modus (1)

11.2K 1.5K 47
                                    

Haechan berjalan menyusuri koridor setelah sebelumnya ia menyelesaikan masalahnya di wc. Pipis maksudnya ehe.

Langkahnya terhenti ketika melihat Jennie membawa tumpukan buku cetak sejarah yang hampir menutupi wajahnya.

Haechan tersenyum miring. kesempatan, batinnya.

"Ehh, Miss. Jennie, sini biar saya bantu," ucapnya berbasa basi.

"Oh, Haechan? Makasih ya," ucap Jennie sembari tersenyum.

"Iya gapapa, ini dibawa kemana Miss?"

"Ke Perpus ya,"

"Siap grak!"

Jennie tertawa kecil dan Haechan bersorak dalam hati.

Manisnyaa,

Sesampainya di Perpus Haechan menaruh buku buku itu didekat tumpukan buku buku cetak yang memang disediakan untuk murid murid.

"Makasih ya Haechan," ucap Jennie, Haechan tersenyum "iya miss, sama sama"

"Eh tapi rasanya kita pernah ketemu deh," kata Jennie sedetik kemudian.
Mata Haechan berbinar, widih inget dia.

"Iya miss?"

"Kamu yang di indomaret itukan? Yang beli pembalut?"

Haechan tertawa malu dan menurunkan pandangannya.
"Hehe, iya,"

"Yaampun pantes kayak pernah liat. Ternyata kamu toh,"

"Hehe, saya aja gak nyangka ternyata miss malah jadi guru saya,"

"Dunia sempit emang ya,"

"Yah, begitulah,"

"Eh tapi kamu waktu itu beliin untuk siapa? Pacar kamu ya?"

Haechan segera mengelak pernyataan tersebut "oh bukan miss, itu buat teteh saya. Saya mah gapunya pacar, mau belajar dulu,"

Jennie tertawa kecil "duh rajin banget sih, betul juga. Kamu sebaiknya belajar daripada pacaran."

Halah Haechan mah sok sok an aja bilang belajar, disuruh emaknya belajar aja langsung pura pura molor.

"Permisi Miss Jennie," Haechan maupun Jennie pun menoleh, dan mendapati Jeno sedang memandang kearah mereka berdua.

"Oh Jeno? Ada apa ya?"

"Ini, saya mau nanya  tugas tentang kerajaan Buleleng kemarin,"

"Oh, ayo sini," Jennie berjalan duluan kearah salah satu meja kosong yang berada di perpus.

Jeno berjalan melewati Haechan dengan lidah yang menjulur.

Haechan udah monyong monyong sambil ngumpat dalem ati

Awas aja lo sendok nyam nyam.

*

Jeno diam memandang Jennie yang sibuk mengoreksi pekerjaannya.

Tanpa sadar Jeno tersenyum,
Cantiknya ganahan, batinnya.

"Hm, ini betul kok,"

"Ini juga,"

"Nah, ini yang salah, pendiri buleleng bukan Ken Arok, tapi Gusti Ngurak Panji Sakti," Jennie menengok dan melihat Jeno yang udah melamun sambil nyengir nyengir.

"Jeno?" Jennie mengibaskan tangannya didepan wajah Jeno, karena sedari tadi ia mengabaikannya.

"Lee Jeno?" Panggil Jennie sekali lagi.

Jeno tiba tiba tersadar, rasanya nyawanya baru aja balik kebadannya.
"Ha? Iya? Apa?"

Jennie tertawa kecil, "kebanyakan melamun nih makanya salah jawabnya,"

Jeno tertawa kecil. "Miss Jennie cantik sih,"

Eak, keceplosan.

Mata Jennie membulat, ia masih terlihat tenang antara pura pura gak denger atau memang dengernya samar samar
"hm? Kenapa Jeno?"

Jeno langsung ketawa ketawa gak jelas,
Moga aja dia gak nyadar. Batinnya.

"Hahaha, gapapa miss. Bini nya Ken Arok cantik banget si Ken Dedes,"

Jennie hanya tertawa garing dalam kebingungan.


***

Hallo hallo, aku back ini ehe. UTS nya udah selesai dong. Oke i know ini garing, kelamaan gak nulis jadi kena WB)):

puber  +nct dream ✔Where stories live. Discover now