Asmanya kambuh?

9.9K 1.3K 124
                                    

Di cuaca terik gini Pak Jiyong nekat suruh anak anak olahraga dilapangan.

Terus pemanasannya ekstrim lagi, lari lapangan, split, Kaki dilebarin terus nyium lutut kanan, kiri baru lantai.

Udah macem tentara yang mau latian senam lantai.

Baru pemanasan anak anak sudah ngos ngosan. Bedak cewek cewek pada luntur termasuk bedaknya Haechan.

"Chan muka lo abu abu," kata Chenle dengan wajah meringis karena terlalu capek mengelilingi lapangan sekaligus ngeliat muka Haechan.

"Hah? Abu abu?" Haechan segera memegang kedua pipinya. Jeno ama Jisung pun ikut menghampiri dan menghujat Haechan bersama

"Ih habis lo pegang jadi belang gitu abu abu campur coklat." Sahut Jeno.

"Ih iya, lo kasih abu gosok ya muka lo?" Kata Jisung.

Haechan mengeluarkan sumpah serapahnya "bangsay, ini kaleng rombeng dari kemaren bikin gua emosi mulu. Lama lama gua kena tekanan ini,"

"Oh pantes mukanya tua," kata Jisung.

Haechan menggeram "OI JISUNG!" Dan langsung berlari mengejar Jisung yang udah ngacir duluan sambil nyengir.

Renjun menatap keduanya dengan nafas ngos ngosan.

"Ih kalian nyawanya berapa sih kok kuat lari lari masih," katanya meringis, matanya menyipit karena silaunya sinar matahari.

Renjun pun memilih untuk duduk dipinggir lapangan yang terlindung karena pohon besar. Membuat suasana lebih adem.

"Jun, lo gapapa? Muka lo merah. Minum gih," Mark yang duduk disebelahnya menyodorkan sebotol aqua yang sudah setengah dingin.

Renjun sudah ngerasa setengah mati dan langsung ngabisin minumnya Mark.

Bodoamat dia marah marah.
"Ih Renjun kok diabisin, kan buat persediaan gua," Mark melengkungkan bibirnya kebawahㅡsedih.

"Maaf ya Mark,  gua haus banget dah. Ntar gua ganti,"

"Eh tapi lo beneran gapapa kan?"
Mark mulai was was pas denger Suara nafas Renjun yang berat.

Cowok itu makin keliatan lemah tapi berusaha memaksakan dirinya "gua gapapa kok,"

"Uks aja yok?" Ajak Mark. Renjun menggeleng. "Disini aja"

Lama kelaman nafas itu makin berat.
Saat itu Mark menyadari kalo Asmanya Renjun kumat.

"Hahh... hahh.. mark.. di tas gua hahh..." Kata Renjun terengah engah.

"S...sabar Jun gua ambilin bentar ya? Duh," Mark segera berdiri dan berlari kearah tribun di sebelah kanan yang terhampar tumpukan tas.

Mark membongkar tumpukab tas itu dan mencari tas Renjun dengan merk Jansport berwarna biru.

Ketemu.
Dia langsung ngeluarin alat yang biasa dihirup Renjun kalo lagi kumat. Mark langsung lari dengan paniknya menuju Renjun kembali.

"Ini, hirup cepet hirup," Mark menempelkan alat itu ke hidung Renjun dan menyemprotkannya sebanyak dua kali.

"Eh renjun kenapa?!" Yerin tiba tiba datang, mata kecilnya membulat melihat Renjun yang sudah terkulai lemas.

"Asmanya kambuh," jelas mark.

"Yer, tolong bilangin Pak Jiyong kita ijin, mau anterin Renjun ke UKS,"

Yerin mengangguk dengan raut serius dan langsung berlari menuju Pak Jiyong yang lagi ditengah lapangan.

"Duh Renjun," Mark berusaha untung mengangkat kedua tangan Renjun ke bahunya, ia membopong Renjun di punggungnya dan segera berlari meninggalkan lokasi lapangan.

Terlihat beberapa temannya begitu heran melihat kedua nya dan memilih untuk menyusul.

Mark melewati koridor yang sepi menuju UKS.

Dan diperjalanan dia ketemu Jennie "loh Mark, Renjun kenapa?"

"Asmanya kambuh miss!" Jelas Mark terburu masih berlari.

"Duh, ayo cepetin bawa," Jennie jadi ikut berlari memegangi punggung Renjun yang terlihat lemah.


"Sini tidurin sini," Jennie menyingkap Selimut UKS dan membiarkan Mark merebahkan tubuh Renjun.
Jennie dengan sigap langsung menyelimuti tubuh Renjum yang sudah terlelap.

"Dia gapapa kan?" Tanya Jennie khawatir.

"Gapapa miss, dia kecapean aja. Memang suka gitu."

*

Renjun membuka matanya perlahan. Suasana nya begitu berbeda dengan terakhir kali ia lihat.

Dia bukan dilapangan lagi, langit diatasnya putih. Ia mencium bau obat merah campur sup gitu.

"Ngg," Renjun mengerang kecil.

"Jun, udah bangun?" Renjun menoleh kesamping dan mendapati bidadarinya--Jennie duduk disebelahnya dengan sebuah nampan di pangkuannya.

"Miss Jennie?" Jennie tersenyum khawatir.

"Udah gapapa?" Tanyanya.
Renjun mengangguk lemah.

"Makan dulu ya? Tadi ada sup dibeliin ama mark."

"Iya miss, mana sini," Renjun membuka tangannya hendak mengambil mangkuk putih itu.

Jennie pun menggeleng "gausah, miss aja yang suapin,"

"Ayo Aa," Jennie menyendokkan sup itu kearah mulut Renjun yang menerimanya malu malu.

Pipinya memerah, hatinya lagi konser pop dut. Tapi kudu jaga image ganteng dong.

"Makanya kalo gak kuat olahraga di panas panas itu bilang pak Jiyong. Pasti boleh izin kok," kata Jennie.

"Iya miss, nanti lain kali saya izin aja kalo olahraganya terlalu berat," katanya.

"Renjun juga jarang olahraga sih, kebanyakan belajar nih," ledek Jennie.

Renjun tertawa kecil "loh saya kan olahraga otak miss,"

Jennie tertawa "iya iya, makan dulu,"

Renjun celingak celinguk nyari sesuatu "Mark mana miss?"

"Beli minum,"

Renjun mengangguk mengerti.

"Emm, Renjun. miss mau pamit dulu ya? Miss ada kelas habis ini. Bisa makan sendiri kan?" Ucap miss Jennie lembut dan Renjun mengangguk mengambil sup itu.

Jennie pun meninggalkan Uks itu dan mulai berjalan pergi.


"Miss? " Jennie menoleh ketika ia baru saja menutup pintu UKS.

"Eh mark,"

"Renjun... udah bangun?"

Jennie mengangguk "dia nyariin kamu tuh,"

Mark tersenyum. "Makasih ya miss mau jagain Renjun sebentar tadi,"

"Iya gapapa kok," jawab Jennie lembut.

"Makasih juga ya mark. Tadi udah lari lari gendong Renjun,"

Mark nyengir sambil garuk tengkuknya "ah bukan apa apa, namanya juga ketua kelas,"

"Hehe lanjutin ya ketua kelas," Jennie mengusap rambut mark sekilas dan lanjut berjalan.

Mark membatu, pas Jennie udah benar benar pergi dia baru langsung jingkrak jingkrak macam orang gila.

Anjooy, gua dinotis akhirnya. E gila rejeki anak sholeh.  bangsay gua seneng banget. Aaa pala gua, gua gamau keramas setahun.



Mark tolong sadar ehe itu Renjun urusin dulu.

puber  +nct dream ✔Where stories live. Discover now