Bab 2. Dia yang Kembali

272 25 52
                                    

Aku berdiri gelisah tanpa bisa melihat apa-apa karena saat ini mataku tertutup. Hanya mengandalkan indera pendengaran yang membuatku tak nyaman. Aku melingkarkan kedua tangan di dada sambil mengusap kedua lenganku untuk mengurangi kegugupan yang kurasakan saat ini. Entah apa yang sedang direncanakan Mas Arya padaku. Setelah tadi dia menjemputku di sekolah dan memaksa untuk ikut dengannya ke suatu tempat. Dan, di sinilah aku berada, bersandar pada sisi mobil di sebuah tempat yang aku tidak tahu berada mana dengan sebuah sapu tangan menutup kedua mataku. Mas Arya bilang ini sebuah kejutan untukku. Sebelum pergi, dia memintaku untuk menunggu sebentar di sini. Tapi sudah lebih dari lima belas menit aku berdiri di sini, tapi tanda-tanda keberadaan Mas Arya tak kurasakan.

Sebenarnya ini di mana sih?! Kenapa jadi menakutkan begini suasananya?!

Samar-samar aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Apa itu Mas Arya?

"Mas, itu kamu? Mas, jangan main-main ya. Nggak lucu, Mas!" Aku mulai merasa ketakutan, menjadi tidak yakin itu suara langkah Mas Arya atau orang lain.

Semakin lama suara itu semakin mendekat, dan ketika ada tangan menggenggam pergelangan tanganku, membuatku tersentak kaget dan sejenak berhenti bernapas.

"Ini aku, Sayang! Kamu sampe kaget kayak gitu sih."

Aku mendengus sebal, dia yang mengagetkanku seperti ini. "Lagian Mas jalannya mengendap-endap begitu. Ini penutup matanya udah bisa dibuka belum sih, Mas? Aluna risih nih. Nggak enak banget ditutupin begini. Buka sekarang aja ya?" pintaku sembari mencoba melepaskan simpul ikatan di belakang kepalaku.

Mas Arya dengan sigap menahan tanganku yang mencoba membuka sapu tangan ini. "Eits ... nanti dulu dong, Lun. Kan aku mau kasih kejutan buat kamu. Tunggu sebentar lagi ya," pinta Mas Arya sambil menurunkan tanganku. Dia memegang kedua bahuku lalu membimbing langkahku berjalan ke suatu tempat..

"Dua langkah ke depan ada tangga. Kamu pelan-pelan ya naiknya. Cuma tiga undakan kok."

Aku semakin penasaran, kejutan apa yang Mas Arya buat untukku,karena sekarang yang kudengar hanya suara semilir angin malam dan nyanyian jangkrik yang menemani, membentuk alunan melodi yang menenangkan.

Langkahku terhenti saat Mas Arya menahan bahuku. Kemudian dia membuka simpul ikatan yang penutup mataku. Aku mengerjap perlahan, menyesuaikan intensitas cahaya. Apa yang kulihat di depanku, membuat aku tak bisa berkata apa-apa.

Kata-kata yang sudah berada di ujung lidah tertelan kembali saat melihat pemandangan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Sebuah taman dengan hiasan lampu berwarna-warni membentuk tulisan love dengan meja dan kursi di tengah-tangahnya. Diterangi cahaya lilin, terlihat dua piring hidangan makan malam lengkap. Di atas rerumputan kelopak-kelopak mawar berbagai warna bertaburan menyebarkan aromanya. Dan ini sungguh romantis.

"Surprise! Do you like it?" Mas Arya melingkarkan kedua tangannya di pinggangku dan menopangkan dagunya di bahuku.

"Mas Arya yang buat semua ini? Kok bisa indah seperti ini?" ucapku mencoba mencairkan suasana gugup yang mendera.

"Kamu ya, Lun. Seneng banget sih menghancurkan suasana," sahutnya sambil mengecup pipiku.

Aku terkekeh, "Aluna bercanda, Mas. Terima kasih buat kejutannya. Mas berhasil dan sekarang Aluna nggak tahu harus ngomong apa buat semua ini," ucapku tulus, membalas ciuman di pipinya. Namun Mas Arya punya caranya sendiri dengan cepat bergerak sehingga bibirku bertemu bibirnya.

"Ngambil kesempatan banget sih, Mas", ucapku saat menarik bibirku darinya.

"Abisnya aku kangen sama kamu, Lun." Mas Arya kembali mencium pipiku namun tak langsung melepaskannya, malah bibirnya merajalela turun ke rahang dan leherku. Membuat tubuhku meremang.

TENTANG DIAWhere stories live. Discover now