8. Si Gunung Es

120K 6.5K 185
                                    

Terbiasa berselimut sepi, tiba-tiba ada kamu yang perlahan menghangatkan hati.

Neo mengempaskan tubuh ke atas tempat tidur setelah mengganti pakaian seragamnya. Dia tidak berniat tidur, hanya bersantai sejenak sebelum melakukan kegiatan selanjutnya. Sebenarnya tak ada yang akan dia lakukan. Hari ini tidak ada les apa pun. Latihan biola hanya setiap hari Jumat, karate tiap hari minggu. Selain itu, tak ada kegiatan yang dia lakukan, kecuali belajar sendiri di rumah.

Dahulu, semasa sekolah dasar dan SMP, banyak sekali kegiatan yang dia ikuti sepulang sekolah hanya supaya dia tidak kesepian di rumah. Nera, ibunya, seorang single parent super sibuk yang lebih sering berada di luar rumah. Nera bekerja di sebuah stasiun televisi sebagai casting director dengan jam kerja tidak normal. Berangkat pukul dua belas siang, pulang pukul dua belas malam, terkadang menjelang subuh baru pulang.

Neo sendirian di rumah tanpa adik, kakak dan ayah yang memang tidak dia miliki. Ayah dan ibunya bercerai sejak dia berusia sepuluh tahun. Dua tahun setelah bercerai, ayahnya menikah lagi dengan perempuan Spanyol. Kemudian mereka tinggal di Spanyol. Sejak saat itu, Neo tidak pernah bertemu ayahnya lagi. Beberapa kali ayahnya meminta Neo berkunjung ke sana, Neo selalu menolak. Tapi diam-diam tanpa sepengetahuan ayahnya, dia belajar bahasa Spanyol. Hanya sekadar untuk memenuhi rasa keingintahuannya.

Walau ibunya sangat sibuk, tapi Neo sadar, memang itu suatu keharusan. Menjadi orangtua tunggal tidaklah mudah. Entah apakah ayahnya masih memberi tunjangan untuk Neo, cowok itu tak peduli. Tapi ibunya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua.

Semasa Neo masih usia sekolah dasar, ada asisten rumah tangga yang tinggal di rumah ini. Tapi sejak SMP, hanya ada Bu Ida, yang bekerja separuh hari. Seorang yang sudah teruji bisa dipercaya. Rumahnya tak jauh dari komplek rumah Neo. Bu Ida membantu membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian serta memasak. Bertugas mulai pukul tujuh pagi sampai pukul empat sore.

Selalu sendirian, ini yang membentuk karakter Neo menjadi seorang pendiam dan penyendiri. Untungnya dia sangat tertarik memecahkan rumus-rumus matematika, fisika dan kimia. Membuatnya lebih sering tenggelam dalam kesibukan mengutak-atik soal-soal rumit.

Satu hal lagi yang menarik minat Neo, biola. Menggesek dawainya bagai terapi jiwa untuk Neo. Membuatnya merasa tenang. Rumahnya yang cukup besar berlantai dua, dengan halaman lumayan luas penuh pepohonan, mampu menyerap suara dari biola yang dimainkannya hingga tak mengganggu tetangganya. Oh, tidak, Neo justru yakin tetangganya tidak akan terganggu, malah merasa terhibur. Dia berani menyombongkan diri, permainan biolanya sangat bagus, dia memainkannya dengan penuh penghayatan dan perasaan. Dia sudah berlatih sejak berusia tujuh tahun. Walau sampai sekarang dia belum berminat mengikuti kompetisi biola apa pun. Dia memainkan biolanya hanya untuk dirinya sendiri. Hanya pernah dua kali unjuk kemampuan di hadapan banyak orang dalam acara malam pelepasan kakak kelas yang sudah lulus.

