DUA PULUH TIGA

156K 15.2K 530
                                    

"Kamu nggak usah gugup gitu, sekarang masuk sana. Nanti malah telat," nasihat Yoga ketika Keisha hanya diam setelah turun dari motor. Mereka pagi itu sudah berada di depan gerbang SMA Harapan.

"Aku nggak pede bang." Yoga mendengus.

"Keisha Mahardika, udah berapa kali abang bilang sama kamu? Kamu cantik kok, lagian sejarah penampilan kamu udah nggak culun lagi. Susah amat dibilangin," cerocos Yoga panjang lebar karena sebal Keisha selalu merasa rendah diri.

"Mending sekarang kamu tarik napas dalam-dalam, terus embusin." Keisha mempraktekkan apa yang dikatakan Yoga.

"Dan yang terpenting, kalo kamu ketemu si shawn the sheep kamu harus keliatan baik-baik aja." Keisha mengangguk walaupun merasa ragu.

"Ya? Sekarang kamu masuk, abang mau balik sebentar lagi ada kelas."

"Aku sekolah dulu ya bang."

"Iya."

Keisha masuk ke dalam area sekolahnya dengan wajah menunduk, hingga hampir saja menubruk beberapa orang kalau dia tidak hati-hati. Ia menggerutu sesaat, seharusnya ia berpenampilan biasa saja. Karena saat itu Keisha merasa tidak nyaman karena rasanya berpenampilan seperti orang lain.

Kacamatanya di copot, diganti lensa kontak berwarna coklat. Rambutnya yang biasa diikat pun digerai, sehingga terlihat bahwa rambutnya itu panjang dan terlihat indah.

Beberapa orang siswa mengernyitkan dahinya ketika melihat Keisha. Mereka tidak salah lihat kan? Cewek itu terlihat ... berbeda.

"Lo Keisha kan?" Keisha mendongak lalu menatap kakak kelasnya dengan sedikit malas. Bukannya tidak sopan tetapi sikapnya dulu membuat Keisha sempat kesal.

"Iya," balasnya singkat.

"Yakin? Ini beneran si culun?" Keisha memutar bola matanya malas ketika mendengar pertanyaan Mita.

"Bukan, ini Chelsea Islan." Keisha memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju kelas, tetapi kembali dihadang Mita dan dua temannya.

"Udah mulai songong nih?"

"Siapa?" tanya Keisha dengan senyum mengembang.

"Elo lah."

"Yang nanya." Setelah mengucapkan itu Keisha terkikik geli lalu masuk ke dalam kelasnya.

Entahlah, ia tidak tahu mendapat keberanian dari mana hingga bisa membalas bahkan menjaili kakak kelasnya tadi. Tetapi ia senang dan menyesal sedikit, seharusnya ia melakukan ini dari dulu. Melawan segala tindakan bullying yang ia terima.

Keisha duduk lalu mengeluarkan buku catatan fisikanya dari tas, mencoba memahami kembali materi yang minggu lalu disampaikan karena hari itu akan ada ulangan.

Tetapi baru saja ia menekuni bukunya sekitar sepuluh detik ocehan kembali terdengar.

"Eh? Lo Keisha?" Keisha mendongak dan mendapati Bagas, ketua kelasnya memandangnya dengan pandangan terkejut.

"Iya ini gue," balas Keisha sambil tersenyum kikuk, "keliatan beda banget ya?"

Bagas mengangguk cepat. "Iya anjir! Lo jadi cantik gini."

"Jangan bikin fitnah deh."

"Lah? Gue jujur kok," ucap Bagas sambil mengacungkan dua jarinya, "suer."

"KEISHA! INI ELO?!" Keisha meringis ketika sebuah teriakan menyerang telinganya.

Ia menoleh lalu melihat Nina yang membuka mulutnya dan tertawa. "Lo beda banget sumpah!"

"Segitunya ya?" heran Keisha.

"Iya lah! Coba ngaca nih!" Keisha menerima cermin yang disodorkan Nina.

"Noh liat!" seru Nina bersemangat, ia kemudian duduk di samping Keisha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Noh liat!" seru Nina bersemangat, ia kemudian duduk di samping Keisha.

Keisha sendiri menyerahkan kembali cermin yang disodorkan.

"Lo berubah gini demi Shawn ya?" Keisha tertegun sebentar ketika mendengar nama cowok itu.

"Jangan bahas dia lagi ya Nin, please." Nina menaikkan sebelah alisnya. "Loh kena..."

Nina menghentikan ucapannya lalu menoleh ke arah Bagas. "Eh lo Bagas! Minggir, ini obrolan cewek." Bagas mendengus lalu pergi ke luar kelas.

"Kalian putus ya?" Keisha diam sejenak.

"Ya ... bisa dibilang begitu."

"Kenapa? Padahal dulu lo seneng banget jadian sama dia."

"Nin, jangan bahas dia dulu ya?" Nina meringis. "Oke, sorry."

Keisha dan Nina menoleh secara bersamaan ketika Bagas kembali ke arah mereka.

"Apaan?" tanya Nina sambil mengeluarkan bekalnya untuk dimasukkan ke kolong meja.

"Ada Kak Shawn di luar kelas." Nina menyenggol lengan Keisha.

"Apa?" Keisha merasa jantungnya berdebar lebih keras.

"Di luar ada Kak Shawn, katanya pengen ketemu sama elo Keisha. Keluar gih." Keisha merenung, apa ia akan bisa berhadapan dengan Shawn? Dengan menahan perasaannya yang tidak akan pernah hilang?

"Kok diem?"

"Bilang aja Keisha nggak mau," sahut Nina yang menyadari situasi.

"Gue keluar kelas sebentar." Nina menoleh ke arah sahabatnya itu dengan bingung. "Lo yakin."

Keisha menarik napasnya dalam-dalam. "Gue yakin."

∆∆∆

Cerita ini emang sengaja pendek-pendek sih, biar ringan dan simple

Gamers✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang