Kanjō

1.2K 78 8
                                    

Akito POV

  Sudah sekitar 5 menit sejak kejadian itu. Kejadian yang sangat membingungkan. Bahkan sampai saat ini aku terus memikirkannya. Apa salahku padanya? Sampai-sampai dia berlari ketika aku melihatnya. Lamunanku dibuyarkan oleh kedatangan Ellen yang membawa 2 botol kecil susu. Setelah memberikan satu botol susu cokelat dia duduk di sebelahku.

"Ada apa sayang?" ucap Ellen tersenyum.

"Bisakah kau hentikan candaanmu itu? Aku sedang pusing!" keluh Akito.

"Hehehe iya..iya Akito-sama, Kau masih memikirkan Nura-san?"

"Ya, aku masih bingung kenapa dia terlihat marah padaku. Apa aku melakukan kesalahan yang besar kepadanya?" 

"Hemmm....entahlah."

   Ellen terlihat berfikir, entah apa yang dia pikirkan. Aku terus mengingat kembali kejadian itu. Yang aku ingat hanya makan apel bersama Ellen di taman, melihat bunga-bunga indah, dan latihan untuk mengungkapkan perasaanku kepada Nura. Ketika mengingat semua terjadi sekarang aku mengerti apa kesalahan terbesarku. Kesalahan yang bisa saja membuat Nura sangat membenciku.

"Aku tahu apa yang sudah aku lakukan?"

"Dia salah paham saat kita berlatih mengungkapkan perasaan," teriakku dan Ellen secara bersamaan.

"Iya mungkin karena itu dia marah padamu?" ucap Ellen memastikan.

"Aku harus bicara padanya,"

"Aku ikut denganmu Akito-sama, lagi pula ini juga salahku," ucap Ellen memohon.

"Ya dan jangan pangil aku Akito-sama."

  Kami berdua kemudian berlari mencari Nura. Ellen menyarankan mencari di halaman belakang tapi saat tiba di sana Nura tidak terlihat. Kami pun memutuskan untuk mencari ke taman obat karena aku tahu Nura adalah seorang penyihir medis namun hasilnya sama Nura juga tidak berada di tempat itu. Aku dan Ellen tidak putus asa begitu saja kami melanjutkan pencarian di sungai dekat istana tapi hasilnya sama. Aku yang melihat Ellen kelelahan akhirnya berhenti berlari.

"Apa kau lelah?" tanyaku.

"Tidak aku baik-baik saja, kita cari Nura-san lagi," ucapnya sambil mengatur nafas.

"Tapi kau le-" 

  Sebelum aku melanjutkan kata-kata Ellen sudah menarik tanganku dan berlari. Dia berlari menuju ke atap istana. Ellen berfikir satu-satunya tempat yang mungkin sepi dan Indah adalah di atap istana, karena di sana gunung Fuji terlihat sangat jelas.  Kami menaiki tangga dengan cepat. Saat kami sampai di sana terlihat seorang gadis sedang melihat ke arah gunung Fuji yang indah. Raut mukanya mulai terlihat ketika dia membalikkan badannya. Perlahan mata bulatnya mengeluarkan air mata saat melihat tanganku yang digenggam oleh Ellen. Sontak Ellen yang melihat itu melepaskan genggamanya.

"Nura-san kau-" ucap Ellen terpotong.

"Selamat untuk kalian berdua, kalian pasti ingin menikmati gunung Fuji kan? Baiklah aku ada urusan aku pergi dulu ya," ucap Nura tersenyum sambil melangkah pergi.

  Sebelum Nura melewatiku, aku menahan pergelangan tangganya. Senyuman yang dia berikan adalah senyuman yang sangat aku benci. Senyuman yang hadir bercampur kesedihan. Di hati perasaan bersalah menyelimuti. Padahal aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu membuatnya tersenyum, Tapi apa yang telahku lakukan sekarang, malah membuatnya menangis.

"Dengarkan aku! Kau salah paham," ucapku lirih.

"Jangan menangis kumohon jangan menangis."

  Ketika ingin membalikkan badannya agar bisa bertatap mata denganku, Nura menolaknya. Dia berjalan menjauh. 

"Kau menyuruhku berhenti menangis setelah apa yang kau lakukan padaku hah! Apa kau tahu aku mencarimu karena aku membutuhkanmu. Aku ingin bertambah kuat dan tidak berlindung di belakangmu terus menerus. Aku sangat merasa bersalah saat kau mengorbankan nyawamu hanya demi aku. Apa kau tahu kenapa aku ingin bertambah kuat? Alasanku ingin bertambah kuat adalah untuk melindungimu...hiks...hiks.. untuk menepati janji kita. Tapi....tapi semua usaha yang aku lakukan adalah sesuatu yang sia-sia, kau malah mengungkapkan perasaanmu kepada Elle-san .....hiks...hikss....hikss....Aku memang tidak mengerti tentang perasaanmu kepadaku....tapi apa pantas kau memepermainkan hatiku hah!!!!!!!" teriak Nura sambil menangis.

"Janji yang kau ucapkan selama ini adalah sebuah KEBOHONGAN Akito!!!" lanjutnya.

"Nura-san dengarkan dulu penejelasan kami." ucap Ellen.

  Aku yang melihat Ellen ingin menghampiri Nura kemudian menahanya. Baru kali ini aku  melihat Nura sesedih ini. Kesedihan yang sangat amat mendalam. Dengan tanpa ragu aku berjalan mendekati Nura.

"Maafkan aku,...aku...aku...Huh Nura Yamaki mau kah kau menjadi kekasihku," ucapku sambil memberikan kalung hati berwarna ungu.

Huh Nura Yamaki mau kah kau menjadi kekasihku," ucapku sambil memberikan kalung hati berwarna ungu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa mak..maksudnya ini semua?" tanya Nura.

"Nura-san kau hanya salah paham, Akito-kun memintaku menemani latihanya untuk mengungkapkan perasaannya padamu. Aku tidak bisa menolak karena Akito-kun adalah tuanku,"

"Ya yang dikatakan Ellen benar...maafkan aku Nura,"

"Tidak Akito aku yang seharusnya minta maaf. Akito, Ellen-san maafkan aku," ucap Nura menyesal.

"Ya Nura-san,"

"Jadi bagaimana tentang tawaranku?"

"Aku menerimamu menjadi kekasihku," ucap Nura sambil mengusap air matanya.

  Aku kemudian memasangkan kalung hati di lehernya. Senyuman yang benar-benar tulus dia berikan. Senyuman kebahagian ini adalah senyuman Nura yang asli. Kami kemudian menikmati indahnya gunung Fuji yang terlihat sangat indah dengan ditambah matahari mulai tenggelam.

-

-

-

-

-

Author updatenya lebih cepat karena takut enggak bisa update besok.

Ayo vote dan commend ya...

Battle The World (completed)Where stories live. Discover now