Throw All The Fears Out! *14

51.1K 4.5K 524
                                    

Vampix mengerutkan keningnya begitu ia membuka matanya, baru terbangun dari tidurnya. Pikirannya kacau. Seharusnya dia tak melakukannya. Seharusnya dia tidak menggunakan kekuatan keduanya. Dia hampir saja kehilangan kontrol dirinya dan membuat kekacauan barusan.

Suara langkah mendekat membuat Vampix buru-buru bangkit dari tidurannya dan mencabut ponsel yang tengah ter-charge dan dengan cepatnya pula dia memasang wajah serius seolah sangat serius memainkan ponselnya.

Pintu kamarnya terbuka dan menampakan teman sekamarnya menghampiri tempat tidur kanan dengan tak bersemangat. Vampix menaikkan alis, bingung dengan apa yang terjadi.

"Kenapa lesu begitu?" tanyanya sambil menutup ponselnya—kini lebih tertarik mendengar apa yang terjadi dengan roommate-nya daripada benda itu.

"Kau masih ingat semua nama kekuatan dan pemiliknya?" tanya lelaki itu dengan tatapan serius.

Vampix menganggukan kepalanya tak peduli. "Memangnya kenapa? Apa hubungannya dengan kekuatan?"

"Kekuatan yang menghipnotis orang dengan nyanyian," gumamnya. "Siapa pemiliknya?"

"Wow- wow, santai saja wajahmu." Vampix makin tertarik dengan topik yang mereka bahas saat ini, apalagi saat melihat lelaki itu memasang wajah yang cukup tegang. Dan Jarang-jarang pembicaraan mereka bisa nyambung begini. "Kukira kau tidak punya emosi, ternyata bisa penasaran juga?"

"Jangan mengalihkan topik. Siapa pemiliknya?"

Vampix nampak berpikir—atau lebih tepatnya pura-pura berpikir, sebab dia ingat siapa yang memiliki kekuatan itu. "Setahuku usia dari pemilik kekuatan itu tidak membuatnya mendapatkan undangan ke Sky Academy. Kau tahu kan, mana mungkin mereka SMA lagi?"

Lelaki itu—Tazu hanya diam, merenungi ucapan Vampix.

"Memangnya kenapa, sih?"

"Sepertinya...,"

*

"Selamat datang!" Rainna langsung menerjang gadis berambut hitam lurus yang baru saja memasuki gerbang akademi sambil menarik kopernya. "Daritadi kami sudah menunggumu, lho!"

Invi memperhatikan orang-orang yang ada disekitarnya, pos-pos dan jalan yang ada disana. Tapi tak dapat menemukan orang yang ada dalam pikiran Rainna.

"Piya kenapa?" tanya Invi langsung merasa waswas. Sedaritadi Invi dapat mendengar suara dari pikiran Rainna yang terus merasa cemas.

"Entahlah. Tapi Kazie langsung pergi saat dipanggil Hize."

"...Huh?"

Rainna berubah panik tiba-tiba, "Eh, katanya Piyan butuh bantuan Kazie. Darurat, katanya. Jadi mereka langsung teleport ke atap asrama. Percayalah! Hize tidak sedang menggoda Kazie, kok!"

"Aku bahkan tak berpikir soal itu." Balas Invi dengan sedikit jengkel—merasa bahwa Rainna tengah mengejeknya dengan Hize. "Piya dimana?"

"Di kamarnya, mungkin? Tapi aku tidak tahu dia di nomor berapa, lho!" tukas Rainna seolah baru saja membaca pikiran Invi. Rainna sendiri tahu, Invi terkadang terlihat melindungi Piya dengan caranya sendiri.

Ryoka yang baru keluar dari pos, melemparkan senyuman pada Invi. "Eh, Invi, selamat datang!"

"Ryoka, kau tahu dimana kamar Piya?" tanya Invi to the point, membuat Ryoka menerjapkan matanya bingung. "Baiklah, ayo kita ke kamar kalian."

Rainna hanya menghela nafasnya, berpikir tentang Invi yang terdengar seperti berbicara sendiri. Hingga akhirnya terbungkam dalam hati karena melihat tatapan dari mind reader itu.

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Where stories live. Discover now