Bab 9 - Dimana kamu?

7.4K 969 237
                                    


30 Desember 2003

Udara dingin seperti menusuk sampai ke tulang. Membuat seorang gadis dengan mantel tipis seadanya menggigil kedinginan. Digosokkan kedua tangannya dan sesekali Ia meniupi tangannya itu untuk sedikit merasa lebih hangat.

Angin musim dingin mengibarkan helain rambutnya. Membuat tengkuknya seakan mati rasa.

Gadis itu berbelok di tikungan, lalu memasuki gang kecil. Ia menatap sesaat kearah resto kecil dipinggir jalan. Disana banyak botol-botol alkohol bergeletakkan dihalaman resto.

"Dasar anak-anak tidak berotak" Gerutunya seraya membuang botol-botol itu ke tempat sampah. Ia lalu mengeluarkan kunci dari saku mantelnya dan membuka pintu resto tersebut.

Ruangan itu tidak terlalu besar. Hanya berisi satu meja konter yang berfungsi untuk tempat kasir, dan beberapa meja dan kursi untuk pengunjung.

Gadis itu melepas mantelnya lalu berjalan kearah penghangat ruangan.

Kreekk! Kreekk!

"Sepertinya penghangat ini harus diganti dengan yang baru." Ujarnya sambil berkacak pinggang. Ia lalu pergi dari sana dan menuju ruang ganti.

Gadis itu mengganti bajunya dengan seragam pelayan yang menurutnya sangat memalukan itu. Bagaimana tidak? Mana ada seragam pelayan yang berenda-renda. Itu sangat norak dan membuatnya tidak nyaman karna renda-renda itu membuatnya gatal. Belum lagi Ia harus mengenakan topi pelayan yang berukuran lumayan besar sehingga sering merosot. 

Ting ting!! Bel pintu resto berbunyi. Menandakan ada seseorang yang baru masuk.

"Selamat pagi Mrs.Wright."

"Selamat pagi.." balas Mrs.Wright dengan ramah. Ia melepas mantelnya dan mendekat kearah gadis itu.

"Disini dingin sekali ya?" Tanya wanita paruh baya itu sambil merekatkan cardigannya.

"Ya, begitulah. Penghangat ruangannya tidak berfungsi dengan baik. Mungkin harus diganti."

Mrs.Wright memanggut-manggutkan kepalanya. Ia hanya mempunyai resto ini, maka dari itu Ia harus menjaganya sebaik mungkin.

"Kau tidak dingin? Sebaiknya kau pakai jaket saja. Sebelum penghangat ruangannya aku ganti" ujar Mrs.Wright.

"Tidak perlu, terimakasih. Akan terlihat sangat lucu kalau aku memakai jaket." Kikiknya sendiri.

"Hermione.." tegur Mrs.Wright. "Daripada nanti kau sakit. Sudahlah, lebih baik kau pakai jaket saja."

Hermione tersenyum. "Tidak perlu Mrs.Wright. aku baik-baik saja. Serius." Gadis itu mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Membentuk seperti huruf V.

Mrs.Wright terkekeh melihat gadis itu. Menurutnya, Hermione seperti anak perempuan yang selalu Ia impikan. Gadis itu sangat ceria dan selalu membawa kebahagiaan bagi sekitarnya.

"Kau ini.. ya sudah kembali bekerja." Ujar Mrs.Wright sok tegas.

Hermione tertawa, "aye aye captain!"

***

"Kau makanlah dulu. Nanti kalau kau sakit bagaimana? Aku juga yang repot."

Draco menoleh sekilas. Ia tersenyum kecil melihat wajah Astoria yang memberengut kesal.

"Kau ini cerewet sekali sih? Tapi tidak apa-apa. Kau makin cantik jika cemberut begitu."

Astoria makin menggembungkan pipinya, "Jangan menggodaku!" Sungutnya sebal.

Draco tertawa kencang.

Two Heart [DRAMIONE]Where stories live. Discover now