Part of Past *19

51.4K 4.3K 709
                                    

LMP is now on not available. I unpublished it. I found a website that copying the plot. I'll try to contact the website owner and do a come back quickly. Relax, the website only copying mine, and its also hasn't finish yet. It's ok, It'll be fine so soon.

Forget it. I'll repost when everything normal.

BTW, happy reading.

Jangan galau sama judulnya, ini tidak seperti kedengarannya kok, hehe.

***

Aku mengerucutkan bibirku, memilin ujung rokku saat Kayaka bercerita panjang lebar sambil memperhatikan kertasnya yang berisi beberapa gambar. Pipinya yang chubby terlihat jelas saat dia melengkungkan senyum amat bahagia.

"...Papamu kan tidak ada di rumah, bagaimana kau bisa selesai?" tanyaku sedikit kesal. Aku kira, Kayaka akan menjadi orang yang paling tertinggal dalam mengisi kertas itu, sebab Papanya sangat jarang pulang kerumah. Rupanya, akulah yang tertinggal.

"Aku telepon Papaku, aku langsung tanya deh. Ada beberapa yang aku tanya dari Mama." Balasnya, masih tersenyum amat senang melihat kertas ditangannya.

Salah satu tanganku mengepal kuat, aku kesal, kesal, kesal! Aku kesal, bukan dengan Kayaka, tapi dengan Papa.

Padahal Papa pulang seminggu sekali, tapi kertasku masih kosong.

"Coba tanya Mama-mu, apa kesukaan Papa-mu, Mama-mu pasti tahu." Usul Kayaka begitu melihat larut wajahku yang sepertinya mulai berubah dan terlihat benar-benar kesal.

"Yah, mungkin..." gumamku pelan, mulai menimang-nimang apakah aku harus menanyakan hal ini pada Mama. Tapi Sensei kan, memintaku untuk menanyakannya pada Papa? Apa tidak apa-apa?

Sepulangnya, Mama yang sedang memeriksa catatan yang biasanya dia baca pun menoleh ke arah pintu. Wajah seriusnya yang sempat kulihat tadi, berubah menjadi senyuman membinar bahagia menyambut kepulanganku.

"Lho, lho, Rin kenapa mukanya kusut begitu?" tanya Mama seraya menghampiriku, "Duh, untung manis," gumamnya sambil mencubit sebelah pipiku pelan.

"Ma, Papa paling suka apa di dunia ini?" tanyaku langsung.

Mama sempat terdiam untuk beberapa saat, "Papa...hm, Papa paling suka..., rokok, kare...," Kening Mama mengerut bingung, "Rin butuh berapa?"

"Lima," balasku sambil menunjukan kertasku.

"Papa suka Ice Skating!" sahut Mama setelah beberapa saat berpikir, "Lalu...,"

Aku melirik Mama gelisah, ayolah, Ma, tinggal dua. Kalau Mama tidak tahu, mungkin aku harus telepon Papa seperti yang dilakukan Kayaka.

Mama tersenyum lebar dan mengelus pelan kepalaku, "Papa suka Rin dan Mama,"

Jawaban itu membuatku menatap Mama untuk beberapa saat, bibirku gemetaran tanpa sadar. "Benarkah?"

"Iya!" balas Mama semangat, "Ini PR Rin ya? Aduh, Mama sampai bingung tadi, PR anak TK kok susah ya?" tanyanya sambil mengelus tengkuknya.

Aku mendongkak, "...Memangnya PR Mama tidak susah?"

Mama tertawa, "PR Mama tidak sesusah punya Rin, mungkin."

"Berarti Rin sudah bisa kuliah ya?" tanyaku dengan mata membinar-binar. Mama tertawa, lalu menepuk-nepuk bahuku.

"Rin makan yang banyak, ya, biar cepat besar." Gumam Mama, "Mama kan ingin cerita ke Rin..."

The Sorcery : SKY Academy [Telah Diterbitkan]Where stories live. Discover now