Prolog: Karenina & Alan

229K 9.8K 80
                                    


Nana

"Novel-novel itu enggak bakalan bikin lo bahagia, Na. Film romantis cuma bakalan bikin lo makin horni. There's only one thing to do, you have to get laid."

"Lo tinggal jentikin jari juga cowok-cowok bakalan ngedeketin lo. Tapi lo malah antipati duluan. Stop being frigid bitch, you fool!"

Itu omongan Dito dan Andari, dua orang sahabatku, minggu lalu, ketika kami merayakan ulang tahunku yang ke-30. The big three yang mulai mengikutiku membuat komentar mereka makin lama makin pedas, seolah-olah mereka sudah lama menyimpannya dan sekarang akhirnya punya kesempatan buat mencurahkan uneg-uneg itu.

Seperti biasa, aku cuma diam.

"Enggak perlu jatuh cinta, Na. Enggak perlu dipaksain kalau emang lo enggak mau. At least you have someone to warm your bed."

"Agree. The hot one, okay?"

Sekarang, berada ribuan kilometer jauhnya dari mereka, ucapan tersebut terus menghantuiku.

Sambil berdiri di balkon hotel dengan secangkir cokelat hangat dan menatap butiran salju yang berjatuhan dari langit, aku memikirkan tiga puluh tahun kehidupanku. Tiga puluh, dan kisah percintaan yang minim. Bukannya karena enggak ada yang mau denganku, seperti kata Dito, ada banyak cowok yang mendekatiku. Masalahnya ada padaku. Aku langsung menutup hati begitu mereka mendekatiku.

Aku tidak siap untuk jatuh cinta dan terikat karena cinta hanya membuat perempuan jadi lemah. Seperti ibuku yang depresi dan berakhir di rumah sakit jiwa karena perlakuan kasar ayah. Atau tanteku yang memutuskan untuk bunuh diri karena suaminya yang selalu selingkuh. Tidak, aku tidak akan berakhir seperti mereka.

Aku Nana, yang sukses dengan pekerjaanku, dan aku tidak membutuhkan cowok. Siapapun.

Aku tidak akan pernah jatuh cinta, itu janjiku pada diriku sendiri, setiap kali aku berulang tahun.


Alan

"Morning call for Mr. Alan."

Aku hanya mendengung menanggapi panggilan si resepsionis di telepon, lalu menggeliat sambil meregangkan otot-ototku yang terasa sakit. Dari ujung mata aku bisa melihat seorang cewek berambut blonde tengah terlelap di sampingku. I don't know who she is, tapi yang pasti permainan semalam membuatku cukup puas.

Setidaknya untuk sementara.

Setelah telepon si resepsionis ditutup, kali ini ponselku yang berdering. Dari sopir yang ditugaskan oleh maskapai penerbangan tempatku bekerja untuk menjemputku dari hotel dan mengantarkanku ke bandara. Dia sudah siap di lobi, padahal seharusnya dia datang setengah jam lagi. Tapi setidaknya sopir itu membuatku punya alasan untuk segera angkat kaki dari sini, untung-untung sebelum si blonde bangun, dan menghindarkanku dari rajukannya yang bikin pusing.

Having one night stand is great. Tapi masalah setelahnya yang bikin pusing, karena cewek-cewek itu sepertinya enggak mengenal istilah one night stand. Mereka hanya tahu istilah komitmen. Persetan dengan komitmen, karena itu sesuatu yang tidak akan pernah kuberikan. Aku pernah memberikannya sekali, dulu, tapi dikhianati begitu saja karena dia terlalu lemah untuk menungguku.

Aku menatap seragam yang selalu kupakai. Tidak pernah sekalipun terpikir kalau hidupku akan sama seperti pesawat. Selalu terbang ke sana ke mari, dan hanya sesekali mampir. Empat puluh lima menit waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muatan di setiap bandara, sebelum akhirnya kembali terbang. Well, aku mungkin butuh waktu sehari dua hari untuk berdiam di suatu tempat sebelum akhirnya kembali terbang.

Terbang sudah menjadi bagian dari hidupku. Terlebih sejak delapan tahun lalu, ketika aku berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak pernah menetap lama di suatu tempat. Dari semua tempat yang pernah kusinggahi, aku tidak menyangka kalau Jakarta akan menjadi tempat paling berat untuk kukunjungi.

Namun kali ini, aku harus kembali ke sana.

Sekali lagi aku menatap si blonde yang masih tertidur pulas. Tidak ada ucapan selamat tinggal. Tidak ada ciuman selamat jalan. Karena setelah ini, aku tidak akan bertemu dia lagi.

Kututup pintu kamar hotel di belakangku. I'm ready to fly.

6 )Q}

(COMPLETE) Autopilot RomanceWhere stories live. Discover now