Semua mata tertuju padaku, kedua kakiku dengan lihai menari-nari diatas lantai dansa, genggaman tangan kanannya di pinggangku yang kaku membuatku lemas tak bertulang karena jemari jemarinya dan tangan kirinya yang bertautan dengan tanganku, sedangkan tanganku asik bergelayut dipundaknya.Tatapan setiap manusia tertuju padaku, iri hati, dengki, cibiran dan tatapan permusuhan datang tanpa ampun menghampiriku.
"jangan menatap mereka" hembusan nafasnya menerpa daun telingaku, memberikan sensasi geli dan nyaman, "pejamkan matamu dan ikuti langkah kakiku" aku mengalihkan pandanganku kewajahnya, ia menutup matanya dan mengikuti alunan musik yang indah.
"Mr. Russell aku -"
"William" putusnya sebelum aku menyelesaikan perkataanku
"William, aku tidak bisa berdansa" aku memberanikan diri untuk berbicara padanya setelah beberapa puluh menit duduk menikmati makan malam bersama.
Ia membuka mata dan menatapku dengan lekat, jarak tatapan kami hanya beberapa senti, dan dikeadaan inilah jantungku berhenti berdetak, dia menarik tubuhku mendekat kearahnya "Lakukan saja apa yang aku minta, kau ingat kan! Jika kau ingin aktingmu berhasil, jangan banyak mengeluh!" ia berbisik sinis padaku. Musik pun berhenti dan William langsung melepas tangannya dari punggungku dan membiarkan tangan kami yang lain saling bergandengan.
Sorak sorai para tamu menghantam gendang telingaku dan sorotan lampu tepat mengenai retina mataku. Langkah demi langkah yang William ambil ternyata membawa kami diatas panggung kecil dengan sorotan lampu yang terang berada tepat diatas kami.
"Aku berterima Kasih kepada semua tamu yang hadir pada malam ini, sebuah kehormatan bagiku dapat hadir, bukan hanya sebagai seorang anak, tetapi juga sebagai seorang pria yang bisa mandiri dan membawa nama baik keluargaku"
genggamannya ditanganku mengerat dan membuat tanganku terasa sakit "beberapa dari anda semua pasti tahu bahwa, Aku telah memutuskan untuk menjadi salah satu penerus Russell Industries dan meninggalkan pekerjaan lamaku sebagai pengacara. Aku berterima Kasih juga kepada kalian yang mendukung perusaahan ini dengan baik dan menjaga ikatan bisnis kita semakin erat" suaranya yang berat dan Indah itu mengintimidasi jiwa dan rohku, ia menundukan tatapan semua orang yang berada dibawah panggung hanya dengan ucap dan suaranya yang menggema di setiap inci ruangan.
"Semoga perusahaan ini bisa semakin berkembang dan bermanfaat bagi kita dan publik umum" kata kata sederhana itu membuat orang-orang bertepuk tangan riuh, suara kagum dan pujian keluar dari mulut semua orang.
Aku sadar bahwa posisiku disini hanyalah sebagai Pajangan, Ia benar benar serius dengan Kontrak itu, ia hanya membutuhkan sebuah status, ia hanya membutuhkan boneka, dan aku membutuhkan uangnya.
Ia membawaku turun dan menarikku kepada tamu-tamu yang rata rata sudah berumur.
Semua ucapan selamat dan pujian keluar dari mulut mereka, jabatan tangan dan pelukan tidak lupa mereka lakukan pada satu sama lain sebagai tanda kerja sama dan persahabatan bisnis.
"Jadi William, katakan padaku siapa Wanita cantik ini" salah satu Wanita berumur sekitar 45 mengusap lenganku dengan lembut, William tersenyum untuk pertama kalinya pada malam ini
"Mom, kenalkan Ini Elena Collins " aku menjabat tangannya dengan sopan dan tersenyum semanis mungkin padanya "Mrs.Russell, ini sebuah kehormatan. Senang bertemu dengan anda" ucapku, ia tidak berhenti terseyum saat menatapku lalu menatap lagi William dengan bergantian
"Mom, dimana Dad?" William mengedarkan pandangannya ke sekeliling, "Berkumpul bersama dewan direksi" balasnya. William mengalihkan pandanganku sebenar lalu berbisik bahwa ia akan kembali 5 menit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold (Completed)
RomanceBijaklah dalam membaca! Elena Collins. Gadis Lugu dan juga pintar terpaksa Menikah kontrak dengan seorang CEO sekaligus BOS Kaya Raya karna ibunya yang terbaring di Rumah Sakit. William Russell, yang terjebak dalam masa lalu yang kelam bersama Ist...