Epilog

19 0 0
                                    



Kamis,22 November 899

Saatini STM Panzer sedang dilanda hujan es. Semua murid yang mau keluarsekolah karena sekarang sudah masuk waktu istirahat kedua terpaksamengurungkan niat mereka melihat hujan es seperti ini. Jarang-jarangterjadi hujan es di wilayah tropis seperti Yabar yang ukuran esnyaseperti es batu buatan kulkas. Angin bertiup sangat kencang dan udaradi siang ini cukup dingin sehingga anak-anak Panzer mesti memakai jasmereka jika tak mau masuk angin.

Banyakanak Panzer yang duduk-duduk di lorong gedung untuk menonton hujanes. Terlihat Kosim dan Shaka duduk di lorong depan kelas mereka."Aduh, mau pergi ke Warteg tapi malah hujan es!" keluh Kosim.

"IyaSim, gue juga mau ke Warteg tapi takut kepala kena es kalau pergi kesana," ujar Shaka yang duduk di dekat Kosim.

"Shaka,kenapa hujan es bisa terjadi? Apa ada kaitannya sama globalwarming?"tanya Kosim seraya memandangi lapangan.

"Entahlah.Dan yang pasti, ini baru pertama kalinya gue melihat hujan es!"seru Shaka sambil melihat baskom merah yang ditaruh Eka di tengahlapangan. Baskom tersebut digunakan Eka untuk mengumpulkan es yangbakal ia gunakan untuk membuat es buah. Saat ini, Eka dan Guntursedang belanja di suatu minimarket untukmempersiapkan bahan untuk membuat es buah. Mereka nekat pergi ketempat tersebut di tengah hujan es ini. Eka jago membuat es buah dania bertekad untuk menjadi juragan es buah di Yabar walaupun tahtajuragan sedot tinja ada ditangannya.

Sementaraitu, Ronald yang berdiri di tengah lapangan sedang memainkan raketlistriknya yang digunakannya untuk memukuli es-es yang mengarah kedirinya. Hal itu ia lakukan untuk meningkatkan kemampuan mainbadmintonnya padahal tak ada lomba yang bakalan ia hadapi.

Hujanes ini akan segera berakhir sekitar 4 menit lagi dan Manguri –yangsedang meminum teh hangat–duduk di kursinya yang ada di depan pintuperpustakaannya. "Harusnya hujan es ini minum wedang jahe tapi yayang ada hanyalah teh saja. Ya sudahlah," kata Manguri lalu iameneguk botol minumnya yang berisikan teh hangat.

Ketikahujan es mau berakhir, muncul seseorang yang berdiri di depan pintugerbang Panzer dan ia berteriak, "Panzer Yabar, aku kembali!"Melihat orang tersebut, Ki Dang yang baru saja bangun dari tidurnyalangsung mengambil senapan dan ketika ia keluar dari pos, ia langsungmenodongkan senapannya ke orang tersebut sambil berteriak, "Matisaja kau, Setan!"

Orangtersebut terkejut dan berteriak dengan ketakutan, "K-Ki, mau apakau? Jangan bunuh say-"

"DIAMKAU, RUH MATI PENASARAN!" teriak satpam tersebut dan langsung sajapelatuk senapan ia tekan. Orang tersebut sepertinya pasrah saja jikaditembaki veteran militer Nusatoro tersebut.

"Aduh!Kenapa nggak nyala?" tanya saptam tersebut pada dirinya serayamelihat senapannya tak mengeluarkan peluru. "Oh ya. Saya lupa ngisipeluru! Ruh, tunggu ya di sini. Gue mau ngisi peluru perak dulu!"kata Kidang lalu ia berjalan menuju posnya.

"Emanggue ini Vampir apa sampai pakai peluru perak!" celetuk orang yangdianggap ruh penasaran oleh Kidang.

Melihatorang tersebut, Ronald dan anak-anak Panzer langsung berteriak,"AH!!! Ada ruh mati penasaran!" mereka langsung berlariankesana-kemari layaknya melihat monster menyerang kota.

Sambilberlari ke sana kemari di lorong gedung 1, Eko mengeluarkan ponselnyadan menghubungi seseorang. "Halo, ini dengan pihak rumah sakit jiwaGolgrol ya?" tanyanya sambil gemetaran.

"Ya.Ada perlu apa ya?" tanya seseorang yang suaranya seperti suster.

"Bisaminta 1 kamar tidak?"

"Bisa.Tapi kenapa anda meminta kamar? Memangnya ada yang sakit jiwa dipihak keluarga anda?"

"TidakSus. Saya yang merasa terkena gangguan jiwa karena melihat ada kepalasekolah saya masuk ke sekolah padahal aslinya ia sudah mati!" jawabsi Eko.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STM Panzer: Kelapa MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang