Chapter 04

6.4K 716 4
                                    

    Setelah mobil kami berhenti di depan pintu masuk, kami disambut oleh valet yang membukakan pintuku dan Vincent. Aku sangat kaget saat melihat valet itu mengulurkan tangannya dengan sopan padaku. Tubuh mereka besar seperti binaragawan, ditambah dengan wajah mereka yang memenuhi kualifikasi untuk manjadi teman jalanmu, setidaknya selama seminggu dan kau bisa ganti dengan valet yang lain di minggu berikutnya. Demi senyuman Vincentio yang mulia! Aku ingin tahu siapa yang bertanggung jawab sebagai HR di tempat ini. Biarkan aku berterima kasih padanya.

Tidak, tidak, tidak. Itu buruk. Aku tidak boleh berpikir untuk memilih para penjaga ini. Kehidupan romansaku baru saja akan dimulai nanti di dalam pesta, saat Vin mengajakku menari hingga kakiku tak sanggup bergerak lagi.

"Seberapa lama kau akan melongo selebar itu, Simca?"

Kedatangan Vincentio di sebelahku membuat lamunanku buyar seketika. Ini dia, tokoh utama di kisah genre romansa dalam hidupku ini! Vincent mendatangiku dan menyiapkan lengannya layaknya seorang gentleman. Aku menutup mulut tidak tahu diri milikku ini rapat-rapat, membuat senyuman yang paling manis di sana dan kurangkulkan sebelah tanganku pada lengan Vincentio yang menunggu.

"Hei, kau tidak meninggalkan undangannya, bukan?"

Sebelah tangan Vincentio masuk ke sebelah saku jasnya dan mengeluarkan sebuah surat dengan warna putih diikat dengan tali berwarna emas, terkesan begitu mewah dan elegan. Vin memberikannya kepada seorang penjaga di pintu masuk dan pria itu mempersilakan kami untuk melewati penjagaannya.

Setiap langkah membawaku memasuki istana yang penuh dengan cahaya keemasan ini, membuatku merasa semakin gugup. Jika diingat-ingat lagi, aku tidak pernah bergaul dengan orang-orang dari dunia lain seperti mereka yang diundang di pesta seperti ini. Ingatanku tentang bersosialisasi dengan manusia lain hanya sebatas orang-orang normal; keluarga, guru, teman sekelas, pacar. Kami hampir selalu menghabiskan waktuku di meja belajar, di café untuk belajar, atau di kelab malam untuk membebaskan diriku dari belajar. Itu pun, aku tidak pernah pulang sebelum jam dua belas. Karena aku sadar aku adalah Cinderella yang cantik dan seluruh pakaianku akan leleh menjadi debu sihir jika aku terus menari seperti orang gila di sana. Tentu, kecuali sepatuku. Karena hampir semua sepatu-sepatu indah yang kumiliki saat ini sejatinya adalah milik Bianca.

'Sepatu yang indah akan membawamu ke tempat indah. Karena itu, rawatlah mereka dengan baik dan anggaplah mereka adalah sahabat berwisata-mu.'

Kutipan kata Bianca yang lain.

Baiklah, wahai sepatuku! Bawa aku ke tempat yang indah dan mari kita membuat kenangan yang indah juga! Kalian mungkin minder karena kalian tidak berharga semahal apa yang para tamu lainnya mungkin pakai, tapi tenang, ada aku yang cantik dan penuh pesona ini bersama kalian.

"Jangan gugup, Simca."

"Jangan mengada-ada, Vincentio. Apa pun yang kaulihat itu, aku tidak sedang gugup."

Tertawa kecil akan penolakanku, Vin melanjutkan percakapannya, "Lihat siapa yang coba kaubohongi. Aku mengenalmu, Simca. Kau akan menunduk dan melihat sepatumu sendiri setiap kau merasa gugup. Dan yang mengejutkan adalah, aku baru saja melihatmu melakukan persis seperti apa yang kukatakan." Pria itu menepuk-nepuk sebelah punggung tanganku yang menggandeng lengannya. "Tenang, asal kau mengingat dengan jelas kesepakatan kita, semuanya akan baik-baik saja."

Lihat siapa yang coba kubohongi? Pangeran dari negeri fantasi.

Vincentio benar. Mungkin kegugupan dan rasa minder yang merambatiku ini tidak masuk akal. Aku memiliki Vincentio di sampingku yang tak lain adalah seorang teman dari om-om kaya raya yang memiliki semua kemewahan ini. Senyumku melebar dengan natural, aku bahkan tidak menyadari bahwa aku sedang tersenyum jika saja Vincentio tidak mengatakan bahwa ia menyukai senyumku malam ini. Aku juga menyukaimu, hanya saja aku tidak cukup gila untuk mengatakannya saja.

Mr. Wolf (COMPLETED) Where stories live. Discover now