War 9 (kematian Yu, keselamatan klan Wolf)

1.3K 85 0
                                    

Author POV

  Waktu yang dibutuhkan Nura dan Akito saat ini semakin menipis. Kedua belah pihak sama-sama tidak mau menyerah. Nura berlari dengan sekuat tenaga dengan menghunuskan pedangnya. Pedang yang di selimuti dengan sihir api menyala membuat siapa saja yang terkena mengkin bisa mengalami luka parah. Yu yang melihat pedang itu semakin mendekat kemudian melompat ke atas untuk menghindari tebasan pedang Nura. Tapi sialnya saat dia berada di udara, Akito menendang punggung Yu, sehingga Yu terjatuh cukup keras.

"Kita sudah bisa melumpuhkanya, sekarang tunggu waktu yang tepat untuk mengalahkannya," Nura riang.

"Ternyata kau hebat juga untuk bisa memancingnya ke atas," 

"Hey kau pikir siapa aku?" 

  Jawaban Nura itu hanya direspon dengan senyuman tipis Akito. Mereka memang belum lama melakukan latihan sebagai patner, tapi kombinasi serangan yang telah dilakukan kepada Yu menurut mereka sudah cukup untuk melumpuhkannya. Tinggal tunggu waktu saja.

"Dari berbagai orang yang pernah aku lawan, aku akui kalian memang yang terkuat. Tapi..."

  Yu menghentikan kalimatnya sebentar lalu tersenyum pahit.

"Tapi aku tetap yang terkuat."

  Seketika angin yang sangat kencang menerpa wajah halus Nura. Tidak, angin ini bahkan menggores wajahnya. Akito mencoba mendekat untuk kearah Nura agar bisa melindunginya. Tapi tiba-tiba gravitasi ditempat itu berubah drastis. Tubuhnya yang semula tegak kini mulai terjatuh. Dengan sekuat tenaga Akito mencoba berdiri namun hasilnya sama saja. Semakin dia mencoba berdiri gaya gravitasi yang menariknya semakin kuat.

"Nu...ra apa kau baik..baik...saja?" teriak Akito mencoba menanyakan keadaan Nura yang saat ini terlihat tidak jauh beda denganya.

"I..ya te..nang saja."

"Bagaimana rasanya jatuh ke bawah...sakit bukan? hahaha." 

  Saat Nura mencoba untuk berdiri dengan pedangnya. Suara itu muncul di kepalanya. Suara yang sama sekali tidak ingin dia dengar. 

"Ayolah Nura bergabunglah bersamaku, aku akan memberikan kekuatan yang melebihi Yu. Dengan begitu kau akan mengalahkanya," 

"Kekuatan yang melebihi Yu?"

"Ya..ayo kemarilah ayo!"

  Akito yang melihat perubahan Nura merasa khawatir. Kao yang semula berwarna merah kini tercampur dengan warna hitam pekat. Hebatnya, Nura mulai bisa untuk berdiri. Yu yang merasakan kao yang keluar begitu besar dari Nura semakin senang. Entah apa yang membuatnya begitu senang? Akito yang mulai sadar bahwa Yu mengeluarkan senyuman yang mengancam berusaha untuk menghentikanya.

"Nura bangulah....Nura!"

  Akito sama sekali tidak pernah melihat bahwa kao Nura bisa mengeluarkan aura sekuat itu. Namun untuk saat ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Prioritas utamanya saat ini adalah melindungi patnernya. Yu kemudian menarik pedangnya pelan dan mengarahkannya kepada Nura. Akito yang melihat situasi itu tidak bisa tinggal diam. Kebingungan saat ini memenuhi kepalanya. 

"Nura bangun...hey Nura!!!"

"Apa yang harus aku lakukan?" batin Akito.

  Yu berusaha menusuk Nura lalu...

CRATT.....Darah segar mengalir dari perut Akito. Dengan rasa sakit yang amat sangat dia berusaha menahanya demi orang yang berarti baginya.

"Ba..ngun se...karang Nura!!" teriak Akito.

  Mata Nura kini sudah normal kembali. Pandangan yang kosong sudah lenyap. Tapi sebutir air perlahan keluar dari mata berlianya. Nura bahkan tidak mengerti mengapa dia menangis. Yang dia rasakan saat ini hanya perih di hatinya karena melihat darah mengalir perlahan setelah Yu mencabut pedangnya dari tubuh Akito. Baju bersihnya lama-kelamaan berubah menjadi merah. Saat dia melihat punggung patnernya dia semakin tidak bisa menahan tangisnya.

"Ke..napa kau me..nangis?" 

"Kemana Nura yang aku kenal?" ucap Akito lagi.

"Kenapa kau melindungikku?" 

"Tentu saja untuk menepati janjiku,"

"Janji?" batin Nura.

"Cih...disaat situasi seperti inikah kau menepati janjimu?"

"Iya....karena aku akan selalu melindungimu." ucap Akito membalikan badannya menghadap Nura.

   ketika Yu melihat Akito yang mulai membalikan badannya dia mencoba untuk menusuk Akito lagi. Yu mempercepat langkahnya dan...

CRAT...Dengan kecepatan yang luar biasa Akito berhasil menusuk Yu menggunakan pedang Nura. Yu yang menyadari kekalahannya hanya tersenyum bahagia. Dia seperti burung yang bebas dari sangkarnya. Sayap yang ada ditubuh Yu mulai menghilang. Badan yang tadinya tegak lama-kelamaan lenyap menjadi butiran pasir. 

"Aku kalah. Bagaimana bisa kalian menghentikan langkahku tadi?" ucap Yu santai.

"Kau ingat serangan yang kami berdua lancarkan tadi, itu bukan serangan untuk mengalahkanmu tapi melumpuhkanmu,"

"Apa saat kau menendangku tadi, kau menghentikan saraf gerakku sementara?"

"Iya benar, aku telah menghentikan saraf gerakmu untuk sementara saja, tapi.." jelas Akito.

"Ya aku tahu....aku memang terlalu cepat untuk mati. Tapi terima kasih." 

  Kalimat itulah kalimat terakhir yang diucapkan Yu sebelum menjadi debu. Akito dan Nura yang berada di sana hanya kebingungan menanggapi ucapan Yu yang diucapkan sambil tersenyum tulus itu. Akito yang merasakan kedua kakinya yang mulai melemah akhirnya pasrah dengan apa yang terjadi bahwa dirinya akan membentur tanah. Namun dengan cekatan Nura menahan tubunnya.

"Akito...Akito bangun!! Apa kau baik-baik saja? Akito!!"

  Teriakan Nura itu dia dengar sebelum benar-benar menutup matanya rapat.

-

-

-

-

-


Vote dan commend ya.....

Battle The World (completed)Where stories live. Discover now