Sword

14.6K 1.3K 37
                                    

Part 1 : Anna, Nalu, and Louis.

Trang!
Suara pedang beradu begitu membuatku berkeringat kelelahan. Aku baru latihan beberapa menit tapi keringatku sudah bercucuran seperti ini. Aku kalah lagi.Pangeran Louis bisa mengalahkanku dengan begitu cepat dan mahir.

"Istirahatlah dulu." Ucapnya membuatku segera duduk dan bersandar di dinding kokoh itu. Aku menghela napasku, akhir-akhir ini aku sering bermimpi yang sepertinya adalah masa laluku, tapi mengapa aku melupakannya ya? Apa aku pernah terbentur dan hilang ingatan? Atau itu hanya mimpi khayalan?

"Memikirkan sesuatu?" Pemuda itu datang dengan dua botol minuman di tangannya. Ia menyodorkan satu padaku. Segera saja aku mengambilnya dan meminumnya dengan cepat. Aku begitu haus.

"Terima kasih minumannya, aku hanya sedikit bingung akhir-akhir ini."  Ucapku dan pangeran mengeryit meminta penjelasan. Aku tersenyum dan menutup botol minumannya. "Aku selalu bermimpi tentang masa lalu yang anehnya aku tidak merasa pernah mengalaminya, ah ya pangeran apa kau tahu tentang kerajaan Dert? Bisa ceritakan sedikit?" Pintaku, ia mengangguk dan tersenyum, mengusap puncak kepalaku. Dia senang sekali seperti itu, mengelus puncak kepalaku dengan tangannya.

"Nalu itu pangeran negeri Dert, dan ayahnya adalah Raja Dert yang sangat gagah, tapi ibunya adalah ratu negeri Wyls, dan kudengar, kakek dan ayah Nalu itu sangat jahat bahkan ibu Nalu pun terjebak dalam pernikahan olehnya, hanya karena ia menginginkan perluasan wilayah." Ucap Pangeran Louis panjang lebar, ternyata semua yang Nalu katakan adalah bohong. Kenapa dia berbohong? Dan kenapa aku tak mengingat semua tentangnya jika aku pernah mengenalnya?

"Saat itu negeri Wyls diserang dan jalan yang terbaik adalah berdamai dan memberikan sebagian wilayah mereka dan juga, ibu Nalu sebagai gantinya." Jelasnya, aku menjadi teringat ucapan Nalu di pemakaman saat itu. Ia berkata itu adalah ibu kandungnya, yang dimakamkan di pemakaman Oxel.

Jdarr!

Petir menyambar dan mungkin ini ulah Pangeran Louis yang menggunakan kekuatannya. Dia begitu kuat, dia itu keturunan asli elemen petir atau bisa kubilang dia dari kasta kerajaan. "Ini ulahmu?"

Dia menggeleng. Lalu ulah siapa?

••

"Baik anak-anak buka halaman 20 tentang ramuan dan obat, baca dahulu dan ibu akan jelaskan dengan detail." Aku membuka buku dan membacanya sesuai dengan yang diperintahkan. Banyak sekali ramuan-ramuan sederhana yang manfaatnya luar biasa. Aku pikir, aku bisa mencoba menjadi anggota UKS. Apa aku mendaftar saja ya? Lagipula ini tak menghabiskan banyak waktu, hanya dua jam setelah itu berganti shift dengan yang lain. Ah, setelah kelas usai aku akan mendaftar dan lagipula aku akan mengganti jadwal berpedangku dengan pangeran nanti. Aku begitu menyukai hal-hal berbau medis, rasanya seperti menyelamatkan seseorang saja.

"Oke sekarang ibu akan menjelaskannya tanpa ada pengulangan, jadi dengarkan baik baik!"

"Baik bu"

••

Suasana ruang UKS kali ini begitu sepi hanya ada ketua  yang sepertinya hari ini ada jadwal berjaga. "Permisi."

"Ada apa?" Dia tersenyum, usianya mungkin dua tahun di atasku. Wajahnya sangat cantik dan anggun saat sedang tersenyum.

"Aku ingin mendaftar sebagai anggota UKS, Kak." Jawabku, wajahnya nampak berbinar. Apakah jarang ada yang ingin menjadi anggota UKS? Bukankah itu menyenangkan.

"Ah kalau begitu besok kau bisa mulai berjaga ya jam satu siang, aku akan mengurusnya setelah ini, tak kusangka masih ada yang berminat selain kelas 2." Ucapnya dan tersenyum kearahku lalu memberikanku seragam yang warnanya sama dengannya. Ini seragam UKS. Dia juga memberikanku sebuah buku dan pena kecil yang begitu lucu.

"Untuk mengisi data-data siswa yang datang, kuharap kau bisa bekerja dengan baik, oh ya, ada bayarannya meskipun tak seberapa dan nanti kau akan di tes dulu, ayo ikut aku." Ucapannya membuatku sedikit senang, dan mungkin aku bisa sedikit menabung mulai sekarang. Dan aku juga berpikir, hampir seluruh siswa disini berasal dari kasta bangsawan dan kerajaan, pantas saja tak ada yang mau berjaga seperti ini.

Setelah selesai, aku menemui pangeran untuk memberitahu semuanya. Aku sangat senang akan hal ini. "Pangeran Louis!"

Ia menoleh, melihatku yang berlari ke arahnya. "Ada apa? Hei jangan panggil dengan pangeran, Louis saja ini perintah."

Aku mengangguk kikuk. "Coba tebak aku membawa berita apa?"

Dia terlihat berpikir. "Kau dapat nilai seratus?"

"Salah."

"Kau menang kuis dadakan?"

"Salah."

"Lalu apa?"

"Aku jadi anggota UKS sekarang." Ucapku tersenyum senang dan dia hanya tertawa karena tingkahku. Dia mengelus kepalaku dan tersenyum hangat, senyumannya seperti seorang ayah saja.

"Ah baguslah, kau bisa mengobati orang mulai sekarang." Dia tiba-tiba memelukku, membuatku terkejut seketika. Aku mencoba melepaskan pelukannya tapi dia sama sekali tak memberiku kesempatan untuk lolos. "Biarkan aku memelukmu seperti ini sebentar, rasanya sangat nyaman."

Aku hanya mengangguk dan terdiam.

••


Hari ini aku mulai berjaga setelah aku ada kelas tadi. Dan kelas tadi sangat menjengkelkan, tiba-tiba saja kelas elemen mengadakan ujian praktek, untunglah aku sudah mengetahui elemenku tepat pada waktunya.

Aku duduk di bangku petugas jaga UKS dengan seragam ini dan sesekali membaca buku karena bosan. Aku terlalu bersemangat tanpa memikirkan kalau resikonya aku akan bosan. Ah ya, akhir-akhir ini aku tak melihat Nalu. Aku yakin dia pasti dihukum sama seperti pangeran, tapi kemana dia? Padahal aku ingin memarahinya karena berbohong padaku. Dan juga memberitahuku tentang hubunganku dengannya semasa kecil. Aku rasa kita teman dekat dulu.

Ceklek!

Pintu dibuka dan segera saja kututup bukuku yang sebenarnya aku sedang melamun tanpa memperhatikan tulisan di buku itu. Kulihat Nalu dengan tatapan matanya yang berbeda. Dan inilah orangnya yang kucari.

"Nalu apa kita-" Ucapanku terhenti saat dia tiba-tiba mendorong tubuhku hingga punggungku membentur dinding. Rasanya punggungku begitu sakit.

"Nalu kau kenap-"

"Kenapa? Aku benci melihatmu berdua terus dengannya! Aku mencarimu selama ini saat kau tak pernah datang ke padang bunga lagi, dan saat aku bertemu denganmu, kau malah tak mengenalku!" Teriakan Nalu sukses membuatku melongo sebenarnya, kapan pertama kali kita bertemu? Yang pasti bukan saat di pemakaman itu. Nalu dan aku saling mengenal dulu, tapi kenapa aku tak mengingatnya sama sekali?

"Nalu aku-" Ucapanku terhenti saat wajah Nalu terlihat benar-benar menyeramkan dari dekat begini. "Tidak bisakah kau hanya melihatku?! Tidak bisa?!"

"Apa aku harus menjadikanmu milikku seutuhnya ya?"

Brak!

Pintu terbuka, membuatku menoleh melihat siapa yang datang.


[]

ACADEMY [END]Where stories live. Discover now