Aku telah terjaga selama 2 jam dipagi ini, tetap terbaring tidur disampingnya. Percayalah bahwa ia memelukku dengan erat dan tidak membiarkanku untuk pergi ataupun bergerak.
Aku tidur membelakanginya, memainkan tangannya yang tanpa izinku bertengger diperutku.
Aku tidak tidur setelah mendengarnya menangis dalam tidurnya, meraung raung dan menggapai gapai langit yang padahal tidak ada apa apa disana. Seseorang telah meninggalkannya, seseorang yang benar benar berarti baginya dan jiwanya atau mungkin hatinya.
Aku tidak keberatan dengan semua ini. dengan tingkah, tangis dan rasa sepi ini. Terkadang aku sendiri juga merasakan bagaimana sakitnya itu dan seberapa besar aku membutuhkan seseorang untukku peluk. Jarum jam telah menunjukan pukul 7 pagi dan tidak ada perubahan gerak dari William sendiri.
Kring.... Kring.... Kring....
suara berisik telefon memenuhi ruangan, membuatku semakin sadar akan bahwa ia akan terlambat kekantor atau setidaknya membangunkannya.
Aku membalikan badanku, masih bergerak dalam pelukannya. "William" bisikku sambil menyentuh pipinya dengan lembut "ini sudah pukul 7 pagi dan kau harus bangun" aku beralih mengguncangkan lengannya dengan lembut karna tidak ingin membuatnya merasa terganggu.
Perlahan tapi pasti, matanya membuka perlahan, bulu bulu rambut matanya bergerak mengikuti gerak kelopak matanya.
Ia menatapku sesaat, diam dalam pandanganku dan mengamatiku dengan lembut. "Aku tahu kau lelah, tapi ini sudah pagi. Aku akan membuatkan sarapan untukmu" kataku sambil melepas pelukannya dariku dan turun dari ranjang. Telefonnya masih berbunyi dengan keras. Dengan gerakan merenggangkan otot-otot tubuhku aku mengambil gagang telepon itu
"Halo, selamat pagi. Kediaman keluarga Russell" ucapku.
"Selamat pagi? Apakah William ada" tanyanya dengan suara yang terdengar menggoda
"Siapa ini? Dia masih tidur" jawabku sambil melirik kamar dimana William tertidur, dikamarku lebih tepatnya. "Aku Kate kekasih William, kau pasti pengurus apartemen William yang baru. Bisakah kau memberitahu William untuk menghubungiku setelah ia bangun" aku tidak ingin ambil pusing tentang dirinya ataupun William. "Baiklah Miss! Akan aku sampaikan padanya" jawabku. "Dan satu lagi Mam. Bisakah kau menyiapkan makan malam sebelum kau pulang sore nanti? Aku ingin mengunjungi nanti malam" aku mengerutkan dahiku, berfikir betapa lancangnya dirinya.
"Aku dengar Mr. Russell akan pergi bertemu seseorang malam ini. Tapi aku tidak yakin" aku berbohong, kesal dengan tingkah genitnya.
Terdengar desahan kesal dari seberang telefon "baiklah katakan saja bahwa aku menelfon dan katakan padanya yang aku bilang tadi ya! Terima Kasih" dengan tidak sopan ia langsung menutup sambungan telefon itu, aku menatap kesal gagang telefon putih itu dan mengembalikannya lagi ketempatnya dengan kasar.Dengan malas aku langkahkan kakiku kedapur, membuat sup cream dengan ayam dan brokoli lalu menggoreng telur mata sapi dan membuat teh hijau hangat.
Sup cream dengan ayam dan brokoli adalah makanan favorit Mama, dan kurasa hal itu menular padaku. Kuambil beberapa brokoli dan ayam yang ada dikulkas dan menaruhnya disebuah mangkok sedang sebelum mencucinya.
Selesai dengan memotong ayam, aku melanjutkan dengan potongan kecil brokoli yang telah aku cuci, lalu memasukannya kekuah kaldu yang ada dan menunggunya hingga kental.
Selagi menunggu sup, aku membuat teh hijau hangat untuk 2 orang. Kutuangkan digelas antik yang berwarna biru tua itu lalu menyiapkannya dimeja.
Selagi aku mengaduk supku, kudengar langkah kaki William yang menuju kearah dapur, aku mengecilkan api kompor lalu mengamatinya yang dengan indahnya duduk dimeja makan lalu menarik salah satu teh mendekat dan meminumnya dengan perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold (Completed)
RomanceBijaklah dalam membaca! Elena Collins. Gadis Lugu dan juga pintar terpaksa Menikah kontrak dengan seorang CEO sekaligus BOS Kaya Raya karna ibunya yang terbaring di Rumah Sakit. William Russell, yang terjebak dalam masa lalu yang kelam bersama Ist...