oleh realita yang tersaji di depan mata.

Romeo yang aku kenal mana ada manis-manisnya. Harusnya nama Romeo itu bukan Romeo, dia sungguh menghancurkan imajinasiku mengenai Romeo-nya Shakespeare. Harusnya orang tua Romeo menamainya dengan "Saitan" atau "Naraka" yang merupakan plesetan dari kata "Neraka". Menurutku kedua nama itu lebih cocok untuknya.

"Kak Kin, lo pernah bilang kalau Romeo itu tipe cowok yang nggak bisa dideketin dengan mudah. Nah sekarang? See? Dia nggak se-unreachable yang pernah lo omongin deh."

Andai kamu tahu Kan apa yang aku korbanin untuk itu.

"Gue kenal dia dari jaman kelas sepuluh, gue bisa kenal karena dia emang populer. Secara, most-wanted gitu, Kan. Menurut kabar dia itu nggak pernah pacaran, kalau deket sama cewek-cewek sih iya, tapi kalo terikat enggak. Nah cewek yang deket sama dia pun bukan sembarang cewek. Lo tau mantan ketua cheers yang ikutan nge-MOS-in lo?"

Kania tampak mikir, "Kak Farah anak kelas tiga?"

"Iya, Farah Maharani, satu-satunya cewek yang kabarnya pernah deket sama Romeo. Anak-anak sempat liat Romeo pernah nganter tuh cewek pulang pas kelas sebelas dulu. Nah mungkin model yang begitu tuh yang bisa dengan mudah deket sama Romeo. Yang cantik, anggun, anak orang kaya, setiap minggu ke salon, punya barang-barang branded, ikut party sana-sini."

Aku terdiam sejenak. Kalau dipikir-pikir Kania juga agak termasuk ke dalam kriteria cewek yang bisa deket sama Romeo. Kania cantik, anggun, dan hmm...hidup kami nggak terlalu melarat. Kania juga suka bolak-balik salon sama Mama setiap minggu, bedanya Kania nggak terlalu tergila-gila dengan barang branded dan suka ikutan party nggak jelas.

"Sebenarnya lo termasuk kriteria itu, Kan. Makanya lo bisa dengan mudah deket sama Romeo. Cuma ada satu yang gue khawatirin, Romeo nggak pernah pacaran, dia nggak pernah terikat sama cewek manapun. Nggak salah kan kalau gue bilang dia unreachable?" kataku sambil menatap Kania yang tampak menyimakku.

Resist Your CharmsWhere stories live. Discover now