Prolog

22 2 0
                                    

Raline masih tak berkutik. Dia hanya bisa memandang bosnya, Rudi Hutama. Manager keuangan di sebuah perusahaan property tempatnya bekerja selama 2 tahun ini di cabang Semarang.

Raline masih belum bisa mencerna dengan baik apa yang baru saja dikatakan oleh pak Rudi. Dia akan di mutasi ke kantor pusat di Jakarta. Karena kinerjanya yang semakin hari semakin baik dan pak Rudi mempromosikannya untuk bergabung dengan Head Office di Bekasi. Padahal Raline bekerja dengan baik bukan karena dia ingin dipromosikan ke kantor pusat. Tapi Raline termasuk orang yang royal pada perusahaan yang bersedia menerimanya sebagai karyawan. Dan dia hanya mengabdi pada profesinya sebagai Accounting di perusahaan tersebut dengan baik.

Ya, Basicraft merupakan perusahaan property yang besar di Indonesia. Dan suatu keberuntungan yang besar jika Raline dapat bekerja di cabangnya Semarang. Karena Semarang kota kelahirannya dan dia masih bisa mendampingi  ibunya, orang tua satu-satunya. Yang membesarkannya dan adik satu-satunya selama ini sendiri tanpa ayahnya. Karena ayah Raline sudah meninggalkan mereka ketika Raline berusia 12 tahun. Dengan menjadi seorang PNS di kantor balaikota Semarang, ibu Raline mati-matian membesarkan Raline dan Rio.

Alhasil ibunya bisa membiayai kuliah Raline di Undip hingga S2. Dan adiknya, Rio untuk bersekolah di kedokteran UI.

“Raline… bagaimana ? Ehm…” Pak Rudi diam sejenak sebelum akhirnya memutuskan, “baiklah saya coba bantu bicara dengan orang HO untuk meminta waktu agar kamu bisa mempertimbangkannya lagi” suara pak Rudi telah menyadarkan Raline dari segala bayangan yang sedang ada di otaknya.

“Baik pak, terima kasih” hanya itu yang dapat Raline katakan sebelum meninggalkan ruangan pak Rudi.

Ketika dia kembali ke tempat duduknya, Zaski melihat sesuatu yang buruk terjadi pada Raline. Karena Raline tampak seperti mayat berjalan, dengan tatapan kosong dan wajahnya yang pucat.

“Are you okay Lin ?” tanya Zaski setelah Raline hanya duduk memandang monitor laptopnya tanpa berkedip untuk beberapa waktu. Lalu Raline mulai tersadar kembali ketika Zaski yang duduk bersebelahan dengannya, menyentuh tangan Raline.

“I’m fine, aku ngga apa – apa Zas” kata Raline yang sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataannya.

“Trus kalo ngga ada apa-apa, kenapa kamu kaya mayat hidup seperti ini Lin ?” Zaski masih menggenggam erat tangan Raline untuk menguatkannya.
Raline hanya menundukkan kepalanya dan tangan kirinya memijat pelipisnya karena tangannya masih di genggam erat oleh Zaski. Setidaknya tangan Zaski dapat sedikit menenangkan kegundahan Raline.

#gundah

Mr. Vanilla vs Ms. Strawberry LemonWhere stories live. Discover now