Elena : I Should Be Happy

94.3K 3.4K 24
                                    

Kupandang diriku sendiri di dinding cermin kaca berukuran Raksasa itu.
Memegang Sebuket bunga Putih yang Mrs.Russell berikan padaku. Hari-hari panjang persiapan untuk Pernikahan ini telah aku lewati.

Dan disinilah aku, menggunakan gaun putih Impianku dan bermake-up luar biasa Indah, rambutku ditata sedemikian rupa sehingga menambah kesan Elegan pada diriku. William ingin aku terlihat seperti Ratu, Sempurna, Cantik dan selalu terlihat Mewah.

"Lihat dirimu!" Mrs.Russell berjalan memutari tubuhku, melihat bagaimana penampilanku dihari besar ini. "Aku sangat senang melihatmu seperti ini, astaga.. " ia mulai mengeluarkan air mata karena terharu melihatku dalam balutan kain putih yang bertaburan mutiara itu.

Melihat air matanya, kulangkahkan kakiku dengan susah payah dengan tanganku yang mengangkat sedikit gaun putihku yang terasa cukup berat dan menghampiri Mrs.Russell lalu mengusap air matanya yang jatuh.

"Oh... Jangan Menangis Mrs.Russell, ini adalah hari yang membahagiakan bagi semua orang, Termaksud aku dan William, aku harap semua orang dapat tersenyum hari ini" kataku dengan tulus yang malah membuat Mrs.Russell semakin terharu. Aku tersenyum kecut melihat air matanya yang jatuh sia sia karena pernikahan palsu ini.

"Pengantin wanita harap keluar 10 menit lagi" seorang wanita tiba menghampiri kami, lalu membantuku menyiapkan diri kembali. "Apa kau gugup sekali Elena?" tanya Mrs. Russell sambil merapikan gaunku yang terlipat "Jujur saja, aku sangat gugup setengah mati" ucapku sambil Mengibas-ngibaskan tangaku kearah wajahku sendiri.

"Mari kita segera pergi ke pintu altar, disana Mr. Russell sudah menunggu" Wanita itu menawarkan tangannya untuk membantuku berjalan dengan lancar dan tidak terhambat karena gaun ini.

"Aku akan segera kembali ke kursiku lebih dahulu" Mrs. Russell mencium pipiku dengan lembut "Semoga beruntung disana" lanjutnya lalu meninggalkanku, Dipintu Altar itu Mr. Russell benar benar tampan, ia mengenakan tuksedo hitam dan dasi kupu kupu yang terikat rapi dilehernya, ia tersenyum kagum saat melihatku berjalan kearahnya dengan anggun dan dibantu oleh salah satu Staf yang bertugas untuk menjagaku.

"Elena, kau terlihat cantik" Mr.Russel menggenggam tangaku lalu mengaitkannya dilengannya yang besar itu, "terima Kasih" lirihku lalu mengambil nafas dalam dalam, dihadapanku sekarang adalah pintu berwarna putih berhiaskan Mawar putih dengan garis emas disetiap sudut dan sisinya dan 2 laki laki yang bertugas untuk membuka pintu tersebut. "Jangan gugup Elena! Semua akan baik baik saja" kata Mr. Russell berusaha menenangkan diriku.

Aku memegang lengan Mr. Russell dengan erat, menatap pintu raksasa itu dengan tarikan nafas yang panjang.

Mari kita berdiri menyambut kedatangan sang pengatin wanita.
Suara MC dari balik pintu dihadapanku terdengar jelas ditelingaku, menambah ketegangan tubuhku yang terasa sesak karena korslet gaunku.

Cahaya terang menyinariku saat pintu megah mulai dibuka, beberapa orang berdiri menghadap kearahku, melihatku dengan tatapan kagum dan memuja.

Aku dan Mr. Russell mulai berjalan perlahan, menginjak karpet putih dengan taburan kelopak bunga Mawar putih yang menghiasi setiap langkah kakiku dan Mr. Russell.

Dan disana dia, berdiri disamping kanan pendeta yang tampak Agung diatas altar. William tampak seperti malaikat tampan yang menggunakan Tuksedo berwarna putih yang senada dengan gaunku.

Bisa kulihat Mrs. Russell duduk di bangku paling depan sambil mengusap air matanya dengan
sapu tangan.

Mr. Russell menyerahkan gandengan tanganku ke tangan William saat aku sudah sampai dihadapan sang pendeta.

"Para Jemaat dipersilakan untuk duduk" ucapnya.

Debaran jantungku mulai berdetak lebih cepat saat pendeta mulai membacakan pembukaan Janji Suci.

The Truth Untold (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang