17. Kejutan Dari Barcelona (lanjutan)

88K 5K 91
                                    

Andai ada mesin waktu yang bisa membawaku ke masa lalu, masa saat masih bisa bersamamu.

"Itu benar, Neo," jawab ibunya.

"Kenapa Ibu baru kasih tahu sekarang? Ibu tega banget," sahut Neo masih menunjukkan ekspresi kecewa.

Bu Nera menghela napas panjang.

"Justru karena Ibu nggak tega, karena itu Ibu tunda bilang ke kamu. Ibu tahu, walau kamu sering menunjukkan sikap sebal pada ayahmu, sebenarnya kamu sangat menyayangi ayahmu. Dulu, kalian akrab sekali."

Neo menoleh kepada ibunya. Ucapan ibunya itu mengingatkannya lagi pada masa-masa bahagia saat dia dan ayahnya masih bersama. Ayahnya yang mengajarkannya banyak hal, yang mengajaknya ke semua museum. Ayahnya bilang, supaya Neo tahu sejarah Indonesia dengan baik. Ayah yang selalu menghabiskan waktu weekend-nya hanya bersama Neo. Ibunya hampir tidak pernah ikut karena pekerjaan yang super sibuk tidak mengenal waktu. Hingga Neo tidak sadar hubungan kedua orangtuanya semakin renggang. Membuatnya patah hati saat akhirnya harus menerima kenyataan ayah dan ibunya memutuskan berpisah. Neo merengek-rengek kepada ayahnya, meminta ayahnya membujuk ibunya untuk hidup bersama lagi. Dulu, Neo lebih memilih tinggal bersama ayahnya. Tapi ibunya memenangkan hak untuk mengasuhnya.

Neo patah hati untuk kedua kali, saat ayahnya mengabarkan akan menikah lagi dengan seorang perempuan Spanyol yang telah memiliki anak. Estela Carmenita, hidup gadis itu tak kalah memilukan. Ayah Estela yang asli Surabaya meninggal sejak dia berusia tujuh tahun. Estela ditolak neneknya sejak lahir karena neneknya tidak pernah menyetujui pernikahan ayahnya dengan perempuan asing. Maka ayah Neo menjadi penyelamat Estela dan ibunya.

Neo mengerjap, perih sekali hatinya mengingat sosok ayahnya lagi. Dan kini dia harus tinggal satu rumah dengan Estela, anak yang dulu dia anggap telah merebut ayahnya. Apakah ada nasib yang lebih buruk lagi dari ini?

"Tapi, kenapa Ela tinggal di sini? Dia masih punya nenek, dan omnya ..."

"Nenek Ela di Surabaya masih belum berubah. Belum mau mengakui Ela sebagai cucunya. Om Hadi, Om Ela satu-satunya itu, masih single dan pekerjaannya sering menugaskannya ke luar kota atau luar negeri. Di Spanyol, nenek dan kakek Ela dari pihak ibu juga sudah tidak ada. Lagipula, ayah Ela orang Indonesia. Ela masih punya kesempatan menjadi warga negara Indonesia. Tak ada pilihan lain bagi Om Hadi selain meminta bantuan Ibu menerima Ela tinggal di sini. Ibu setuju, rumah ini kan sepi. Masih ada satu kamar kosong. Dengan adanya Ela, kamu jadi punya teman."

Neo mengernyit. Justru dia tidak ingin punya teman. Dia sudah biasa sendirian tanpa teman. Estela pasti hanya akan merepotkan dan mengganggunya!

"Please, Neo. Terima aku tinggal di sini ya? Hanya kalian harapanku," pinta Estela dengan wajah memelas, tangannya kembali menggenggam tangan Neo.

"Ibu yang berkuasa di rumah ini. Aku hanya menumpang di rumah Ibu," sahut Neo, dia menarik tangannya dari genggaman Estela.

"Permisi, aku mau ke kamar," katanya lalu berdiri.

"Neo, kita makan dulu," cegah ibunya.

"Maaf, mendadak rasa laparku lenyap. Permisi, Bu," jawabnya kemudian dengan langkah cepat melesat menuju kamarnya.

Kemudian dia enggan ke luar kamar lagi, kecuali saat terpaksa harus ke kamar mandi. Hingga malam Neo masih menolak makan. Setegar apa pun dia, hatinya tak luput dari rasa sakit.

Esok paginya, Neo mendapat kejutan lagi yang membuat rasa kesalnya bertambah.

"Neo, kita ke sekolah kamu bareng saja," kata ibunya seusai sarapan. Akhirnya setelah tidak makan siang dan malam, Neo tak menolak sarapan. Walau bagaimana pun dia butuh sumber energi.

"Ibu mau ke sekolahku?" tanyanya heran, alisnya terangkat satu.

"Iya, hari ini Ibu izin. Ibu mau mengantar Ela mendaftar ke sekolahmu. Memang tinggal beberapa bulan lagi masa SMA kalian akan berakhir. Tapi Ibu yakin, dengan nilai Ela di sekolahnya terdahulu, dia pasti diterima di sekolahmu."

"What? Ibu mau menyekolahkan Ela di sekolahku?" tanya Neo terkejut, kali ini kedua alisnya terangkat.

"Ela kan harus menyelesaikan SMA-nya," jawab ibunya masih dengan suara tenang.

"Mana bisa pindah seenaknya begitu."

"Ibu coba dulu. Semua berkas-berkas Ela sudah disiapkan Om Hadi. Soal biaya sekolah Ela juga akan diatur Om Hadi. Karena dia yang menjadi wali Ela, dan memberi kuasa pada Ibu untuk mewakilinya sebagai wali Ela."

"Bu, aku terima harus hidup satu rumah dengan Ela. Tapi, please, jangan ditambah aku harus satu sekolah dengannya."

"Bagaimana lagi? Ela sekolah bersamamu itu pilihan terbaik. Supaya ada yang menjaga Ela. Kamu juga bisa membantunya beradaptasi dengan pelajaran sekolahmu. Pergi dan pulang sekolah bisa bareng. Sudah lama sekali Ela nggak tinggal di Jakarta, nggak mungkin dia bisa ke sekolah tanpa diantar jemput."

Neo melirik Estela, ternyata gadis itu sedang mengunyah sarapannya sambil memandanginya.

Neo menghela napas panjang. Tak menyangka hidupnya mendadak berubah seperti ini. Semester ini tinggal empat bulan lagi, apakah Estela bisa diterima di sekolahnya? Akhirnya Neo memilih pasrah. Walau di hatinya yang terdalam dia berharap sekolahnya menolak Estela karena waktu yang sudah tidak memungkinkan.


**=========================**

Happy Monday teman-teman! Pasti udah pada semangat nyiapin liburan akhir tahun yaa...

Aku dong, nggak libur, hehehe. Tetap menulis lanjutan kisah Neo-Trinity-Zaki plus Estela.

Kali ini masih tentang Neo dan Estela. Buat yang kangen Zaki, sabar ya, Kamis besok Zaki muncul lagi kok. Bagaimanakah reaksi Zaki dan Trinity nanti saat melihat gadis secantik Estela menempel terus pada Neo? Hihihi ... tapi itu Kamis besok yaa... sekarang nikmati dulu bagian ini.

Manusia kan memang nggak ada yang sempurna. Walau Estela indo Spanyol cantik gitu tapi hidupnya penuh cobaan. Untung dia gadis yang tegar dan ada Neo yang akan jagain. Eh, tapi kalo Neo jagain Estela, nanti siapa dong yang jagain Trinity? Zaki aja apa ya?

Tunggu lanjutannya Kamis besok yaaa...

Terima kasih buat teman-teman yang sudah baca, vote dan komen. Semoga nggak bosan dengan ceritaku ini ;)

Salam hangat,

Arumi E

Listen To My Heartbeat [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now