Prompt 6A - A Penny for Your Thought

691 62 10
                                    

Pemuda itu mempunyai hobi bertualang, darah alpha-nya membuatnya memiliki semangat juang yang tinggi untuk menjelajah tempat-tempat baru berbekal dua pucuk belati, kantung kulitnya, dan tali tebal yang sewaktu-waktu ia rentangkan untuk naik ke atas pohon. Ia mengasah kemampuannya untuk membaca jejak yang tertinggal di lantai hutan, mencium aroma yang terbawa angin, juga mendengar suara di balik sekedar gemerisik dedaunan saling menggelitik satu sama lain. Kebiasaan yang dimulai dari sekedar menjelajah seisi taman istana sampai merambah pada hutan di belakangnya.

Dari semak rapi tertata dengan tanaman merambat berbunga putih dan kuning lembut yang dirawat baik oleh pengurus taman istana hingga ke semar belukar yang menyobek kemeja katunnya, tanaman tajam yang menggores wajah juga lengannya. Kepuasan tersendiri yang tak akan dimengerti oleh penasihat berwajah kelelahan tiap kali menceramahinya yang pulang dalam keadaan penuh lumpur, lecet, dan berkeringat. Semua itu tak dapat disangkal terlebih akan senyum puasnya yang terpampang jelas di sana seakan mengejek tiap lontaran nasihat yang diberikan padanya tiap senja.

"Pangeran, tolong hentikan," pria tegap dengan tunik krem bersulam cokelat dan hijau itu memohon pada pemuda yang baru datang berlumur peluh juga lumpur yang meninggalkan jejak di lantainya yang baru saja dibersihkan.

Sang pangeran hanya tersenyum miring, menepuk bahu pria yang selisih sedikit lebih tinggi darinya itu dengan pelan. "Tenang saja paman Xiaoming, aku baik-baik saja," ucapnya sama sekali tak menenangkan lalu kabur ke sayap barat menuju kamarnya. Tak menghiraukan teriakan sang penasihat yang menyuruhnya untuk berhati-hati.

Buru-buru ia melemparkan tuniknya, celana panjangnya, juga boots-nya yang kotor ke keranjang di samping pintu kemudian menuju bak yang terisi penuh untuk membasuh diri. Dirinya masih bagai burung dalam sangkar yang tak bisa terbang jauh, terikat untuk menanti masa depan yang sudah digariskan secara cermat untuknya. Pemuda itu menghela napas panjang, membersihkan dirinya secara kilat sebelum pergi ke ruang perpustakaan untuk pelajaran mengenai sejarah, dan politik negaranya demi menjadi putra mahkota yang pandai dalam bernegosiasi.

Usianya yang menginjak musim dingin kelima belasnya sudah menuntutnya dengan tugas yang membayangi, mempersiapkan diri jika nanti suatu kali sengketa lahan pecah menjadi perang yang tak tertanggulangi. "Pada tahun ini hasil panen melimpah, dengan begitu kita tak perlu bersusah-payah membuka lahan pertanian baru. Berbeda pada tahun seribu lima ratus empat puluh dua sampai awal seribu lima ratus lima puluh di mana..." dan dongengan itu membuatnya mengerjapkan mata menahan kantuk.

Seduhan susu, dan brandy masih tak bisa menghangatkan tubuhnya sesudah makan malam hingga ia akhirnya terkantuk-kantuk menyangga dagunya sendiri. Terlelap begitu saja hingga guncangan pelan menyentaknya. Refleks ia melontarkan apapun yang ada di dalam pikirannya. "Ya, ya? Tahun seribu dua ratus terjadi perpecahan di—"

Suara tawa pelan menyadarkannya, dahinya mengernyitkan, tangannya menggosok sebelah wajahnya. "Pangeran, lebih baik Anda kembali ke kamar," ucap suara yang tadi sempat tertawa dengan nada lembut.

Ia mengerjap, membuka mata sepenuhnya menyaksikan seorang pemuda sebayanya mengenakan tunik putih bersih lengkap dengan mantel krem, dan border cokelatnya. Bukan pelayan, hal itu yang dapat ia simpulkan dari sosok yang tengah menatapnya bingung tersebut. "Pangeran?" panggilnya lagi sedikit cemas tak mendapat tanggapan dari pemuda di hadapannya yang termangu.

"Ya, aku akan ke kamarku," sahutnya membereskan bukunya yang tergeletak di meja kayu.

"Biar saya bantu," tawarnya kemudian menaiki tangga kayu menata buku-buku tinggi di rak ketiga dari atas. Perlahan ia turun, merasa sedikit risih dipandangi oleh sang pangeran yang tak bisa ditampiknya terlihat begitu indah, dan bersinar seperti bintang bertaburan yang muncul di kelamnya malam. "Kenapa, pangeran?" tanyanya segan—takut melakukan sesuatu yang menyinggung pemuda tersebut.

PeachWhere stories live. Discover now