Chapter 26

47 6 5
                                    

"anjing!!!!!!!!!" kaca yang menempel di dinding itu sudahlah pecah setelah di tendang dengan keras. "gue gak terima kalo gue diginiin" sebuah televisi dan laptop ia banting dengan keras, amarah sudah sampai puncak. Ia amat emosi.

"aww" sebuah kaca yang tadi sudah ia pecahkan ia lemparkan, dan terkena perempuan yang sudah berada di depan pintu kamarnya. Darah yang bercucuran itu membuat keduanya panik "dava, kepala gue" perempuan itu menutup lukanya dengan tangan "dava darah dav" darahnya terus bercucuran walaupun sudah ia tutup dengan jari-jarinya.

Dava langsung menghampiri perempuan itu dengan panik "lo lagian ngapain kesini" shela terus meringis dengan lukanya yang terus mengeluarkan darah segar "ayuk gue obatin" lalu dava menggendong shela menuju ruang tamu nya, setelah shela diletakan di sofa lalu ia berlari menuju tempat ia menyimpan kotak p3k

Dava sangat hati-hati mengobati luka dikepala shela, sesekali shela merasa kesakitan dengan lukanya. Setelah selesai dava segera beranjak pergi ke dapur.

"nih minum" dava memberikan gelas yang berisi air putih ke shela yang masih duduk di sofa "bagusan minum air putih, lebih sehat" lalu dava duduk disebelah shela yang sudah meminum air putih yang diberikan olehnya.

Shela tersenyum manis lalu meletakan gelas itu ke meja yang ada didepannya "lo kenapa gak pake pembantu sih? Lo jadi harus repot kan mesti ngurus rumah sendiri, liat aja nih rumah sampe berantakan bange—"

"gue gak suka ada orang lain yang masuk rumah gue, kecuali orang yang memang gue izinin masuk kedalem. Pembantu aja gue gak sewa, karena dia bakal masuk rumah gue. Apalagi lo, gue gak izinin lo masuk kesini kan, kenapa lo tetep masuk?" terlihat jelas bila dava tak suka ada shela dirumahnya "yaudah sekarang lo bilang kenapa lo kesini? Abis itu lo cepet buruan pulang"

"kenapa sih dav saran dari gue tuh gak pernah lo terima? Lo berubah banget sekarang" shela memang menahan air matanya, terlihat jelas mata shela memerah

Dava tersenyum miring "gue berubah karena gue gak anggep lo siapa-siapa, sekarang gue tanya. Lo siapa gue? Bukan siapa-siapa gue kan. terus apanya yang berubah? Aneh!!" kepalanya menggeleng-geleng pelan. "besok-besok kalo mau ngomong dipikir dulu"

Akhirnya shela menangis "terserah lo, tapi apa hebatnya dhea sampe lo rela nyusahin hidup lo cuma gara-gara dia" tatapan mata shela tajam menatap dava yang malah santai menanggapi kesedihannya "dia cewek yang gak sebanding sama gue dav, dhea gak punya cant—"

"dhea lebih segala-galanya dari lo!!"

"lebih segala-galanya, lebih nyakitin maksud lo? Jelas-jelas dia milih revan dav bukan lo. Terus lo tetep perjuangin dia, DHEA MILIH REVAN BUKAN LO!! MIKIR DONG!"

"revan bukan tandingan gue, dhea gak mungkin suka revan. Asal lo tau hubungan gue sama dhea tuh ancur gara-gara perempuan licik macem lo. Jadi lo ngertikan, yang harusnya mikir tuh lo bukan gue"

"jelas kok, dhea emang lebih milih revan. Toh lo perjuangin dia sampe jatoh bangun juga gak dipeduliin sama dhea kan? Kasian"

Dava menahan emosinya yang sedang berkalut-kalut "mending lo pulang!! atau lo abis disini sama gue, pulang!!!!!"

"gue gak mau pulang!!" shela memalingkan wajahnya dari dava "gue aneh sama lo, gue yang berusaha mati-matian demi dapetin lo gak pernah lo lirik sama sekali. Tapi dhea, cuma dhea. Yang lo perjuangin tiap hari gak pernah tuh sedikit pun respon lo. Itu Karma dav" senyum shela seakan meledek dava

Dava hanya bisa diam menahan emosi, tak peduli dengan semua perkataan shela

"yaudahlah yah gue pulang, makasih atas luka dikepala gue" shela angsung berlari keluar rumah dava "yang harus lo inget, lo udah ngelepas hati yang tulus demi hati yang gak pasti" shela pun pergi "selamat buat nyesel nantinya" senyum shela licik

mengapa kita tak bisa bersama? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang