Wrong

1K 59 0
                                    

Nura POV

  Setelah pertandingan yang tidak berlangsung lama itu. Aku dan Akito menuju ke ruangan medis. Kami tidak terluka parah mungkin cuma goresan-goresan kecil. Tapi pihak Arena Battle The World memerintahkan setiap peserta yang bertarung untuk memeriksakan diri agar tidak terjadi hal yang buruk. Lorong demi lorong aku lewati. Kami lalu memasuki ruangan yang diperintahkan. Di sana terlihat bersih dengan bau obat di dalamnya. Kami di sambut dengan ramah oleh seorang wanita yang kemungkinan umurnya 30 tahunan dan seorang pria yang berumur sekitar 20 tahun. Mereka penyihir medis di sini, Akito lalu menaiki ranjang agar lebih mudah diperiksa oleh pria tersebut. Aku pun juga menaiki ranjang di sebelahnya agar lebih mempermudah pemeriksaan oleh wanita itu. Setelah beberapa menit, mereka berdua memberikan hasil pemeriksaan. Namun, setelah memeriksa kami pria itu pergi meninggalkan ruangan.

"Kalian berdua tidak mengalami hal yang serius. Hanya luka ringan biasa," ucap wanita tersebut.

"Terima Kasih atas perhatian kalian," ucapku.

"Ini sudah tugas kami."

  Tiba-tiba saja pria yang tadi memeriksa kami kembali dengan wajah khawatir.

"Nera-sama salah satu partner peserta nomer 8 semakin memburuk," ucap pria itu.

  Seketika tubuhku terdiam. Aku sudah tahu siapa yang pria itu maksud. Haruka, pasti Haruka. Nera-sama ingin melangkah pergi menuju ruangan Haruka. Tetapi, aku sempat menahannya.

"Tunggu! Bolehkah saya ikut. Saya juga penyihir medis,"

"Nura apa yang kau lakukan? Pertandingan Toshi dan Yuki sebentar lagi dimulai," protes Akito.

"Hanya sebentar saja, bolehkan?" ucapku dengan memasang wajah imut.

"Ya sudah, tapi aku juga ikut."

  Kami lalu mengikuti langkah Nera-sama dan pria itu. Kami menyusuri lorong panjang yang di ujungnya hanya ada 1 ruangan. Pintu kaca terpasang di sana. Bahkan kami bisa melihat seorang laki-laki yang memasang wajah sedih di sebelah ranjang Haruka. 3 penyihir medis terlihat sedang mengobatinya. Kami lalu memasuki ruangan itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" tanya Iciro.

  Pertanyaan itu tidak aku jawab. Aku hanya berkonsentrasi kepada keadaan Haruka saat ini.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Nera-sama.

"Luka bakar di lengan kanan dan kaki kanannya tidak terlalu parah, tetapi luka bakar di perutnya harus segera diobati," ucap salah satu penyihir medis.

"Baiklah, biar aku obati," ucap Nera-sama.

  Sebelum Nera-sama mengobati, aku langsung menahan tangannya.

"Maaf mungkin saya sedikit lancang, tapi saya ingin mencoba untuk mengobati Haruka,"

"Hei jangan mencoba untuk membakarnya lagi, lagi pula kau itu klan Yamaki jarang penyihir dari klan itu yang menjadi penyihir medis,"

"Hem kau bilang jarangkan bukan berarti tidak ada."

   Akito terlihat tidak senang bila aku mengobati Haruka. Sempat aku lihat bibirnya yang bergerak tanpa mengeluarkan suara. Dia seperti berbicara, ini bukan salahmu ini pertarungan. Itu kata-kata yang bisa aku mengerti dari bahasa isyaratnya. Aku mengerti semua itu, memang benar bukan sepenuhnya salahku. Tapi aku tetap akan mengobatinya.

"Aku akan mengobati luka bakar yang ada di perut, untuk luka bakar di lengan dan kaki. Kebetulan aku membawa salep,"

Penyihir medis yang ada di situ lalu mengganguk. Mereka yang mempercayakan Haruka kepadaku akhirnya, meninggalkan ruangan kecuali Nera-sama yang tetap berada di sini. Pertama-tama aku membersihkan tangan dengan antiseptik. Kedua aku oleskan salep ke lengan dan kaki kanannya dan diperban. Ketiga aku meletakkan tangan di atas luka bakar di perutnya dan mengalirkan kaoku. Haruka terlihat sedikit mengeliat karena sakit.

  Keringat mulai turun dari kepala. Sudah 7 menit aku mengobati luka di perutnya. Akito sempat khawatir dengan kondisiku. Apa lagi kami akan bertarung lagi tetapi, aku meyakinkanya dengan anggukan. Meskipun tempat duduk Akito dekat dengan Iciro tetapi, mereka sama sekali tidak memulai pembicaraan. Saat luka bakar Haruka mulai membaik, dia perlahan membuka mata.

"Apa sudah lebih baik?" ucapku tersenyum.

"Ya, kenapa kau mengobatiku? Jangan bilang kau merasa bersalah karena melukaiku. Ini bukan salahmu Nura dalam pertarungan hal seperti ini sering terjadi," ucap Haruka lemas.

"Hehehe...sudahlah jangan banyak bicara lukamu belum sembuh total."

  Aku lalu melepaskan kedua tanganku dan duduk di kursi sebelah ranjang. Aku menghela nafas panjang. Akito dan Iciro lalu mendekati.

"Apa kau sudah baik-baik saja?" tanya Iciro.

"Ya berkat Nura-san," dia tersenyum padaku.

"Apa kau lelah?" tanya Akito karena melihat wajahku.

"Sedikit,"

"Mau aku carikan minum agar tubuhmu lebih segar?" ucap Akito.

"Boleh,"

"Baiklah tunggu sebentar."

  Akito keluar dengan meninggalkanku bersama Iciro dan Haruka. Beruntung aku memiliki kekasih seperti dia.

"Apa kau mempunyai hubungan lebih dengan Akito?" tanya Haruka.

"Ah sudahlah, lebih baik kau beristirahat saja agar lebih baik,"

"Ya, terima kasih Nura-san, "

   Aku lalu keluar ruangan itu. Lebih baik menunggu di luar saja dari pada mendapat tatapan sinis dari Iciro. Dengan tubuh yang masih lelah aku duduk di kursi depan kamar Haruka. Ketika ingin memejamkan mata untuk meringankan tubuh, ada orang yang memanggilku.

"Nura,"

"Ya ada apa?" ucapku cuek sambil tetap memejamkan mata.

"Teri..ma ka... Sih," ucap Iciro terbata.

   Dengan mengintip sebentar aku hanya mengganguk.

"Memang ini salahku karena tidak bisa berkeja sama dengan Haruka,"

"Hem,"

"Kenapa kau mengobati Haruka?" ucap Iciro duduk di sebelahku.

"Karena aku mau,"

"Maaf aku benar-benar minta maaf," ucap Iciro sambil membungkukan badan.

  Aku lalu membuka mata. Meski kesal padanya, tapi dia tidak perlu melakukan semua ini.

"Apa yang kau lakukan, kenapa meminta maaf?"

"Maaf maaf maaf Nura,"

"Hei jangan begitu...Aku tidak tahu alasanmu meminta maaf tapi aku memaafkanmu,"

"Terima Kasih," ucap Iciro tersenyum.

  Dari lorong terlihat Akito berlari membawa 2 kaleng minuman. Dia memberikan 1 kaleng kepadaku.

"Mau?" tanya Akito kepada Iciro sambil menyodorkan minumannya.

"Tidak terima Kasih,"

Glek...Glek...Glek rasa haus mulai menghilang. Setelah Akito meminum minumannya dia kemudian meraih tanganku dan mengajak pergi.

"Ayo! kita sudah telat ke pertandingan Toshi dan Yuki,"

"Oh ya."

"Nura, Akito tunggu dulu, " ucap Iciro menghentikan langkah kami.

"Ada apa?" tanya Nura.

"Di Battle The World nanti kami akan mengalahkan kalian," ucap Iciro sambil mengepalkan tangannya dan dia arahkan kepadaku.

"Coba saja bila bisa. " ucapku sambil membalas kepalan tangannya.

  Setelah itu kami pergi menuju Arena Battle The World. Aku dan Akito menitipkan salam untuk Haruka kepada Iciro.
-
-
-
-
-
Vote dan Commend ya...

Battle The World (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang