01. Sial Beruntun

50.9K 2.6K 105
                                    

Ashel berlari secepat kilat setelah menempelkan jempol di mesin ceklok untuk absen.  Seketika dia melotot menatap mesin menunjuk angka 08.04 am.  Artinya dia sudah telat empat menit saat itu.  Pasti absennya akan merah.  Langkahnya terdengar menggema di koridor kantor.

“Mampus mampus!”

Berulang kali ia mengucapkan kata yang sama sembari menatap arloji di tangan.  Sudah tiga hari magang, dia tidak pernah telat.  Dan di hari ke empat, dia harus mencatat sejarah buruk.  Bisa magang di perusahaan besar sudah merupakan anugerah baginya.  Tapi bukannya memanfaatkan kebaikan, dia malah menyia-nyiakan kesempatan emas itu. 

Manager yang katanya menempati ruang sebelah itu akan masuk hari ini setelah sepuluh hari menjalankan cuti.  Dan ini adalah hari pertama Ashel akan bertemu dengan manager yang menurut desas-desus lulusan Jerman.

Lalu bagaimana imagenya di depan sang bos?  Akankah nilainya nanti akan baik?  Ya ampun, Ashel panik.  Jangan sampai bayangan buruk di pikirannya terealisasi.

Ashel membuka pintu dan masuk ruangan.

Ada lima orang yang duduk satu ruangan dengannya.  Semuanya sudah duduk rapi di meja masing-masing sembari memelototi layar laptop, kecuali Pak Danu, lelaki tengah baya yang menjabat sebagai kabag di bagian administrasi.  Lelaki itu berdiri di dekat mejanya.

“Ashel!  Jam berapa ini?”

Ashel menoleh ke sumber suara ngebas bernada tinggi itu.  Pak Danu berkacak pinggang.  “Kamu telat!  Silakan keluar!”

Ashel mendengus sambil membenarkan jilbabnya yang agak berantakan.  Hanya telat empat menit ia mesti diusir dari ruang kerja?  Keterlaluan!  Dih, si tua kurus kering yang rambutnya kelihatan gaul akibat cat alami warna putih itu menatap horor pada Ashel.  Sombong sekali si lelaki tua itu sampai merasa tidak dihargai hanya karena masalah sepele.  Ashel yang baru tiga langkah melewati pintu pun membeku di tempat.

“Silakan keluar!”  ulang Pak Danu menunjuk pintu.

Sumpah!  Ini lebih kejam dari guru SMA dulu yang dianggap paling horor.  Dan di tempat magang, Ashel menemukan atasan yang killer parah.  Jika waktu SMA Ashel pernah dihukum guru karena nyantai makan siomay hingga mengakibatkan telat satu jam pelajaran, sekarang ia mesti diusir atasan hanya gara-gara telat dua menit.  Astaga.

“Tapi saya ingin tetap bekerja hari ini.  Saya menyukai Bapak,” jawab Ashel dengan senyum lebar berusaha meruntuhkan keangkuhan tasannya.  Sayangnya tidak mempan, tatapan mata Pak Danu kian menajam.

Gemuruh tawa seisi ruangan membuat Ashel menyadari bahwa ia menjadi bahan tawa para karyawan yang baru dia kenal beberapa hari terakhir.  Kecuali Naifa, teman satu angkatan yang juga bernasib sama dengannya, menjadi anak magang yang rasanya seperti kacung.  Tentunya kalimat yang dilontarkan Ashel itulah yang membuat mereka tertawa lepas.  Semuanya menatap Ashel dengan gemas. 

Menyukai Bapak?  Asel baru sadar ada yang salah dengan kata-katanya tadi.

“Jangan tertawa!” gertak Pak Danu membuat semuanya serentak terdiam.  Rasanya jadi seperti anak SD.

“Maksudnya saya menyukai pekerjaan ini,” lanjut Ashel sambil garuk-garuk jilbab.

“Jangan bernegosiasi.  Saya tidak suka membuang waktu.  Aku akan kehilangan banyak waktu karena negosiasi tidak penting ini.  Keluar!”

MY BOSS IS MY LOVE (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang