Chapter 9

45.5K 3.5K 72
                                    


Empat bulan kemudian...

Sudah empat bulan lamanya Steve tinggal bersama Robert dan Clarissa. Tak ia sangkal kalau dirinya sudah sayang pada Clarissa. Bahkan kini dia sudah menganggap Clarissa sebagai anaknya sendiri.

Untuk Robert, dia masih belum bisa menyimpulkan apa yang kini dia rasakan. Dia senang saat melihat Robert tertawa. Hatinya menghangat saat melihat Robert tersenyum. Tapi dia kasihan saat melihat wajah lelah Robert.

Steve tak mau menyimpulkan perasaannya dengan cepat. Dia percaya pada akhirnya ia juga akan mendapatkan jawaban atas perasaannya saat ini. Tentang temannya, dia benar-benar menjauh. Bahkan kini Steve mengganti nomor ponselnya yang hanya diketahui oleh orang tuanya dan Robert. Steve tak mau membuat teman-temannya memandang sebelah mata padanya. Jadi lebih baik dia menjauh.

Robert pun kini sudah semakin berani untuk mendekat dengan Steve. Dia sudah berani berkontak fisik dengan Steve. hanya kontak fisik sebatas sentuhan saja. Robert sebenarnya sudah lama menahan hasratnya. Tapi dia tidak mau melakukan hal bodoh itu karena nanti akibatnya akan fatal.

Hubungan mereka pun kini jauh lebih baik dari sebelumnya. Yang awalnya Steve selalu memarahi Robert tentang apapun, kini berubah.

Tapi sekarang yang terpenting bagi Robert bukanlah masalah dekat atau tidak. Yang terpenting sekarang bagaimana caranya untuknya agar mendapatkan apa yang diinginkan Steve.

Ya kandungan Steve kini sudah empat bulan. Dan dibulan inilah Robert kecapean menuruti segala yang diinginkan Steve. Mungkin inilah yang disebut masa ngidam.

Seperti yang terjadi pada dua minggu yang lalu.

Flashback...

Robert baru saja keluar dari kantor. Dia melihat arloji yang melingkar dipergelangan tangannya ternyata jam sudah menujukkan pukul sebelas malam. Karena proyek barunya inilah yang selalu membuatnya pulang larut malam. Mungkin minggu-minggu adalah hari yang menyibukkan baginya. Alhasil dia selalu seperti ini bahkan tak jarang dia membawa pekerjaannya diapartment. Dia tak masalah kalau pulang larut malam, tapi yang mengganjal dipikirannya adalah Steve dan Clarissa.

Sebenarnya dia kawatir dengan Steve yang hanya berdua dengan anaknya diapartment. Dia sudah mengusulkan untuk menyewa seorang pembantu untuk menjaga mereka selama Robert tidak dirumah. Tetapi sifat keras kepala Steve selalu mengalahkannya. Steve menolak tawarannya dengan alasan dia bisa sendiri.

Robert mengendarai mobilnya menuju apartment. Hanya butuh beberapa puluh menit saja kini dia sudah sampai didepan apartment. Dia langsung memakirkan mobilnya dan segera masuk kedalam gedung apartment.

Saat sudah sampai didepan, dia membuka apartmentnya. Dia kaget ternyata Steve belum tidur. Bahkan kini Steve dengan santai melihat televisi.

"Belum tidur ?" Tanya Robert dengan lembut. Dia melepas sepatunya dan berjalan kearah Steve. Dia mendudukkan dirinya disamping Steve dan melihat pria yang dicintainya. Inilah kenapa dia selalu mencintai sosok pria disampingnya ini. Selain dia manis, Steve juga selalu membuatnya tersenyum entah apapun yang dilakukan oleh pria tersebut.

"Belum." Jawab Steve. Robert hanya mengangguk. Setelahnya dia berdiri akan bersiap mandi. Tapi sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya. Robert membalikkan badannya dan bertanya pada Steve.

"Kau mau kemana ?" Tanya Steve.

"Aku mau mandi. Kau tau aku seharian bekerja." Steve menghela napasnya. Robert tau Steve akan mengucapkan sesuatu. Jadi dia menunggu.

"Ya sudah mandilah sana."

"Tidak sebelum kau bicara. Apa yang kau inginkan hm ?" Tanya Robert. dia kembali mendudukkan dirinya.

Being a mother  ( mpreg )Where stories live. Discover now