Chapter 41: Chroma & Achromos

52.4K 4.2K 119
                                    

"Achromos, kau sudah delapan kali menolak lamaran dari kerajaan-kerajaan sebelah untuk menikahi putri mereka! Aku tidak habis pikir! Bukankah kau bilang kau ingin mencari pasangan??" Chlari menggelengkan kepalanya dengan kesal sambil menatap Achromos yang sedang duduk santai di ruang kerjanya sambil menyeruput teh hangat.

"Aku memang bilang aku akan mencari pasangan, tapi aku tidak pernah bilang aku mau dijodohkan." Jawab Achromos datar.

Chlari menghela napas panjang melihat kelakuan adiknya yang keras kepala itu. Ia lalu menghampiri Achromos dan menatapnya lekat-lekat.

"Achromos.. jangan bilang kau.." Ujarnya terpotong.

"Apa?" Tanya Achromos.

"Berniat jadi perjaka tu--"

PTAK!
Achromos memukul kepala Chlari dengan pena yang ada di atas mejanya. Matanya menatap Chlari dengan penuh amarah.

"Kau adalah seorang pangeran, Kakak. Jagalah ucapanmu." Ujarnya tajam.

Chlari hanya bisa tersenyum jahil sambil mengusap kepalanya yang berdenyut. Dalam hati ia berpikir sebenarnya siapa yang kakak dan siapa yang adik.

"Lagi pula," Lanjut Achromos. "aku lebih mengkhawatirkanmu yang semakin bertambah tua ini, Kak."

Kekehan Chlari segera terhenti dan langsung digantikan oleh senyuman penuh amarah. Ia lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Achromos.

"Kau bilang apa barusan, adikku sayang?" Tanya Chlari sambil mengacungkan ujung pena di tangannya tepat di depan wajah Achromos yang kini memucat.

"Ti-tidak, kakakku yang tampan. Aku tidak bilang apa-apa." Ujar Achromos sambil menelan ludahnya.

Chlari menaruh kembali pena itu ke atas meja dan menjauhi wajah Achromos sambil tersenyum senang.

"Baiklah kalau begitu." Katanya dengan berseri.

Achromos segera menghembuskan napas lega. Chlari saat sedang marah memang jauh lebih mengerikan dibandingkan siapa pun. Apalagi senyuman tidak pernah lepas dari wajahnya, seperti joker yang selalu tersenyum saat melakukan hal-hal buruk.

Tok tok tok
Suara ketukan pintu memecahkan keheningan yang sempat menyelimuti ruangan.

"Masuk." Ujar Achromos.

Sosok yang benar-benar Achromos kenal muncul dari balik pintu. Sosok itu kemudian membungkukkan badannya pada Achromos.

"Selamat siang, Raja Achromos." Sapanya.

"Arlen, ada apa?" Tanya Achromos dengan dingin.

Semenjak Agioz menghilang dari dunia, Arlen langsung meminta maaf pada Achromos karena telah membuat ibunya dihukum mati dan telah menyerang Braz hingga terluka parah. Arlen mengatakan bahwa ia memang awalnya dipengaruhi oleh Agioz, namun lama-kelamaan ia mengikuti perintah Agioz karena keinginannya sendiri. Ia bisa merasakan kesepian dan kehampaan yang dirasakan oleh Agioz dan bertekad untuk mengikutinya sampai mati. Namun kini setelah Agioz pergi, ia kembali melanjutkan hidupnya sebagai raja Kerajaan Armea karena Braz yang dari dulu ingin membunuhnya pada akhirnya mengurungkan niat karena merasa Arlen tidak penting lagi bagi hidupnya, meski ia harus menandatangani perjanjian untuk tidak mengganggu Kerajaan Chraz lagi.

"Raja Achromos, semalam saya mengunjungi istana Agioz di Gunung Arunaz."

Achromos menatap Arlen dengan tatapan sedikit bingung. "Lalu?" Katanya.

Chroma & Achromos [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang