DELAPAN

173K 18.5K 556
                                    

Keisha mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan fokus, berbagai rumus yang sudah ia hafal segera ia aplikasikan untuk menyelesaikan soal fisika di bukunya ini. Meskipun ia agak terganggu dengan suara-suara keras dari televisi yang menampilkan permainan balap sepeda yang dimainkan oleh Shawn.

"Kak bisa dikecilin nggak suaranya?" Shawn menoleh sebentar, tetapi kembali fokus ke layar plasma di hadapannya.

"Kak.." Panggil Keisha sekali lagi karena suara televisinya tetap besar dan tidak ada respon dari Shawn sama sekali.

"Kalo suaranya kegedean nanti hantu Sadako keluar loh dari tv, dia juga pusing denger suara yang terlalu kenceng." Ucapan sedikit konyol yang dilontarkan Keisha itu membuat Shawn terkesiap sebentar, lalu beranjak mengambil remote untuk mengecilkan volume televisi.

"Kamu lagi ngapain Kei?" Tanya Shawn ketika sudah kembali duduk dengan posisinya yang paling nyaman.

"Ngerjain pr." Keisha lalu mendongak sebentar.

"Kakak sebenarnya punya pr nggak? Dari yang aku tahu kakak cuma main game terus." Sindir Keisha pedas. Shawn sendiri malah cengengesan.

"Ada, tapi males. Cuma ngerangkum doang." Keisha berdecak.

"Pr ya harus dikerjain kak."

"Besok di sekolah kan bisa." Celetuk Shawn seenaknya.

"Tapi kan namanya pekerjaan rumah bukan pekerjaan sekolah." Cecar Keisha sambil tersenyum miring, ia kini sedang membolak-balik buku kumpulan rumus.

"Males." Keisha mendengus prihatin ketika mendengar jawabanwa Shawn.

"Daripada misalnya kamu ngomel mending kamu kerjain pr aku sekalian?"

Hah? Keisha menyelipkan anak rambutnya di telinga. Apa ia tidak salah dengar?

"Kakak ngomong apa tadi?"

"Kamu bisa nggak kerjain pr aku? Nanggung nih."

Bagus.

Keisha cemberut, tetapi ia kemudian berdiri. "Pr apa?"

"Mm.. Prakarya." Keisha menghampiri meja belajar Shawn dan melihat bahwa keadaan buku di sana berantakan.

"Halaman?" Ketus Keisha, tetapi Shawn seperti tidak peduli.

"Halaman 78 sampe 82." Keisha menghembuskan napasnya kasar, lalu mulai merangkum itu meskipun dengan wajah sebal.

∆∆∆

"Gue harus gimana nih Nin?" Tanya Keisha resah. Ia sekarang sedang berada di salah satu kafe di dekat rumahnya. Nina yang berada di depan Keisha hanya mengangkat bahunya.

"Jalanin aja dulu lah Kei." Nina menyeruput es teh manisnya.

"Gue ngerasa Shawn itu nggak sayang sama gue Nin." Nina menaikkan sebelah alisnya.

"Kok lo bisa ngerasa kayak gitu?" Keisha memasukkan sesendok es krim coklat dengan bernafsu sebelum menjawab pertanyaan dari Nina.

"Shawn itu terlalu sibuk sama gamenya itu. Nggak di sekolah nggak di rumah gitu aja terus." Gerutu Keisha sebal.

"Yang gue heran semua gadget yang dia punya pasti dipake ngegame, hp lah, ps lah, laptop lah." Nina hanya menggelengkan kepalanya maklum.

"Kak Shawn gamers kan ya? Ya wajar lah. Mantan gue dulu juga gitu." Nina mengibaskan tangannya, Keisha berdecih.

"Tapi ya Nin, ada satu yang bikin gue heran."

"Apaan?"

"Nggak tau kenapa, setiap Shawn ngeliat gue, gue ngerasa kalo dia itu ngeliat orang lain." Nina mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Maksudnya?"

"Ya dia kayak nganggep gue itu orang lain." Jawab Keisha sedih.

"Apa dia punya mantan di Amrik yang masih dia sayang terus ngelampiasin ke gue?" Terka Keisha panik.

"Ish! Nggak boleh negative thinking dulu Kei, siapa tahu nggak." Ucap Nina mencoba menenangkan sahabatnya yang kalut.

"Emang nggak bakalan ada yang sayang sama gue ya Nin?" Keisha menutup wajahnya sedih.

"Hush, lu nggak boleh gitu Kei."

Keisha malah tertawa sumbang. "Cewek jelek kayak gue emang nggak pantes jatuh cinta ya."

Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang