4

6.9K 946 83
                                    

Kejadian membingungkan terjadi di penghujung bulan ketiga Jimin bekerja. Siapa bisa mengira kalau dia sanggup bertahan hingga sejauh ini. Hubungan kami tidak serta merta berubah baik meski dia sudah hampir penuh bekerja untukku selama dua belas minggu.

Dia masih tetap Jimin, pria nyebelin yang tidak pernah berpikir dulu sebelum bicara, arogan, kasar, tidak berperasaan, kurang ajar dan suka meninggikan dirinya dengan cara merendahkan ku. Selalu ada ketegangan tak kasat mata saat kami sedang bersama. Aku tahu dia juga pasti tahu tentang itu. Tapi, kejadian hari ini membingungkan ku.

Kami sedang di taman ketika percekcokan itu terjadi. Hal yang membuatku terkejut sekaligus takut.

"Hai Yoongi? Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Kulihat kamu masih buta saja..."

Aku masih ingat betul suara itu. Ketika aku tidak lagi bisa melihat, kemampuanku mengingat dan mengenali suara melesat ke atas. Itu suara Jungkook. Bagaimana dia bisa muncul di sini?

"Ternyata penglihatan masih terlalu mahal untuk dibeli adikmu yang cerewet itu ya..."

Kupingku berdenging. Ini bukan Jungkook. Dulu dia selalu bicara sopan padaku. Tapi sekarang tidak. Apakah selama jadi asistenku dia mengenakan topeng?

"Ehem, apa maksud kamu bicara seperti itu pada Yoongi?"

Itu suara Jimin. Aku kaget mendengar caranya bicara kini. Ada kemarahan yang tersirat dalam nada bicaranya.

"Wow, lihat, Yoongi... ada yang ingin jadi pahlawan. Oh tapi bagaimana kamu bisa lihat, kamu kan buta."

"Tutup mulut mu, Brengsek!"

Jungkook mendendam. Dan sekarang dia sedang membalasnya. Dia sakit hati karena dipecat. Dan kini dia sedang mengobati sakit hatinya dengan menyakitiku lewat kata-katanya. Tapi Jimin adalah lain hal.

Selama ini dia juga suka mengungkit-ungkit kebutaan ku, dengan cara yang juga hampir sama buruknya dengan yang dilakukan Jungkook. Tapi kini dia marah ketika ada orang lain yang mengejek kebutaan ku di depannya. Apa yang terjadi padanya?

"Kamu pasti asisten baru si buta ini, ya? Hemm... tunggu saja sampai kamu juga didepak keluar sepertiku. Orang-orang kaya seperti mereka itu tidak punya nurani. Mereka kira dengan memiliki banyak uang dunia akan menyembah mereka."

Sepertinya seseorang meludah, entah Jungkook entah Jimin. Aku bisa mendengar suara decak lidah. "Aku tak akan melakukannya, entah denganmu." lanjut Jungkook, pasti dia yang meludah.

Lupakah Jungkook bagaimana dulu dia mengiba padaku dan Namjoon agar tidak dipecat? Jika satpam tidak datang, Jungkook pasti akan melakukan persis seperti yang sesaat tadi dikatakannya tak akan dia lakukan: menyembah. Dan Namjoon memberinya pesangon. Kini dia mengatakan kami tidak berhati nurani?

"Maksud kamu apa?" Kurasakan Jimin beranjak dari sisiku. Aku meraba-raba, berharap menemukan lengan Jimin untuk menariknya duduk kembali. Tapi aku hanya menemukan udara kosong.

"Maksudku, si buta ini juga akan melempar mu kembali ke jalanan seperti anjing kurap saat dia bosan dan merasa jasamu sudah tidak diperlukan lagi."

Fitnah. Jungkook dipecat karena kesalahannya sendiri. Aku ingin bersuara membela diri. Tapi perkelahian itu sudah kadung terjadi.

BUKK

Pertama-tama aku mendengar suara gebukan dan umpatan 'bangsat', lalu suara samar seperti seseorang baru saja terjerembab. Kuharap itu bukan Jimin. Sedetik kemudian aku mendengar caci-maki yang saling berbalas-balasan. Kata-kata seperti anjing, bangsat, bedebah dan sialan Yoongi-sering masuk ke telingaku, di tambah samar suara gebukan. Aku panik. Mereka sedang saling menghajar. Ku dapati diriku sedang mengkhawatirkan Jimin.

The EyesWhere stories live. Discover now