26. Berpisah

1.7K 126 0
                                    

“Embun sama lo??” tanya Fajar dari ponselnya.

“Gue gak sama dia. Gue udah coba telpon dia, tapi hape-nya gak aktif.”

Fajar menghela nafas kasar. “Sekarang lo dimana?”

“Gue di tempat parkir. Supaya gampang untuk jadi meeting point.”

“Oke. Lo jangan kemana-mana. Gue bakal kesana. Terus kita cari Embun bareng-bareng.” Fajar langsung memutus sambungan teleponnya.

***

“E-Elang? Kok kamu bisa ada di sini?” ia gelagapan melihat sosok yang tidak ia duga akan berada di depannya ini.

“Kebetulan aja. Mungkin kita jodoh.” Elang menjawabnya enteng.

Embun memutar bola matanya. “Cowok kayak kamu itu suka banget bohong ya.”

Lawan bicaranya terkekeh pelan. “Itu salah satu bakat terpendamku.”

Embun tidak merespon.

“Kamu ngapain ke sini?” tanya Elang.

“Menikmati hidup.” setidaknya untuk beberapa menit yang lalu sebelum ia terpisah dengan Fajar dan Sehan, ia bisa berbicara seperti itu. Tapi sekarang? Dengan terdampar dengan laki-laki aneh ini, bagaimana ia bisa tenang?

Handphone Embun tiba-tiba tidak aktif. Saking asiknya ia berfoto, sampai tidak sadar kalau baterai ponselnya semakin kehabisan daya. Sempurna sudah. Ia takut setengah mati!

“Kamu tersesat kan?” Ah, ternyata Elang masih ada di dekatnya.

Embun celangak-celinguk, siapa tahu ia bertemu orang lain untuk meminta pertolongan. Namun apadaya karena ia sekarang benar-benar tersesat.

“Mau aku bantu?” tawar Elang.

Hatinya berteriak untuk menolak, namun otaknya tidak berkata demikian. Embun sudah benar-benar putus asa. Ia tidak tahu lagi akan meminta tolong kepada siapa, kecuali dengan Elang.

“Ikuti aku.”

Akhirnya Embun mengangguk.

***

Sementara itu, di tempat lain, Sehan dan Fajar mencemaskan Embun yang tak kunjung mereka temukan. Ditambah lagi, ponselnya yang tidak aktif menambah rasa was-was di mereka.

Sejak tadi, Fajar yang terus menunjukkan rasa khawatirnya berupa raut muka dan tindakan yang langsung dilakukan. Berbeda dengan Sehan yang pembawaannya tenang dan lebih banyak berdo’a. Dua-duanya memiliki cara yang berbeda untuk melindungi perempuan yang mereka cintai.

***

“Kamu apa kabar?” setelah hanya suara daun berserekan yang mereka injak, akhirnya Elang mengajaknya ngobrol.

Good.”

“Kita jarang ketemu.”

Embun hanya tersenyum dalam tundukannya.

“Ng ... Embun.” Elang menghela nafas. “Aku mau ngomong sama kamu.”

Apa? Tanyanya dalan hati.

“Gimana kalau aku suka sama kamu? Apa kamu keberatan dengan hal itu?”

Apa?! Lagi-lagi ia bertanya demikian, namun dengan nada yang terkejut.

Elang berhenti. Demikian juga dengan Embun.

“Aku suka sama kamu. Bahkan sebelum Fajar ketemu sama kamu.”

Ini sebenarnya apa sih? Jangan-jangan yang dibilang Fajar bener, kalo Elang punya niat yang gak baik ke dia? Batinnya.

“Jangan mikirin itu untuk sekarang. Aku emang bener-bener mau nolongin kamu. Gak ada maksud jahat.” ia tersenyum lirih.

Homichlove (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang