Memorizem

91 6 1
                                    

29 Februari

Tanggal itu lagi. Tanggal di mana hari ulang tahunku dirayakan. Tanggal di mana memori-memori tentang ulang tahunku kembali muncul dalam ingatan--tentang pesta, kue, lilin, dan kejutan.

Tepatnya, empat tahun yang lalu. Ketika umurku dua puluh tahun. Dia datang membawa kejutan yang tak bisa kulupakan seumur hidup. Dia datang ke rumahku dan membawa kue cokelat kesukaanku. Di atasnya tentu saja ada lilin kecil. Awalnya kupikir ulang tahunku saat itu akan biasa-biasa saja, tetapi jauh dari itu, ada kejutan lebih besar yang dia persiapkan.

Dia, dengan senyumnya menyuruhku mengganti pakaian dan mengajakku pergi ke suatu tempat. Saat itu aku masih ingat, ketika gelap menenggelamkan matahari. Dia menutup mataku dengan kain dan menuntunku ke suatu tempat. Entah kutak tahu di mana.

"Surpriseee," katanya setelah membuka penutup mataku.

Aku terkejut. Kami berada di sebuah restoran AD, singkatan dari nama kami. Ya, aku pernah katakan bahwa aku memimpikan mempunyai sebuah restoran dan memberikan nama AD--Ausil dan Deni--dan itu diwujudkannya ketika aku berumur dua puluh tahun.

Belum sampai disitu, di setiap sudut ruangan ada banyak lilin-lilin, kartu ucapan 'Selamat Ulang Tahun' berjejer, hiasan-hiasan berupa balon berwarna biru, dan lagi ada kue cokelat di dalam restoran. Bersamaan dengan itu orang-orang terkasih ke luar dari persembunyian dan meneriakkan 'surprisee' dengan bahagia.

"Sil, tunggu di sini sebentar, ada kejutan lagi untukmu," ujarnya kemudian berlalu dariku. Aku bisa melihat punggungnya menjauh. Tak henti-hentinya aku tersenyum kala itu. Kawan-kawanku masih riuh di belakangku.

Namun, ada kejanggalan. Sudah sejam aku menunggu, Deni tak kunjung datang. Tiba-tiba ponselku berdering. Ekspresiku ketika mendengar suara di seberang sana, terpaku, napasku tercekat, ponsel yang berada digenggamanku terjatuh, lututku lemas.

"Deni ...," lirihku dengan suara bergetar menahan tangis.

Semua orang mencoba menenangkanku. Mereka paham akan perubahan air mukaku.

***

Aku berada di rumah Deni, menunggu ambulance jenazah datang.

Ya, Deni, ketika akan membawakan hadiah untukku, di perjalanan mengalami kecelakaan maut. Hal yang tak terprediksi. Namun, takdir adalah janji Tuhan dan aku harus mengikhlaskannya.

Mobil jenazah yang membawa Deni sampai di kediaman Deni dan aku langsung menghambur ke arah jasad yang terbujur kaku itu. Untuk terakhir kalinya aku memindai wajah Deni dengan mataku dan menyimpannya di memori hatiku.

Empat tahun yang lalu, ulang tahun yang spesial. Kebahagaiian ada, tetapi juga kesedihan ada di sana.

****

HAPPY BIRTHDAYحيث تعيش القصص. اكتشف الآن