Elemen

16.8K 1.6K 39
                                    

Part 1 : Long time ago

Aku menahan napasku, baunya sangat menyengat. Ini seperti bau busuk dari mayat. Aku membuka mata, dan benar saja. Ruangan kecil dengan banyak manusia yang bersimpah darah. Di sudut ruangan, seorang anak kecil meringuk dan menangis sejadi-jadinya. Sebenarnya, dimana aku? Kenapa semua orang mati?

"Sudah kubilang! Jangan ajarkan elemen pada semua orang! Kau harus kuat sendirian sehingga tak ada yang bisa menandingimu hingga maut menjemput." Ucap seorang pria paruh baya yang baru saja masuk dan penuh keringat di dahinya. Anak kecil itu tak membalas, hanya terus meringkuk dan menangis lebih kencang.

"Hei?! Aku bicara padamu bodoh! Apa kau tidak dengar?!" Kali ini pria itu berteriak lebih kencang, raut wajahnya terlihat sangat menyeramkan. Sebenarnya siapa mereka? Kenapa aku bisa disini?

"Ayah, mereka juga butuh kekuatanku, aku akan membaginya ayah, ini bukan kekuatanku, aku hanya diberikan kelebihan ini, ayah kumohon.. Jangan bunuh ibu..." Dia menangis sesenggukan dan berlutut di kaki pria yang dipanggil ayah olehnya. Namun, di mata pria paruh baya itu, tak ada rasa iba sama sekali meskipun dia anaknya.

"Aku tidak peduli! Siapapun yang memiliki elemen selain aku dan kau, harus dibunuh!" Dia menendang anaknya dengan keras membuatnya tersungkur. "Dan aku akan membuat kerajaan baru agar aku bisa hidup lebih lama."

"Ayah tidak! Hidup dan mati sudah ditentukan oleh yang Maha Kuasa ayah, kumohon sadarlah!" Ucap anak itu kembali berlutut dan memegang kaki ayahnya berharap ada belas kasihan yang membantu dirinya.

"Kau orang bodoh! Elemenmu sudah menyebar menjadi beberapa bagian, itu elemenmu, dan kau membiarkan mereka mengambilnya!" Ucap ayahnya dan berjongkok lalu menjambak rambut anak perempuan yang panjang itu, warna rambutnya, sama denganku. Sama persis.

"Apa kau harus mati saja biar kau tidak memiliki keturunan dan tak ada lagi yang mewarisi kekuatanmu itu? Kau tahu, elemen api, air, angin, tanah, petir, dan teleportasi adalah kekuatanmu yang sebelumnya menjadi satu, lalu kau menyebarnya ke orang-orang?!" Ayahnya meninggalkannya yang menangis dengan teriakan-teriakan yang sungguh terlihat menyakitkan.

Seakan menembus ruang dan waktu, aku tiba di sebuah tempat. Ini tempat pernikahan, sepertinya itu adalah anak perempuan tadi yang telah menjadi seorang perempuan dewasa, sangat cantik dan menawan. Dia menikah dengan seorang lelaki yang begitu tampan dengan iris mata yang sama denganku.

Lagi, aku menembus ruang dan waktu. Perempuan itu berlari membawa seorang bayi yang begitu lucu. Dia mengetuk pintu rumah yang berwarna coklat. Dan itu mengejutkan, pintu yang diketuk itu adalah pintu rumahku.

Loh itu ayahku?

"Ada apa nona? Kenapa malam-malam begini mengetuk pintu." Ucap ayahku lalu ibuku tiba-tiba ada di belakang ayah dan melihat perempuan yang menggendong bayi itu.

"Kumohon rawatlah dia, dia mempunyai kekuatan besar dalam tubuhnya yang diincar oleh ayahku, umurnya satu tahun, aku tak bisa merawatnya karena itu sangat berbahaya, dan sembilan tahun lagi aku akan menyebarkan kekuatanku lewat mesin canggih dan membuat cerita palsu soal elemen-elemen." Ayah dan ibuku nampak bingung dengan ucapannya.

"Dan disaat elemen itu sudah tersebar, dia masih berumur sepuluh tahun, dia agak beda dari anak-anak lainnya, dia mungkin akan terlihat tak punya elemen, tapi saat usianya sudah cukup, elemennya akan terlihat." Dia memberikan bayi dalam gendongannya ke gendongan ayahku.

"Kau mengerti 'kan? Disaat umurnya sepuluh tahun, aku akan menyebar elemen-elemen dalam tubuhku, dan kuharap jaga dia dengan baik." Perempuan itu berbalik, hendak pergi tapi dia menoleh pelan.

"Oh iya, namakan dia Anna ya, kau boleh memberi nama belakangnya."

-

Deg!

Ini tidak mungkin, semua yang kuketahui tentang elemen adalah cerita palsu. Maksudku, semua orang di dunia tahu bahwa elemen adalah hasi percobaan yang ditemukan, dan mereka bilang mereka akan mengembangkannya lebih banyak! Namun, aku tidak boleh cepat memutuskannya. Siapa tahu itu hanya mimpi. Ya. Siapa tahu.

"Anna." Suara lembut itu menyadarkanku dan aku melihat dua pangeran ini yang sedang duduk di bangku di samping ranjang ini. Dan aku baru sadar, kalau aku berada di uks. "Kenapa aku bisa disini?" tanyaku.

"Kau mengeluarkan sulur-sulur tanaman itu untuk menghentikan kami, dan itu tidak termasuk dari salah satu elemen yang ada bukan? Sebenarnya siapa kau." Pangeran louis menjawab dan kulihat Nalu memalingkan wajahnya karena ucapannya keduluan oleh Pangeran Louis. Aku terkekeh kecil, melihat mereka berdua yang seperti anak-anak. Bahkan duduknya saja sangat berjauhan.

"Kenapa tertawa?" Tanya Nalu dan aku malah semakin tertawa.

"Habisnya kalian berdua ini lucu, oh ya dan pangeran Louis, menurutmu siapa aku?" Tanyaku dan dia hanya menggeleng.

"Cih begitu saja tidak tahu, Pangeran Oxel yang bodoh, tentu saja dia Anna."

Dan kami berdua malahan tertawa karena ucapan Nalu. Dia memang begitu lucu. Aku tak menyangka bisa mengenalnya. Dia begitu dingin saat kita pertama kali bertemu. Namun, ternyata dia tak sedingin itu. Dia hangat, jika dilihat dari sisi yang berbeda.

"Aku ini adalah....















Seorang manusia."

Heheh, aku menang. Dan mereka hanya terdiam karena ucapanku, memangnya mereka pikir aku serius? Lagipula, aku masih tak tahu siapa aku sebenarnya.


[]

ACADEMY [END]Where stories live. Discover now