Empat

10 1 0
                                    

Raline sudah berdiri didepan gedung apartemennya kurang lebih selama 15 menit. Kara tidak kunjung datang. Raline tahu ini Jakarta, mereka harus berangkat 2 jam sebelum jam kerja jika tidak ingin terjebak macet.

Makanya Raline sudah siap sejak pukul 06.45 karena Kara berjanji akan datang menjeput pukul 07.00. semoga saja nanti tidak terlambat sampai kekantornya dihari pertama dia menjadi senior accounting di Basicraft.

Bip..bip… suara klakson mobil Kara terdengar. Raline bernafas lega. Dia tidak harus terlambat masuk di hari pertama kerjanya. Excited sih sebenarnya, dia penasaran dengan pekerjaan barunya walaupun pasti tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya. Yang masih berkutat dengan laporan keuangan. Namun pasti ada tantangannya, namanya juga head office sudah pasti banyak masalah baru yang akan dia hadapi.

Hari Senin memang hari paling crowded, untung saja macetnya tidak sampai membuat mereka terlambat. Tepat pukul 08.55 mereka sudah sampai dikantor. 5 menit saja mereka terlambat bisa tamat riwayat mereka.
Kara langsung saja member Raline ke ruangannya. Sekali lagi Kara menjadi tour guide nya, sebelumnya dijalan dari bandara menuju apartementnya sekarang di kantornya. Kara berkeliling memperkenalkan Raline kepada staff accounting yang ada didalam ruangan. Staff yang nantinya akan dibawahi Raline. Mereka semua terdiri dari wanita. Terdiri dari Pita bagian kasir dan bank, Shinta di bagian AP, Anin di bagian AR dan Bella dibagian pajak. Sekali lagi Raline merasa beruntung karena didalam timnya tidak ada pria, karena Raline kurang nyaman jika ada pria dalam timnya.

Diseberang ruangan departemen Accounting adalah ruangan departemen Human Capital, disampingnya departemen Logistick, dan didepann departemen Logistick adalah ruangan IT. Semua itu sudah dikelilingi Raline didampingi Kara. Dan yang terakhir ruangan CEO yang belum dimasuki mereka.

“Bu Raline, Eh Mba Raline maksutnya…,” Raline merasa belum tua jadi tidak suka dipanggil “bu” oleh seluruh staffnya, “…nanti mba masuk sendiri ya keruangannya pak Arga, soalnya beliau katanya ada yang mau disampaiin. Tahu sendiri kan mba bu Nancy ternyata meninggalkan kami lebih cepat. Dan kemarin serah terima pekerjaannya dengan pak Ray dan pak Arga langsung,” kata Kara menjelaskan.

“Iya Ra, nanti saya menemui pak Ray dulu. Baru ke pak Arga,” Raline sangat mengerti apa yang harus dilakukannya. Dia sudah tahu beban yang akan dia tanggungnya nanti. Menjaga cashflow perusahaan agar tetap berjalan dengan sehat. Mengontrol laporan keuangan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menjalankan SOP. Menganalisa perkiraan keuntungan bulanan.

Raline tahu itu semua, sudah pernah dia pelajari selama menempuh S2nya, tetapi itu hanya teori. Sedangkan prakteknya Raline sendiri masih waswas tapi berkeyakinan bahwa bisa. Tidak akan yang tidak bisa dilakukan oleh seorang Raline.

Tok… tok… tok… Raline mengetuk ruangan Ray,”permisi pak Ray” kata Raline ketika sudah dipesilahkan Ray masuk. Untuk memasuki ruangan Arga memang harus melewati ruangan Ray terlebih dahulu. Sehingga Raline memperkenalkan diri kepada Ray terlebih dulu.

“Saya Raline,” Raline mengulurkan tangannya.

“IYa, saya Ray. Silahkan duduk”

“Terima kasih pak. Ehm, mohon bimbingannya untuk posisi baru saya disini pak. Dan untuk masalah serah terima pekerjaan bu Nancy…” belum selesai Raline menyelesaikan kalimatnya sudah terpotong oleh Ray.

“Oh iya, tentang itu, sayang sekali bu Nancy tidak sabar menunggu kedatanganmu ya, jadi kemarin terpaksa saya dan Arga, mmm maksud saya pak Arga yang sementara handle beberapa monitoring, sedangkan lainnya dihandle oleh Kara,” Ray menjelaskan secara gambling tentang apa yang harus dikerjakan oleh Raline.

Tetapi karena Raline masih terpesona dengan kegantengan Ray, membuatnya bengong seperti orang kesurupan. Mungkin benar kesurupan kegantengan Ray. Tubuh tinggi tegap, potongan rambut cepak, dagunya yang terbelah, dan bibir tipisnya mampu membuat Raline terpaku. Benar kan, Raline masih normal, hanya saja Raline tidak tahu bagaimana cara menjalin hubungan baik dengan seorang pria.

Mendengar namanya dipanggil untuk kedua kalinya Raline baru tersadar,”Eh iya pak. Nanti saya akan koordinasi juga dengan Kara, untuk itu mohon bantuannya juga pak” ucap Raline.

“Oke, pasti akan saya bantu, mari saya perkenalkan dengan Pak Arga” kata Ray seraya mengantar Raline masuk keruangan Arga.

Raline kembali terpaku di pintu masuk ruangan Arga, aroma ini, sangat tidak asing untuknya. Malah yang membuat Raline tidak tenang dari kemarin. Ah, mungkin saja pak Arga juga pakai parfum yang sama. Bukankah yang menggunakan parfum vanilla tidak hanya pria di pesawat itu. oh, tunggu apakah dia baru saja mengindikasi bahwa semua baru vanilla adalah pria itu. tidak, tidak.

“Ayo, Raline…” ajak Ray yang melihat Raline hanya berdiri seperti patung dibalik pintu ruangannya Arga.
Ketika mereka datang, ternyata Arga masih mengangkat telepon dengan membalikkan kursinya dari meja kerjanya. Dan Arga sedang dalam berbahasa Belanda. Jadi Raline beranggapan bahwanya mungkin Bule. Tapi pada saat Raline semakin dekat dengan meja Arga, aroma vanilla yang sama persis di pria waktu itu semakin kuat. Bukan vanilla biasa, vanilla bercampur dengan aroma tubuh pria itu. Apakah benar dia adalah… Raline tidak dapat membayangkan jika benar bosnya adalah pria itu. mau ditaruh mana mukanya.

Setelah menunggu beberapa saat, Arga membalikkan kursinya menghadap meja kerjanya. Dan… tepat seperti dugaan Raline, tidak salah dengan penciumannya. Bosnya adalah pria dipesawat itu. Otomatis membuat kaki Raline lemas, mengakibatkan Raline sedikit kehilangan sehingga harus dibantu oleh Ray yang masih berdiri disampingnya.

“Raline, are you okay?” tanya Ray. Not im not okay, jawab Raline dalam hati.

“Yes, Im okay,” jawab Raline kepada Ray dengan menyunggingkan senyumnya sehingga tampak mengintip lesung pipi miliknya.

“Oh jadi namamu Raline?” tanya Arga. otomatis pandangan Ray dan Raline tertuju pada Arga.

“Oh.. iya pak, saya Raline” kata Raline sambil mengulurkan tangannya, beberapa saat setelah bibirnya kelu.

“Jadi benar ini kamu,” kata Arga dengan senyum genit setelah menyambut uluran tangan Raline.

“Okay, gue ngga ikutan ya Ga, gue tinggal kalian berdua” Ray meninggalkan ruangan Arga.

“Silahkan duduk” Arga mempersilahkan Raline untuk duduk. Kebetulan Raline sudah tak sanggup lagi berdiri terlalu lama karena syok.

“Baik Pak,” Raline meletakkan bokongnya pada kursi empuk diseberang meja Arga.

“Tunggu, panggil nama aja, Arga. Saya belum menikah apalagi punya anak. Jadi jangan panggil saya “Pak”,” tanpa menunggu jawaban Raline Arga menyambung,”Okay itu pelajaran pertama untuk kamu, yang kedua, didalam pekerjaan saya minta kamu bisa meneruskan apa yang ditinggal kan bu Nancy, lebih baik kalau perlu. Kami sudah mempercayakan semua jalannya keuangan perusahaan kepada beliau, dan kami sangat menghargai jasa beliau yang sudah mengabdi sejak berdirinya perusahaan ini. Lalu yang ketiga, bisa tidak kamu ngga usah melipat bibirmu seperti itu didepan saya, karena lesung pipimu membuat saya tidak bisa focus,” kata Arga yang tanpa berhenti dan tanpa tedeng aling-aling. Dan Raline segera melaksanakan pelajaran ketiganya.

“Dan yang keempat, shampoo mu apakah benar strawberry lemon? Apakah shampoo aroma itu banyak juga pakai?” sebenarnya itu tidak termasuk pelajaran namun pertanyaan.

Raline kembali syok dengan apa yang ada dihadapannya. Belum hilang syok nya karena bosnya adalah pria dipesawat kemarin dan aroma vanilla yang khas berasal dari pria yang sama. Dan sekarang mendengar bosnya ngomong ngelantur seperti ini. Firasatnya langsung berkata, bahwa dia kaan melewati masa yang berat berada disini.

“Raline… “ Arga memanggilkannya untuk menunggu jawaban dari Raline.

“Oh iya pak,maksud saya Arga, eh tapi saya sungkan jika hanya nama saja pak, bagaimana dengan mas Arga ?,” tanya Raline dan mendapat anggukan dari Arga pertanda setuju,” saya akan berusaha sebaik mungkin demi BAsicraft, dan saya tidak akan melipat bibir saya sehingga lesugn pipi saya tidak terlihat didepan mas Arga (kalau tidak lupa), kemudian strawberry lemon ? entah bagaimana mas Arga bisa mengetahui shampoo yang saya pakai, tapi shampoo ini baru saja di launching oleh salah satu brand kosmetik yang memang masih booming,” jawab Raline yang tidak kalah panjanngnya.

“Oke kalau begitu, selamat bergabung,” Arga berdiri dengan mengulurkan tangannya.

“Terima kasih mas,” Raline menyambut uluran tangan Arga.

Mr. Vanilla vs Ms. Strawberry LemonWhere stories live. Discover now