afterward, then, later

52 8 0
                                    

-Dua tahun kemudian,-

Aku Vera. Aku adalah gadis remaja yang menduduki kelas sebelas. Sudah tiga bulan aku berada disini. Ya, aku adalah murid pindahan tiga bulan yang lalu.

Kisahku terngiang kembali saat itu, dua bulan yang lalu. Saat dimana aku pertama kali menemukannya. Saat dimana pertama kali dia tengah mengancamku. Saat dimana pertama kali aku sedang menantangnya dengan modal nyali yang sangat tipis. Saat dimana aku hampir terjebak dalam masalah besar, hanya karena seorang pria yang tengah aku selamatkan.

Saat dua bulan yang lalu.

"Vera, kamu belum dapat kelompok?" tanya Bu Asti selaku guru, kepadaku.

"Belum." ujarku menggeleng.

"Yasudah, kalau begitu kamu bergabung dengan kelompok Shella."

"Tidak, kelompok saya sudah cukup banyak. Maaf." lontar Shella yang menolak mentah.

"Kelompok Derry?"

"Saya juga, sudah terlalu banyak." jawabnya yang sama-sama menolak mentah.

"Bagaimana dengan kelompok Vina?"

"Tidak." ucap Vina yang sangat singkat.

"Kenapa kalian semua tidak bisa bekerja sama? Dan berbaik hati untuk menerima salah satu anggota lagi," aku memutar kedua mataku saat mendengar ucapan yang baru saja Bu Asti lontarkan.

"Biar Vera menjadi anggota kelompok saya." ujar Sion tiba-tiba dengan mengangkat salah satu tangannya keatas.

Seisi kelas menatap Sion lekat. Sion, anak laki-laki yang tepat duduk didepanku. Bergaya khas Otaku, yang tidak akan pernah lupa dengan kaca mata serta bukunya yang selalu ia bawa.

"Oh, baiklah, kalau begitu semua kelompok sudah lengkap ya. Saya akan mulai memberikan tugas pada masing-masing kelompok." jelas Bu Asti.

"Baik." jawab seisi kelas.

9:42am.

Aku sedang duduk diam didalam kelas, dengan sebuah buku catatan harian yang aku tulis tangan. Kemudian, aku menyadari bahwa kegiatan yang sedang aku lakukan tengah diperhatikan lekat oleh segerombolannya Shella.

Asing-asing bisikan suara perempuan itu terdengar cukup jelas ditelingaku. Benar saja, saat ini mereka sedang membicarakanku.

Aku tidak keberatan akan hal tersebut. Aku menggerakan bahuku, menandakan bahwa aku sangat ringan untuk menanggapinya. Mereka berdelik.

Tidak tahan menjadi pusat perbicaraan para perempuan tersebut, akhirnya dengan pasrah aku bangkit dan menuju keluar kelas dengan membawa ponsel serta earphone miliku.

Aku memasangkan kedua aerphone pada kedua telingaku dan mulai memutar salah satu lagu favoriteku belakangan ini.

All We Know - The Chainsmokers

Aku melangkahkan kakiku untuk menuju taman, mengira akan taman itu sepi dan sunyi. Tetapi dugaanku salah, taman itu dipenuhi dengan banyak para siswa disana yang sedang beraktivitas.

Kini, aku tidak memiliki tujuan. Aku diam berdiri disamping bawah anak tangga sambil memainkan ponselku.

'Apakah ke atap? Mungkin saja sepi dan asyik.' Batinku.

Kemudian aku menaiki tangga menuju rooftop gedung sekolah.

Sampai dilantai paling atas, aku membuka pintu tangga dan mendekati balkon semen yang berada disana.

Hendak aku duduk, aku mendengar desis-desis suara yang sedang kesakitan. Serta suara tertawa.

Rasa penasaran yang kini meluap, akhirnya aku memberanikan diri untuk menyelidiki suara-suara tersebut.

Langkahku terhenti saat melihat sekerumunan siswa yang berada disana.

'Sedang apa mereka?'

Aku mendekat, mendekat, dan semakin mendekat, kearah kerumunan siswa tersebut.

Aku tersentak hebat, saat melihat seorang pria dengan wajah yang sudah babak belur serta pakaian yang acak-acakan tidak karuan.

°°°
afterward, then, and later
Fri, 16 dec 16

11:26pm

Lost LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang