11. Benda

30.3K 3.2K 152
                                    

Aku keluar dari kamar dan berjalan ke depan. Pak Dimas tampak sudah berdiri di depan pintu rumah.

"Loh, udah mau pulang? Kok cepat banget?" Tanya ku heran.

"Iya, di luar hujan nya udah berhenti. Jadi lebih baik saya pulang saja."

"Oh gitu... yaudah deh. Hati-hati di jalan ya Pak, eh Dimas maksud saya."

Lesung pipi Pak Dimas muncul saat tersenyum.

Aduhh....

Meleleh adek bang lihat lesung pipi nya.

"Saya pamit dulu ya," Ucap nya menatap ke arah ku, lalu ke Nina. "Jangan lupa, pintu rumah nya langsung di kunci nanti."

Aku pun hanya tersenyum sambil mengangguk.

Dimas berjalan dan masuk ke dalam mobil, sebelum pergi dia mengklakson mobil nya.

Aku pun melambaikan tangan. Setelah itu, mobil nya pergi menjauh. Akhirnya si manusia kaku itu pulang juga.

Sementara si Nina masih terpesona sama si Dimas. Pasti ini anak udah mengkhayal sampai di langit ke tujuh. Ini harus cepat-cepat di sadarkan, sebelum Nina lupa sama daratan di bumi.

"Woy! Lihat tuh, iler di bibir udah mau jatuh," Sindir ku.

"Ah dasar kampret!" Balas nya kaget.

Aku menatap Nina dengan serius. Entah kenapa, aku merasa kayak nya dia ada rasa deh sama Pak Manajer.

"Suka ya sama Pak Dimas?" Tanyaku.

Wajah Nina tampak terkejut, namun dengan cepat dia menetralkan kembali. "Enggak ah, aku cuma ngefans aja."

"Serius?"

"I-iya... ih apaan sih Mel? Nanya gituan, kalau aku suka sama orang pasti curhat ke kamu lah."

Heum....

Iya juga sih, biasa nya dia selalu curhat kalau lagi suka sama cowok.

"Tapi kok kamu lihatin Pak Dimas serius, kayak tatapan memuja gitu."

Kening Nina mengernyit. "Emang salah ya? Pak Dimas kan manis, asli produk lokal. Semua wanita normal pun pasti bereaksi sama kaya aku."

"Yakin nggak bohong?" Tanyaku.

"Iiisstt... apaan sih Mel! Udah ah, aku mau makan sate padang dulu."

"Aku ikut cicip sate nya," Ucapku sambil menutup dan mengunci pintu.

"Enak aja! Ini kan untuk aku!" Teriak nya dari dapur.

Aku pun berjalan ke dapur untuk mengambil sendok. "Dikit kok, nggak banyak."

"Ini niat nggak sih beli sate nya untuk aku? Masa di tagih lagi?" Protes Nina saat aku mengambil satu tusuk sate padang nya.

Aku tertawa. "Sorry Nin, soal nya lapar lagi. Kayak nya cacing di dalam perut aku, nggak tahu diri banget deh. Asik minta makan terus, nggak tahu apa harga beras lagi mahal. Padahal aku udah niat mau diet loh, tapi gagal terus."

PLAK!

Nina memukul tangan ku yang hendak mau mengambil tusukan sate yang ke dua.

"Dasar pelit!" Kata ku.

"Bodoh amat!" Ucap nya santai sambil mengunyah.

Baby I'm preying on you tonight
Hunt you down eat you alive
Just like animals
Animals
Like animals

Maybe you think that you can hide
I can smell your scent for miles
Just like animals
Animals
Like animals
Baby I'm

Menunggu JodohWhere stories live. Discover now