chapter 7

115 14 3
                                    


"makasih yah udah anter gue pulang" dhea tersenyum kepada revan yang telah mengantarnya sampai ke rumah

"iyah, jangan galau terus" revan mengacak-acak rambut dhea dan menepuk bahunya singkat "gue pulang yah, jangan nangis terus. Kalo ada apa-apa atau butuh sesuatu kabarin gue aja"

dhea hanya menganggukan kepalanya pelan, matanya masih sembab dan mukanya amat terlihat lesu

"kalo pengen makan, kabarin gue. Pengen jalan-jalan malem, kabarin gue. butuh sandaran-" revan tidak melanjutkan kata terakhirnya itu

"kabarin lo gitu? biar lo dateng terus jadi sandaran buat gue" tebak dhea sambil tersenyum kecil

"yeh geer, itu tembok banyak nyender aje disitu"

"ah tau ah garing, bikin bete"

"jangan bete mulu dong. nanti satpam depan yang hiburin nih, mau? "

"ih ngeledek terus, udah sono pulang"

"ngusir nih ceritanya?" revan melirik sekilas ke arah dhea

"ih gak ngusir maksudnya tadi kan udah pamit mau pulang gitu, sumpah gak ngu-"

"soalnya gue semakin lo usir. semakin gue betah disini" revan tertawa kecil dan menyalakan motornya "ini pamit nya serius, gue pulang yah. Sana masuk"

dhea menganggukan kepalanya dan jalan ke dalam rumahnya.

* * *

setelah ia memasuki rumahnya, lagi-lagi dhea menangis, air matanya turun tanpa ia perintah

"non dhea kenapa?" tanya bibi, bi enah adalah pembantu dhea yang sudah 20 tahun bekerja dirumahnya, ia membersihkan rumah sekaligus merawat bang billy dan dhea sewaktu kecil dulu jadi wajar kedua anak itu menganggap bi enah adalah pengganti ibu mereka dan begitu sebaliknya

dhea segera memeluk badan bi enah, dhea terus menangis tanpa bercerita sedikit pun

"non bisa cerita sama bibi, gak boleh non nangis kaya gini. Non kenapa?" bi enah mulai panik dengan anak majikannya yang sudah ia anggap anaknya sendiri ini

"dhea salah apa sih bi sampe dava kaya gitu" dhea menangis dan tak bisa terus melanjutkan ceritanya

"dava ngapain lo?" billy tiba-tiba muncul dari balik pintu kamarnya "DAVA NGAPAIN LO?" suara billy mulai meninggi

"gak ngapa-" belum sempat dhea melanjutkan ucapannya, tangan dhea langsung ditarik oleh billy menuju garasi rumahnya

billy mengarahkan dhea untuk masuk kedalam mobilnya.

setelah mereka berdua berada di dalam mobil..

"lo tunjukin jalan kerumah dava" billy terlihat sangat dingin kali ini

"lo mau ngapain kerumah dava?" tanya dhea yang memperhatikan lirih billy yang sedang menyetir

"gak usah bawel, lo cuma nunjukin dimana rumah siANJING itu" billy seperti tidak bisa menahan emosinya "rumah dia dijalan apa?"

"di jalan mawar raya di perumahan mawaria" dhea hanya bisa diam tanpa bisa melawan ataupun membantah apa yang abangnya ini bicarakan, dhea tidak bisa berucap kata apapun jika abangnya sudah emosi seperti ini

Mobil yang billy kendarai sangat cepat melaju..

* * *

"ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya seseorang penjaga setelah kaca mobil diturunkan oleh billy

"bisa titipkan alat identitas terlebih dahulu" pinta penjaga itu penuh dengan keramahtamahan

"lebay amat sih!" billy malah mengumpat dengan nada agak kasar

mengapa kita tak bisa bersama? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang