Tiga

8 1 0
                                    

Raline masih mencoba menenangkan pikirannya dengan mendengarkan suara Raisa dari music playernya. Suara Raisa cukup efektif untuk membuatnya tenang. Tapi terdengar suara ribut dari samping kursinya.

Apa? Mau menukar posisi duduk ? Tidak… Tidak akan aku biarkan, batin Raline. Karena untuk menghilangkan ketakutannya Raline harus melihat awan dari dekat. Dan jika harus duduk jauh dari jendela akan membuatnya panik. Sehingga Raline hanya berpura-pura tertidur pulas.

Dan ternyata akting Raline meyakinkan sehingga para lelaki yang ribut disampingnya sudah memposisikan dirinya masing-masing.

Suara kapten sudah berkumandang artinya sebentar lagi akan take off. Raline mencengkeram pegangan kursi dengan kuat. Meskipun matanya bisa terpejam tenang, tidak dengan tangannya. Tapi tiba-tiba terasa ada kehangatan yang menyelimuti tangannya lalu menjalar keseluruh tubuhnya. Nyaman, itu yang Raline rasakan. Namun Raline baru tersadar bahwa itu kehangatan dari tangan yang menumpuk diatas tangannya. Besar dan hangat.

Sebenarnya Raline bisa saja marah, karena dia merasa dilecehkan. Bagaimana bisa laki-laki yang tidak dikenalnya bisa menggenggam tangannya begitu saja. Dia membuka matanya lalu melirik tajam kearah pemilik tangan itu. Pemiliknya malah tampak tenang saja dan memejamkan matanya. Dan karena semakin terasa guncangannya membuat Raline pasrah. Dia hanya memejamkan matanya kembali lalu mencengkeram pegangan kursi lebih kuat.

Meski terasa hangat, Raline kelamaan merasa kurang nyaman, karena dia sadar tangan itu adalah tangan lelaki yang tidak dikenalnya. Setelah suara kapten terdengar bahwa sudah bisa melepaskan seatbelt. Maka Raline perlahan menarik tangannya dari tangan besar milik laki-laki asing itu.

Arga menikmati sentuhannya pada tangan lembut wanita itu. tangannya tampak kecil dibawah tangan Arga namun jari-jarinya cukup panjang. Kulitnya terasa sehat dan lembab. Tapi perlahan kenyamanan Arga menghilang ketika tangan wanita itu perhalan ditarik pemiliknya. Dan Arga hanya bisa merelakannya jika tidak mau wanita itu memukulnya.

Lalu Arga melipat tangannya di depan dadanya, membuka matanya dan melihat pemilik tangan lembut tadi.

“Udah ngga takut lagi kan?” tanya Arga. Mendengar suara itu membuat Raline sontak membuka matanya karena terdengar tepat di telinganya.

“Ha? Oh iya, enggak” jawab Raline terbata-bata ketika melihat Arga begitu dekat dengan wajahnya.

“Bagus, Sorry soal tadi. Entahlah aku termasuk orang yang memiliki empati tinggi jadi aku tidak bisa membiarkan wanita ketakutan seperti tadi,” jelas Arga sambil menarik wajahnya dan duduk menghadap ke depan.

“Oh, thanks,” jawab Raline. Raline merasa gugup. Entah mengapa jantungnya berdebar begitu cepat. Tunggu... Aroma itu, vanilla. Sepertinya tidak asing untuk Raline.

Dia mencoba curi-curi posisi duduknya untuk bisa mencium aroma vanilla tadi. Dengan menegakkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya, Raline bisa mencium dengan jelas aroma vanilla dari tubuh pria itu. Pria Vanilla.
***
Melihat wanita itu hanya terpejam beberapa saat, Arga mencuri kesempatan untuk mencium aroma tangannya setelah memegang erat tangan wanita itu. mawar putih. Lalu Arga mendekatkan mulutnya di telinga wanita itu untuk bertanya apakah dia masih takut. Tapi setelah mendekat, Arga seperti mengenal aroma rambutnya. Strawberry dan Lemon. Tunggu, apa sedang popular shampoo beraroma Strawberry dan Lemon. Mengapa Arga sudah beberapa kali ini mencium aroma itu.
Aroma yang membuat Arga seperti berada ditaman buah. Aroma yang bisa membuat Arga menjadi segar kembali setelah rutinitasnya belakangan ini. Aroma yang bisa membangkitkan semangat Arga setelah hari yang melelahkan tadi.
***
Raline tambah salah tingkah. Dia mencoba mengalihkan perhatiannya dengan mengambil kamera DSLR putihnya dari tas. Raline langsung membidik awan-awan disampingnya dengan lensa kameranya. Ini salah satu cara Raline menikmati perjalanannya di pesawat.

Mr. Vanilla vs Ms. Strawberry LemonWhere stories live. Discover now