Sejak penampilannya memainkan biola dan membuat banyak orang terpana, dirinya mulai diperbincangkan, terutama di kalangan gadis-gadis. Selentingan dia mendengar kabar, ada beberapa gadis di sekolahnya yang mengaguminya. Neo Andromeda memang menarik secara fisik. Tinggi dan tampan, cerdas pula dengan prestasi nilai tertinggi di sekolah, masih ditambah jago memainkan biola. Gadis mana yang tidak meleleh? Saat Neo mempertunjukkan keahliannya memainkan lagu-lagu romantik dengan biolanya, banyak gadis-gadis yang ternganga, memandanginya hampir tanpa kedip. Tapi tentu tak ada yang berani menyatakan langsung kekagumannya kepada Neo. Sikap diamnya, wajahnya yang jarang tersenyum, pandangan matanya yang tajam, membuat gadis-gadis berpikir seribu kali sebelum menyapanya.

Karena itulah di balik sikapnya yang terlihat tenang, sebenarnya Neo terkejut saat beberapa hari lalu Trinity menemuinya dan tanpa basa-basi menuduh dan memarahinya. Baru kali itu ada seorang gadis yang berani memarahinya. Anehnya, itu membuat Neo terkesan. Dia tidak tersinggung, malah terkesima. Selain karena dia pun tahu siapa Trinity. Walau mereka tidak dekat, gadis itu adalah kompetitornya di pelajaran eksakta. Gadis di kelasnya yang memang sejak awal paling menarik perhatiannya.

Neo tersenyum, mengingat kejadian beberapa hari ini yang melibatkan dirinya dengan Trinity. Bagaimana gadis itu tampak canggung saat makan bareng di kantin tadi sepulang sekolah. Perasaan aneh yang menelusup, ada samar rasa tak suka melihat Trinity tampak lebih santai berbincang-bincang dengan Zaki.

Zaki memang mudah mendekati anak perempuan. Berani terang-terangan mengejar gadis yang disukainya. Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Neo. Selain karena Neo memang tidak mudah tertarik pada seorang gadis. Cantik saja tidak akan menggerakkan hatinya. Harus ada keistimewaan lebih yang hanya bisa dideteksi oleh otaknya.

Otaknya atau hatinya?

Neo mengerjap, lalu bangkit dari tempat tidur. Sudah tepat pukul empat sore. Sudah saatnya Bu Ida pulang. Kemudian dia akan benar-benar sendirian di rumah ini. Seperti biasanya, ibunya baru sampai di rumah ketika dia sudah tidur.

"Saya pulang dulu ya, Mas Neo," kata Bu Ida begitu Neo tiba di ruang tamu.

"Oke, Bu Ida," sahut Neo, lalu mengikuti Bu Ida yang melangkah ke pintu. Setelah perempuan berusia empat puluhan lewat itu keluar, Neo mengunci pintu. Mengempaskan tubuh di sofa ruang keluarga. Menghela napas panjang.

Sepi. Biasanya dia baik-baik saja dengan keadaan sunyi ini. Kenapa kali ini dia merasa berbeda? Kenapa dia ingin sekali hari segera berganti menjadi esok dan dia bisa ke sekolah lagi?

Neo bangkit berdiri, menaiki tangga menuju kamarnya. Mengambil biola kesayangannya, lalu sambil duduk di bibir jendela, dia mulai menggesek dawai-dawai biolanya. A Lovers Concerto. Itu lagu yang dia mainkan. Entah mengapa, tiba-tiba saja dia ingin memainkan lagu romantis itu.

How gentle is the rain
That falls softly on the meadow,
Birds high up on the trees
Serenade the clouds with their melodies

Oh, see there beyond the hill,
The bright colors of the rainbow.
Some magic from above
Made this day for us just to fall in love

Buat yang ingin tahu A Lovers Concerto seperti apa, ini dia lagunya.

Yang ini dari musik klasik aslinya Bach Minuet in G Mayor Lovers Concerto

**=========================**

Selamat kamis manis. Jumpa lagi teman-teman...

Kali ini aku mau bahas satu-satu tokoh utamanya ya. Kali ini giliran Neo dulu.

Nah, jadi tau kan kenapa Neo kaku banget? Dingin, penyendiri, nggak punya sahabat.

Tapi siapa yang tau masa depan seperti apa. Siapa tau suatu hari nanti dinginnya Neo bisa melumer. Dan bisa jadi yang melumerkannya adalah Trinity ... hm ... who knows ... ;)

Senin besok teman-teman mau tau latar belakang siapa lebih dulu, Trinity atau Zaki?

Salam hangat,

Arumi

Listen To My Heartbeat [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang