100. Murid Khianat Lo Hian

1.5K 45 4
                                    

Dia masih ingat akan peristiwa pertempuran di Beng-gak beberapa waktu berselang. Maka begitu melihat wanita itu, cepat ia dapat mengenalinya.

Bwee Hong-swat melambaikan tangannya dan padamlah semua penerangan dalam kamar itu. Dan Kat Hong pun menyerempaki dengan sebuah pukulan Bu-ing sin-kun. Segera terdengar suara erang tertahan. Jelas seseorang telah termakan pukulan tanpa suara itu.

"Tring, tring," terdengar dering gemerincing senjata dilolos. Kedua belah pihak telah siap dengan senjata masing-masing.

"Tidak boleh bergerak semau sendiri!" tiba-tiba terdengar bentakan nyaring lalu disusul dengan suara tertawa mengikik nyaring sehingga suasana yang tegang meregang itu berobah agak tenang.

Kembali suara melengking itu melantang lagi, "Swat-ji, karena ternyata engkau masih hidup, engkau malah memperoleh keuntungan yang besar sekali karena dapat masuk kedalam Telaga darah sini!"

Bwee Hong-swat menghela napas perlahan sahutnya, "Hubungan antara guru dan murid, kini sudah putus. Janganlah engkau coba menipuku lagi."

Tertawalah ketua Beng-gak itu dengan nada yang menggemerincing, "Eh, hanya dalam waktu yang singkat saja, sekalipun engkau berhasil menemukan peninggalan Lo Hian, tetapi pun belum tentu dapat memakamkannya. Aku tak percaya engkau sungguh berani membangkang perintah...."

Tiba-tiba ia berganti nada bengis-bengis dingin. "Masih ingatkah engkau bagaimana orang yang berani membantah perintahku?"

"Hai," Bwee Hong-swat mendengus," sekali pun engkau telah melepas budi memberi pelajaran ilmu silat kepadaku, tapi dia sudah engkau paksa mencebur kedalam gunung berapi dan sudah mati terbakar hangus...."

"Ngaco!" bentak ketua Beng-gak, "bukankah saat ini engkau masih hidup?"

"Tetapi Bwee Hong-swat yang hidup saat saat ini, bukan lagi anak murid Beng-gak...."

"Bagus!" ketua Beng-gak itu tertawa dingin, "jadi engkau benar-benar berani membantah perintahku?"

Bwee Hong-swat balas tertawa dingin, "Mengapa tak berani? Terus terang, bukan melainkan sudah lepas dari lingkungan Beng-gak, bahkan akupun mempunyai tugas membasmi...."

Tiba-tiba ia berhenti dan merogoh kedalam bajunya. Dikeluarkannya sepucuk sampul lalu dilontarkan kepada bekas gurunya itu, "Bacalah lebih dulu!"

Ketua Beng-gak menyambuti sampul itu dan merobeknya.

Habis membaca seketika berubahlah wajahnya. Surat itu dirobeknya berkeping-keping dan dilempar ke tanah.

Bwee Hong-swat tertawa dingin "Apa guna engkau robek-robek? Setiap patah huruf dalam surat itu sudah terukir dalam sanubariku."

Ketua Beng-gak membentaknya nyaring, "Apakah dia masih hidup? Lekas bawa aku...." tiba-tiba ia berhenti.

Bwee Hong-swat menengadah dan tertawa nyaring, "Mengapa engkau takut? Hm, apakah engkau sungguh-sungguh hendak menemuinya?"

Tiba-tiba angin prahara menderu lagi. Membaur deru yang dahsyat, lebih hebat dari yang tadi.

Ketua Beng-gak merenung sampai lama. Tiba-tiba ia berpaling dan berseru dingin, "Bawalah aku kepadanya!"

"Membawamu menemui suhu, mudah saja. Tetapi ada dua syarat yang harus engkau penuhi. Kalau tidak, lebih baik kita selesaikan saja di sini. Jangan harap aku mau membawamu kesana!"

"Hm, engkau berani menuntut syarat kepadaku?" seru ketua Beng-gak.

"Tiga puluh tahun lamanya musim beredar masa berganti. Apakah engkau masih menolak?"

Ketua Beng-gak mendengus, "Hm, baiklah. Pada suatu hari pasti akan kuberimu ketigapuluh enam rupa hukuman itu. setelah itu baru kucincang tubuhmu...."

Wanita IblisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang