Hurt

18.9K 1.8K 106
                                    

Part 2 : What happen?

Aku melangkahkan kakiku ke kamar nomor 409 yang letaknya cukup jauh dari kelas dan membawa beberapa barang yang hanya kuperlukan saja. Karena pakaian dan semua fasilitas lainnya sudah disiapkan oleh asrama termasuk makanan dan minuman. Aku membuka pintu coklat yang kokoh tak seperti asrama kebanyakan, lagipula satu kamar hanya ditempati oleh satu orang. Dan sekarang, aku melihat kamar yang luas ini. Semuanya tersedia. Kamar tidur, kulkas, kamar mandi, dan yah semua barang-barang tentunya. Seperti rumahku saja.

Aku mulai meletakan barang-barangku di tempatnya masing-masing tak lupa menaruh boneka yang diberikan ibu saat aku berumur lima tahun. Kubuka lemari, disana banyak sekali pakaian termasuk seragam akademi sehari-hari.

Mohon perhatian, semua murid dimohon untuk pergi ke aula pertemuan bagi murid baru pukul tujuh tiga puluh pagi. Dan diharapkan memakai seragam akademi

Suara dari pengeras suara begitu terdengar dari kamarku. Segera saja kuganti pakaianku dengan pakaian akademi dan berjalan kearah aula. Aku mengambil map yang memang disediakan untuk murid baru agar tak tersesat. Sambil melihat-lihat suasana asrama, aku melihat Nalu dengan jas birunya pertanda dia senior. Tunggu, dia senior? Bukankah saat aku tanya dia ingin bersekolah di akademi ? Bukan melanjutkan sekolah di akademi.

"Nalu!" Seruku membuatnya menoleh saat sedang berbicara dengan yang lainnya. Oh apakah aku lancang? Aduh tapi aku ingin sekali bertanya sudahlah biarkan.

"Nanti kita bicarakan lagi, aku ada urusan dengan gadis ini." Ucap Nalu kepada temannya yang memakai kacamata dengan rambut coklatnya yang berantakan, hanya saja dagunya berbeda atau bisa kukatakan dagu belah. Itu ciri khas. 

"Ah, dia pacarmu kah? Wah pangeran telah menemukan putrinya." Ledek lelaki itu yang kubilang dagu belah dan lelaki di sampingnya yang membawa kardus coklat ikut menoleh dan meledek Nalu.

"Sudahlah, pergi sana." Usir Nalu kejam, ternyata Nalu benar-benar lucu. Ia bisa malu juga jika diledeki seperti itu.

"Ada apa?" Tanyanya setelah selesai dari urusan itu dan juga setelah teman-temannya pergi tentunya.

"Kau senior? " Tanyaku singkat.

"Memangnya kenapa?" Dia membalas pertanyaanku dengan dingin kembali, oh ya ampun kenapa dia berubah-ubah seperti cuaca sih?

"Kenapa kau dingin lagi sih? Perasaan kemarin tidak." Ucapku dan dia hanya menatap datar seolah tak mengingat apa-apa kemarin.

"Kemarin? Memangnya kemarin aku kenapa?" Tanyanya memasang wajah yang benar-benar tidak tahu seperti ia adalah bayi yang baru lahir.

"Kau bersikap selalu sok romantis bahkan memanggilku sayang." Jelasku.

"Panggil apa?" Pintanya mengulang kembali perkataanku membuatku mendengus sebal padanya.

"Sayang."

"Iya sayang."

Eh? Jadi dia hanya berpura-pura tidak mengingatnya? Dasar bodoh, Nalu bodoh beraninya dia mempermainkanku begini.

"Bodoh, aku pikir kau benar-benar lupa." Gerutuku dan dia malah tertawa puas seperti orang yang menang lotre. Aku melihat wajahnya yang melunak saat ia mengelus rambutku.

"Memangnya kenapa? Kau ini lucu jadi aku suka meledekmu dan menggodamu seperti itu, lagipula wajahmu benar-benar mirip ibuku." Ucapnya dan membuatku mencubit pipinya kencang, seketika dia menghentikan tawanya dan berteriak.

"Hei! Sakit tahu!" Protesnya dan aku hanya terkekeh, entah kenapa aku merasa sangat dekat dengannya. Nalu Gravano, aku tak pernah mendengar nama itu sebelumnya bahkan aku sama sekali tidak mengetahui kalau Nalu itu pangeran saat pertama bertemu.

"Sudahlah, lihat sudah jam tujuh dua puluh lima pagi kau bisa telat, ayo kuantar dengan teleportasi saja." Ajaknya dan aku memastikan jam dinding besar yang terpampang indah di akademi. Banyak jam disini, katanya sih untuk menghindari telat. "Baiklah, tapi jangan melenceng ya."

"Bagaimana jika melenceng saja ke altar pernikahan denganmu?"

Tuh kan, dia mulai lagi.

"Nah kau duduk disini, harus di bangku yang bernomor satu." Ucap Nalu setelah sampai di aula, aku hanya mengangguk memang apa masalahnya duduk di nomor berapa? Sudahlah ikuti katanya saja.

-

"Kami mengizinkan semua siswa-siswi disini menggunakan elemen mereka untuk bertarung tapi masih dalam syarat dan ketentuan, siapapun yang melanggar akan terkena hukuman, sekian dan terimakasih." Pidato Miss Serena benar-benar jelas dan begitu banyak. Maksudku dia berpidato lebih dari dua puluh menit, apa mulutnya tidak lelah? Jujur aku kasihan padanya.

Seketika Miss Serena duduk lalu digantikan oleh Nalu yang berbicara, tentunya masih dengan jasnya yang pas sekali untuknya dan membuatnya tambah tampan. "Nah, semua murid baru akan dipandu oleh senior berdasarkan nomor di bangku masing-masing dan rombongan nomor satu akan dipandu olehku."

Hei, ternyata ada maksud tertentu dibalik angka ini, dasar licik sekali Nalu. Nalu tersenyum senang kearahku dan aku hanya membalasnya dengan tatapan datar dan malas.


[]

ACADEMY [END]Where stories live. Discover now